LIMA BELAS

4K 373 2
                                    

Al pov

Aku baru saja ingin masuk ke mobilku tapi mataku tertuju pada sosok wanita yang baru turun dari taxi biru. Yuki masuk ke supermarket di sebrang jalan. Segera saja aku menyusulnya. Sudah seminggu dia tidak masuk kantor, tidak memberiku kabar, hp juga tidak aktif, aku sudah kerumahnya tapi rumah itu sepi seperti tidak dihuni. Aku bisa saja menyuruh Tirta mencarinya, tapi tidak aku lakukan, aku mau tau sampai kapan dia akan kabur seperti ini. Jika seminggu lagi dia tidak muncul baru lah aku akan mencarinya, tentu saja tidak akan aku maafkan, dia harus mendapatkan hukuman yang berat. Aku melihatnya berdiri didepan rak, berusaha menggapai sesuatu yang tidak bisa ia gapai, rak itu tinggi untuk orang sepertinya yang mempunyai tinggi pas pas an. Aku melangkah dan mengambil botol yang tidak bisa ia gapai itu.
"Terima ka.....
Yuki terdiam tanpa melanjutkan ucapannya. Aku tau dia mau bilang terima kasih. Tapi yang aku herankan kenapa dia tidak terkejut melihatku, bahkan dia diam saja. Aku menatapnya, jelas saja wanita ini kurang tidur, tecetak jelas kantong mata yang menghiasi wajahnya sekarang. Aku sadar dari lamunanku, dia berbalik tanpa mengatakan apa pun, dia selalu bisa menguji kesabaranku. Arghhgggggg.... aku menariknya kasar, keranjang belanjaannya terjatuh, aku tidak perduli, aku mengambil uang seratus ribu di kantong jas ku.
"Ini cukup bukan untuk mengganti keranjang murah seperti itu", aku meletakkan uang itu diatas meja kasir. Tanpa menunggu jawabannya aku segera berlalu. Setidaknya aku ini orang yang bertanggung jawab. Ada apa dengan Yuki, dia sama sekali tidak melawan. mengikutiku dalam diam. Aku mendorongnya kasar masuk ke dalam mobilku.
"Apa sekarang ada yang ingin kau jelaskan!", kataku menahan amarah yang sudah mendesak ingin ku keluarkan. Yuki tetap diam dia memalingkan wajahnya ke luar kaca mobilku. Aku menghidupkan mesin dan menginjak gas. Aku akan memberimu pelajaran yang tidak akan pernah kau lupakan.
Dengan kecepatan yang begitu tinggi, tidak butuh waktu lama untuk sampai ditempatku. Aku menghentikan mobilku, dan turun membuka pintu di sisi pengemudi menarik tangannya kasar. Dia meringis pelan, pasti pergelangan tangannya sudah memerah.
"Apa yang kau lakukan dirumahku, bukankah ini masih jam kerja?", tanyaku pada Angel yang sudah berada di ruang tamuku. Dia tampak terkejut melihatku, apa lagi ada Yuki disampingku. Ada tatapan tidak suka darinya untuk gadisku, Yuki tidak bergeming hanya membalas tatapan kosong pada wanita yang ada dihadapan kami.
"Aku... aku hanya ingin berkunjung pak", katanya.
"Tapi ini masih jam kerja Angel, jangan buat aku untuk....
"Memecatku?, baiklah Al aku keluar dari kantormu. Aku tidak suka kau bersikap sebagai bos dan karyawan biasa denganku, kita akan lebih dari ini", Angel pergi meninggalkan kami. Bukannya aku tidak tau dia menyukaiku, tapi aku sama sekali tidak tertarik padanya. Aku kembali menarik Yuki menuju kamarku. Dia bersusah payah mengimbangi langkah ku yang begitu cepat.
"Tidak kah kau bisa sedikit bersikap baik padaku?", kata Yuki pelan.
Aku menghentikan langkahku tepat setelah ia berbicara. Menarik tangannya hingga dia terhempas diatas king bed ku. Dia menangis aku tidak perduli. Tangisnya pecah ya semakin keras, bahkan sekarang dia sesenggukan. Aku menjambak rambutku kuat. Aku memilih Duduk di sofa kamarku, ku biarkan dia menangis sepuasnya. Aku berharap dia menghentikan tangisannya, tapi ternyata tidak. Aku melangkah kan kaki ku, menggendongnya keluar kamarku. Aku duduk dipinggir kolam renang menjatuhkan kaki ku hingga basah oleh air. Yuki ku berada dipangkuanku, aku merengkuhnya kedalam pelukanku. Dia semakin menangis membuat bajuku basah oleh air matanya. Aku memegang kedua pipinya.
