AL POV
Aku menghempaskan tubuhku diatas king size bed ku, tadi aku dari taman memberi hukuman pada gadisku. Dia berani pulang dengan lelaki itu, jika kalian tanya dari mana aku tau, itu mudah saja. Aku kesal melihatnya yang pulang begitu saja mendahuluiku. Bukankah seharusnya direktur yang pulang terlebih dahulu. Dia seperti tergesa-gesa, jadi kuputuskan untuk menyuruh Tirta mengikutinya. Aku tau dia pergi dengan Risa, keributan yang terjadi di cafe itu, tapi yang aku tidak mengerti mengapa Risa tidak mengantar Yuki. Dan Yuki bisa-bisa nya pulang dengan lelaki itu, aku sudah memperingatkan dia bukan. Kenapa sulit sekali untuk membuatnya patuh atas perintahku.
"Nak Al apakah besok Angel sudah bisa bekerja dikantor?".
"Dia bisa datang ke kantor saya jam 8, jangan sampai telat.
Aku membalas pesan pak Bram. Perusahaannya bekerja sama dengan perusahaanku sudah lama. Pak Bram orang yang baik. Dua hari yang lalu dia meminta pertolonganku. Anaknya pulang dari Ausie, dia memintaku memberinya satu bangku diperusahaanku. Dengan alasan dia tidak mau jika nanti anaknya bekerja diperusahaannya akan berlaku semena-mena. Demi kerja sama perusahaan aku menyetujui permintaan pak Bram, tapi dengan aturanku. Dia harus harus jadi karyawan biasa dan menaati peraturan kantorku. Lagi pula aku sudah menerima anaknya tanpa tes, itu sudah cukup, karena masuk dikantorku itu tidak mudah. Aku tidak mau terkesan mengistimewakan karyawan kantorku.
*********
Yuki povSesekali aku mengecek hp, berharap Risa membalas pesanku. Dari kemarin sudah terlalu banyak aku mengiriminya pesan tapi tidak satupun yang ia balas. Padahal aku hanya bertanya kabar, walau pun masih ada rasa sakit karena dia memutuskan tali persahabatan kami, aku tidak bisa membencinya, aku sudah menyayanginya. Aku khawatir, takut terjadi sesuatu padanya, bukan kah terakhir kami bertemu keadaannya kacau.
Aku memutuskan menunggu Risa dimejanya. Sudah jam 08.00 tapi dia belum muncul juga. Ayo Risa jangan telat, Al juga belum datang. Semoga saja lelaki itu lebih lama lagi datangnya. Aku menaikkan satu alisku, ngapain dia disini. Tatapan kami bertemu, ugh jelas sekali dia membenciku.
"Kau sekertaris pak Al?", tanyanya dengan nada meremehkanku. Dunia ini sempit ya, kenapa harus bertemu wanita gila ini lagi.
"Dengar!!, urusan kita belum selesai, aku akan membalasnya". Aku mengacuhkannya. Berbicara dengannya malah membuat emosiku naik nanti. Dia mengancamku dan aku sama sekali tidak takut.
"Yuki kembali keruanganmu, apa yang kau lakukan disini.
Al datang berjalan masuk ke ruangannya. Segera saja aku mengikuti dia, kami kan satu ruangan. Aku duduk dimejaku. Wanita gila itu ternyata mengikuti kami. Dia duduk didepan meja Al. Dia tersenyum matanya berbinas-binar, siapa yang tidak tau kalau dia sudah jatuh cinta dengan Al. Lihat saja tatapannya yang begitu memuja lelaki itu. Aku tidak suka ini, wanita itu mau apa disini sih.
"Ada yang menyuruhmu masuk?", ku dengar Al angkat bicara. Rasanya aku ingin tertawa saat ini juga, lihat saja wanita itu tersenyum kecut.
"Aku Angel pak, anak pak Bram", katanya dengan nada semanis mungkin.
"Bukan itu pertanyaanku", kata Al tegas.
"Aku melihat tidak ada siapapun didepan pak, wanita itu masuk jadi aku mengikutinya. Wow dia membawaku, mejaku disini nona jelas saja aku masuk, ingin rasanya aku berteriak mengatakan itu padanya, biar dia malu sekalian.
"Kau harus belajar lebih sopan, jangan seenaknya dikantorku, masuk keruanganku sesukamu, kau harus izin pada sekertarisku. Aku sudah menerimau tanpa tes jadi pergunakan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya. Jangan berlaku seperti tadi lagi kalau kau tidak ingin aku pecat tidak terhormat. Kembalilah ke bawah, mejamu disana. Bekerjalah dan tunjukkan yang terbaik jika tidak segera angkat kaki dikantorku.
Jadi wanita ini akan bekerja disini, tanpa tes lagi. Al tidak adil, tapi apa bedanya denganku, malah lebih beruntung aku, dia saja jadi karyawan biasa. Tapi ini bukan kemauanku, aku lebih memilih jadi karyawan biasa yang ada kerja dari pada berada satu ruangan hanya untuk menunggunya seperti ini. Hp ku bergetar ada pesan masuk dari Risa, akhirnya dia membalas pesanku juga batinku senang.
"Jangan lagi duduk dimejaku jika kau tidak ingin membuatku terlantar dimeja karyawan lain".
Air mataku menetes tanpa bisa kucegah. Jadi dari tadi dia sudah datang, dia tidak muncul karena ada aku, apa kah aku begitu hina hingga untuk berjumpa denganku pun Risa tidak mau. Mungkin persahabatanku dengannya hanya dipandang sebelah mata. Aku mengambil pena dan mulai menulis.
Dear Risa sahabatku....
Terima kasih atas persahabatan kita selama ini, mungkin aku kurang peka dengan perasaanmu tapi sungguh aku sama sekali tidak berniat menyakitimu. Apa aku melakukan kesalahan fatal ?, sehingga kau begitu membenciku. Apa karena aku memarahi wanita itu. Maafkan aku, aku hanya tidak suka ketika dia mengataimu. Aku tidak akan memaksamu. Kau berhak membenciku.Yuki yang
akan selalu menjadi sahabatmu.
Aku membaca ulang tulisanku, mungkin aku harus menjauhinya. Agar dia tidak perlu berusaha untuk menghindariku. Kurasakan hp ku bergetar kembali, kali ini lebih lama. Dilayar aku melihat nama kak Alan.
"Halo....
"Halo kak, ada apa?
"Aku ada didepan gerbang kantormu.
"Apa...", seruku dengan suara keras, ops aku melirik Al uh telat dia sudah menatapku, habis lah aku akan dimarahi karena berani terima telpon di jam kerja.
"Bisakah kau cuti sehari saja, aku memerlukanmu sekarang.
"Tidak bisa kak Alan, kenapa tiba-tiba sekali.
"Ayolah adik ku yang paling cantik, jika kau tidak berani izin, biar aku yang mengatakannya.
"Baiklah tidak usah, aku akan minta izin sekarang ok", aku segera menutup telepon itu. Mana mungkin aku membiarkan kak Alan bertemu Al. Dia pasti mengintrogasi aku kalau tau aku satu ruangan dengannya, habis lah aku di marahi kakak yang super protective itu. Aku memasukkan semua barangku ke dalam tas mini ku. Aku berusaha tenang berjalan mendekati Al.
"Maaf pak, bolehkah aku izin pulang lebih awal", kataku takut. Aku menunggu jawaban Al, tapi Al tetap diam. Aku tau dia bukan orang yang suka berbasa basi, tapi bisakah dia menghargai aku yang menunggu jawabannya.
"Kakakku membutuhkan aku pak, ini darurat sekali, sekarang dia ada didepan gerbang menjemputku. Aku tidak tau dia datang kesini, ini juga tibaa-tiba", aku bersusah payah mengutarakan alasanku. Darurat apaan, kak Alan juga ngomongnya santai banget tadi, yang peting aku bisa izin. Al bersidiri membuka tirai, pasti dia memastikan perkataanku, dia kira aku pembohong apa.
"Kau boleh pergi dengan satu syarat, tinggalkan kecupan disini", Al menunjuk pipinya. Aku terkejut, seperti biasa dengan ekspresi yang mungkin memalukan mulut melebar dan mata membulat, uh ciri khas ky sekali.
"Kalau kau tidak mau...
Cup.....
Aku mendaratkan satu kecupan cepat dipipi nya sebelum ia menyelesaikan kalimatnya. Aku tau apa yang akan Al utarakan. Kalau pun aku menolak sama saja tidak akan berhasil. Pipiku merona merah sekarang, aku berlari keluar menutup pintu itu kembali. Aku tidak mendapati Risa di meja nya, mungkin dia ketoilet. Ini tepat sekali, tanpa aba-aba kuletakkan suratku diatas meja. Semoga saja dia tidak marah membacanya. Tidak sampai lima menit aku sudah berada diluar gedung kantor, aku berlari pelan mendekati mobil kak Alan.
"Uh kakak kenapa mendadak, tidak tau apa atasan ku itu galak", kataku menutup pintu mobil kak Alan."Temani kakak beli kalung untuk Tasya", kata kak Alan. Aku bisa melihat kebahagiaan dari wajahnya. Dia bahagia sekali.
"Oke sebagai adik yang baik aku akan menemanimu kakak ku sayang, tapi belikan aku ice cream", kataku senang.
"Hahaha kau ini, tapi tidak apa, kau boleh makan ice cream sepuasmu dan ambil apa pun yang kau mau hari ini.
"Kakak tumben sekali, biasanya ngomel bilang ice cream gak sehat lah, buat gendut, gigi rusaklah, eh sekarang membolehkanku makan ice cream banyak.
"Tasya hamil ki, tadi pagi kakak tidak sengaja menemukan test pack di wastafel. Pantas saja belakangan ini dia begitu sensitif.
"Kakak serius?", tanyaku senang, ternyata aku akan mempunyai keponakan baru.
"Kakak rasa dia juga baru tau tadi pagi, jadi dia akan memberikan kejutan pada kakak untuk memberitahu kan berita ini, makanya kakak ingin membeli hadiah untuknya.
Ya Tuhan bahagia sekali aku sekarang. Keluarga ku benar-enar sempurna.