Yuki povPintu terbuka dan beberapa wanita yang masih muda masuk tersenyum padaku. Semua ada 6 orang. Aku terdiam melihat penampilan mereka, hah di zaman modern seperti ini masih ada yang memakai pakaian seperti itu. Semua mengenakan pakaian yang sama, dengan bahu terbuka dan baju seperti kemben.
Aku terhenyak saat ke enam wanita itu membungkuk padaku, seakan memberi penghormatan saja.
"Mari tuan putri kami akan mengantarkanmu ke kamarmu", kata salah seorang dari mereka.
"Hei namaku Yuki bukan tuan putri", kataku refleks.
Seingatku orang yang menculikku bukan wanita wanita cantik ini, melainkan lelaki lelaki yang bertubuh tegap, bahkan dengan tampang menyeramkan tapi dimana mereka.
"Mariiii", seorang dari mereka memberi isyarat dengan tangan untuk mempersilahkan aku keluar, sopan sekali ternyata mereka.
Aku tidak banyak berfikir lagi, yang jelas aku harus keluar dulu dari sini, udah syukur mereka membuka pintu dengan sukarela.
Aku terbengong, tanpa sadar aku sudah menghentikan langkahku, padahal baru keluar selangkah. Astaga bangunan ini terbuat dari apa, seumur hidup baru ini aku melihat bangunan mewah seperti ini. Aku beranjak mendekati tiang, bahkan menyentuhnya. Ya Tuhan ini terbuat dari emas, aku sendiri berjalan diatas karpet merah.
"Mari tuan putri saya antar....
"Maafkan jika aku lancang, namaku Yuki dan bukan tuan putri. Bisakah kalian bersikap biasa saja, jangan seolah olah aku ini seperti orang besar yang harus kalian hormati seperti ini", kataku kesal. Aku melirik lagi pakaian mereka, beda jauh dengan pakaianku yang super gaul untuk zaman sekarang.
"Kalian sajikan saja makanan buat tuan putri, biar saya yang mengurusnya.
Setelah mengatakan itu kelima wanita pergi meninggalkan aku dengan seorang dari mereka yang memberi saran tadi."Mari....", katanya masih mengayunkan tangan, untuk memberiku hormat.
Sejujurnya aku masih kesal, tapi aku tidak mungkin berdebat dengannya, jadi biar saja aku mengikutinya.
Kami sampai di sebuah kamar yang super duper sangat mewah dimataku, semua terdiri dari emas, jika saja bangunan ini runtuh, sudah pasti akan banyak orang yang datang untuk mengambik pecahan pecahan bangunan ini.
"Tuan putri mandi saja disana, air sudah kami ganti, kembang juga sudah disediakan.
"Bolehkah kau memanggilku Yuki?
"Saya takut tuan putri, bisa bisa saya disidang Raja nanti.
"Aku terbengong heran dengan ucapannya, huh Raja dari mana, emang ini zaman perang apa.
"Terserah kau sajalah, aku sudah lelah memberitahumu. Aku mandi dimana?"Disana tuan putri", katanya menunjukkan sebuah ruangan yang ditutup dengan gorden.
Aku berjalan menuju pintu itu, tapi dengan cepat aku menghentikan langkah dan berbalik melihat wanita itu tepat didepan gorden.
"Hei apa kau berniat ikut mandi bersamaku?
"Apa tuan putri tidak memerlukan bantuanku?
"Hei aku bisa sendiri, kau fikir aku anak kecil yang harus dibantu", kataku tertawa. Wanita itu pun ikut tertawa dan segera saja aku meninggalkannya, aku ingin mandi tubuhku sudah lengket sekali.
Aku mencari bak air tidak ada, shower juga tidak ada, yang ada hanya sebuah bak dengan bentuk bulat, didalamnya air bercampur bunga bunga, disisi bak ada semua alat mandi, mungkin disini mandinya, ya sudah lah.