"Hei lihat aku!, jangan menangis seperti ini, ceritakan apa yang terjadi!, maka aku akan menjadi pendengar yang baik untukmu", kataku meyakinkannya.
"Aku menghapus air matanya, mengecup keningnya, berusaha membuatnya yakin bahwa aku bisa menjadi tempat bersandar untuknya. Aku merasakan tangannya melingkari pinggangku erat, dia semakin menangis.
"Baiklah kau boleh menangis sepuasmu, lepaskan semua kesedihanmu", kataku menyerah. Aku harus memberinya waktu untuk melepaskan beban itu.
"Kak Tasyaaa..... kak Tasyaa selingkuh.....
*************
Aku dan Yuki diam menikmati permainan kaki yang kami lakukan di dalam kolam. Dia duduk dihadapanku, aku memeluknya dari belakang, menumpukan kepalaku di bahu kanannya dan aku bisa mencium aroma tubuhnya. Ntah sudah berapa lama kami berada pada posisi ini. Dia sudah menceritakan semuanya, penghianatan yang di lakukan Tasya, kehancuran Alan, kehancuran dua keponakannya dan dia sendiri.
"Kenapa kau baik padaku hari ini?", tanyanya. Aku terkekeh pelan.
"Hei nona aku memang baik, kau yang selalu membuatku marah.
"Tapi kau tidak adil, kenapa kau memperlakukan aku seperti ini, kau baik sekarang, tapi pasti besok kau marah-marah.
"Aku tidak akan marah kalau kau tidak membuat kesalahan. Kau sudah menyetujui kontrak kita, tapi kenapa selalu melanggarnya.
"Itu kontrakmu tuan Al, aku terpaksa menyetujuinya, waktu itu aku begitu senang kau memberiku pekerjaan, kau tau aku pikir kau malaikatku.
Aku tertawa keras, bagaimana bisa ada yang menganggapku malaikat, selama ini aku terkenal galak dikantorku, sekarang ada yang menganggapku seperti itu.
"Hei jangan tertawa, karena aku sudah tidak menganggapmu seperti itu, kau itu menyebalkan.
Aku menghentikan tawaku.
"Jangan pernah melanggar kontrak itu Yuki, kalau tidak akan banyak hukuman yang akan kau dapatkan.
"Tapi itu tidak adil Al, semua isi kontrak itu adalah hidupku, bayangkan aku jadi asistenmu, harus mengikuti perintahmu, tidak boleh berhubungan dengan lawan jenis, oh ayo lah Al, rubah saja isi nya.
"Tidak akan, hidupmu adalah hak ku, jangan pernah berfikir aku akan merubah isi kontrak itu", kataku datar. Aku meninggalkannya, yang mungkin bingung atas perubahan sikapku. Kenapa dia ingin sekali aku membatalkan kontrak itu, tidak bisa kah dia menyadari aku akan memberikan hidup yang layak untuknya. Aku hanya ingin rasa bersalah ini hilang dari diriku, sudah cukup aku dihantui bertahun-tahun. Aku kembali ke kamarku, aku gerah dan ingin mandi.
*********
Yuki pov....
Aku tidak mengerti maksud lelaki itu, hidupku hak nya, kenapa bisa seperti itu, bukankah hidupku adalah hak ku, ugh aku bingung dengan sikapnya. Aku berlari menyusul Al tpi dia sudah tidak ada. Aku ke kamarnya mungkin saja dia disana.
"Al......Al........", panggilku mengetok pintu kamarnya. Tidak ada jawaban. Aku membukanya, aku duduk di sofa.
"Apa aku pernah membolehkanmu masuk ke kamarku ?
Al keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk yang melingkari bagian bawah tubuhnya. Tububnya atletis sekali. Segera saja aku menunduk, uh pemandangan ini seharusnya tidak boleh aku lihat.
"Maaf ada yang ingin aku katakan, jadi aku mencari mu kesini.
"Bukan berarti aku pernah membawamu kekamarku jadi kau bebas masuk kesini", kata Al tajam.
Cukup sudah, aku benar-benar tidak mengerti dia. Sebelum air mata ku jatuh aku sudah berlari keluar dari kamarnya, aku mendengar dia memanggilku, tapi aku tidak menghiraukannya. Aku tidak mau membuat kesalahan yang akan membuatku menangis, aku menyesali diriku yang terlalu cengeng dan lemah.


STAY ON MY SIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang