Al pov
"Apa yang kau lakukan dirumahku?", tanyaku frustasi pada wanita yang benar benar aku benci sekarang.
"Tidak ada, aku hanya ingin berkunjung", katanya santai.
Pandanganku beralih, oh tidak jangan lagi ku mohon, dihadapan Angel ada Yuki yang hanya diam mematung, matanya memerah aku yakin pasti dia menangis tadi. Astaga aku tidak mau melihatnya menangis lagi dengan keberadaan wanita brengsek ini."Yuki Al mencintaimu, bahkan sangat mencintaimu....
Aku terkejut dengan pernyataan Angel. Emosiku naik tanpa kuduga. Aku melempar kasar tas kerjaku dan menatap tajam Angel. Sekilas aku melirik Yuki, ia terkejut tapi sama sekali tidak ada rasa takut yang seperti biasanya.
"Apa maksudmu?", tanyaku tajam pada Angel."Kau sangat mencintainya bukan, kau menunggunya bertahun tahu, bahkan kau menguncinya dengan kontrak kerja sialanmu itu, kau juga mengajaknya tinggal disini, bukankah itu tandanya kau mencintai dia, aku hanya membantumu untuk mengungkapkan perasaanmu itu saja....
Hatiku mencelos, nafas yang sedari kutahan kulepaskan dengan kasar.
"Aku tidak mencintainya, aku hanya merasa bersalah karena dia hampir kehilangan nyawanya sendiri saat ingin menolongku dari tabrakan itu, aku berhutang budi padanya.
Blushhh.... hati ku terasa sakit, jujur mungkin pilihanku saat ini, bukankah kejujuran itu akan membuat kita lebih tenang, tapi bukan tenang yang aku rasakan sekarang, melainkan rasa sakit, kecewa dan terkhianati.
"Opsss maaf Yuki aku tidak tau kalau ternyata lelaki ini hanya mempermainkanmu dan kasihan padamu aku fikir dia mencintaimu. Baiklah kalau begitu aku pulang dulu, ini urusan kalian bukan?.....
Ingin sekali aku menampar mulutnya yang berbisa itu, tapi kesadaranku masih penuh, aku bukan lelaki pengecut yang bisa bertindak kasar pada wanita.
"Aku menang Al", kata Angel berbisik ditelingaku. Aku mengepalkan kuat kedua telapak tanganku. Oh shit kenapa aku bisa terpancing oleh wanita itu. Aku baru sadar dengan tindakan Angel. Aku menyesal sekarang. Ingin rasanya aku mendekati gadisku dan memeluknya, tapi kaki ini seperti membeku pada tempatnya." It's oke Al, aku tidak marah atas pengakuanmu, ini semua salahku yang jatuh pada pesonamu. Terima kasih atas semua pertolonganmu dan simpatimu", kata Yuki tersenyum dan berbalik meninggalkanku yang masih diam membeku.
"Kau tidak perlu merasa bersalah, aku masih kecil saat itu tidak mengerti bahaya, mungkin jika itu terjadi sekarang, aku tidak akan pernah melakukannya...", katanya lagi tanpa menoleh padaku.