Yuki pov
Satu bulan berada disini sudah membuatku jenuh, aku tidak mau berada disini, aku bosan. Aku tidak habis pikir dengan hidupku sekarang, bagaimana bisa aku berada di Dubai, dipanggil putri, tinggal di Istana, akh seperti drama saja.
Berada di Istana, dengan para orang orang aneh, penjaga dan para dayang. Ini kejutan besar buatku. Sejujurnya tinggal disini itu sangat terjamin, mewah, segala sesuatu disiapin, makan enak, mau apa saja ada, tapi jujur ini bukan duniaku, aku tidak bisa bersosialisasi. Selama disini aku hanya dekat dengan Erika, saat bertanya kenapa aku bisa sampai disini, Erika tidak tau. Astaga........ katanya istana tapi selama disino aku sama sekali tidak pernah bertemu ratu dan raja.
"Tuan putri ayo ikut saya ada yang ingin bertemu", kata Erika.
Aku mengikuti langkahnya, kami melewati pintu besi yang selama sebulan ini selalu terkunci, seperti pembatas saja. Wawww aku sangat memperhatikan tempat yang selama sebulan ini tidak bisa aku gapai, ruang lingkup yang aku tempati sekarang sangatlah luas, tapi ternyata tempat ini jauh lebih luas, aku saja sudah lelah berjalan, semua bangunan ini terbuat dari emas, ini itu sungguh Istana yang luar biasa, kepikiran ke Dubai saja tidak pernah, apa lagi kalau sampai di Istana ini, huh benar benar pengalaman yang bisa buat aku gila.
Kami berhenti didepan ruangan tanpa pintu.
"Silahkan masuk tuan putri", kata Erika.
Aku mengangguk dan melanjutkan langkahku. Seorang pria paruh bayah, dengan style yang elegan, dan mahkota dikepalanya bisa kutebak, ini dia raja Dubai.
"Duduklah!!.....
Seperti tersihir aku langsung saja mengikuti perintahnya. Lelaki ini pasti sudah berumur, tapi ketampanannya luar biasa, tidak luntur. Eh... tapii kok dia mirip....
"Apa pendapatmu selama disini anakku?", tanyanya.
Hah... anakku?, emang dia pikir aku anaknya apa.
"Aku lah ayah kandung Al kohler Yuki", katanya lagi.
Astaga ya dia mirip sekali dengan Al, bentuk wajahnya, hidung, bibir semuanya punya Al. Aku menutup mulutku kuat sangkin terkejutnya. Kejutan apa lagi ini, semua tidak bisa aku cerna.
"Jawablah!", katanya tersenyum.
"Ma...maafkan sa..yaaa raja, sa..yaa tidak betah berada disini", kataku takut.
"Sudah kuduga", desisnya.
"Jangan panggil aku raja nak, panggil saja ayah.
"Ta...tapii...
"Tidak ada tapi tapian, panggil saja aku ayah sesuai permintaanku.
Aku menatap bingung lelaki dihadapanku ini, wajah yang beribawa, tenang dan tegas dengan sekejap hilang dari sana, berubah menjadi kesedihan dan rasa rindu yang dalam.
"Kau tau masa masa sulit yang harus aku terima adalah ketika harus berpisah dengan istriku bahkan saat perpisahan itu tiba, istriku sedang hamil mengandung anakku.....
Aah iya aku tidak ada melihat ratu, aku celingak celinguk mencari sosoknya, tapi ia tidak ada diruangan ini.
"Istriku tidak ada disini Yuki.....
"Yuki setiap hari, jam, menit, detik aku merindukan istri dan anakku, tapi keadaan berkata lain, inilah jalan yang harus aku terima.
Aku mengernyit, tidak mengerti arah pembicaraan kami, tapi aku tetap diam, aku harus mendengarkannya, kesepian sangat tercetak jelas diwajahnya, hingga rasa iba pun menyergapku.
"Aku seorang pangeran Yuki, dan istriku hanya orang biasa, maka itu ayahku yang saat itu memegang tahta melarang keras hubunganku dengan istriku, tapi aku begitu mencintainya hingga nekat tetap menikahinya. Ayahku marah besar bahkan ia berusaha membunuhnya, tapi Tuhan tidak berpihak padanya, semua usaha ayahku gagal. Tapi ia tetap pada keputusannya untuk memisahkan aku dengan Jane.
Jane?, nama ibu Al Jane, akh secantik apakah dia sehingga seorang keturunan Raja begitu mencintainya. Ya Tuhan kasihan sekali Raja ini, harus terpisah dengan istri dan anaknya.
"Jadi tuan menceraikan istri tuan sehingga Al pun berada di Indonesia?...
Aku menutup mulutku yang sangat lancang mengeluarkan pertanyaan itu, ya ampun mulut ini gak bisa diam apa.
"Tidak nak, aku membuat perjanjian pada ayahku, kami akan berpisah sesuai permintaannya tetapi dengan catatan aku tidak mau menikah lagi dan ayahku menyetujui itu.
"Aku terlalu sulit saat itu, antara memilih ayah dan istriku, hingga pada akhirnya aku tetap menjadi Raja menggantikan ayahku dan istriku aku kirim keluar negara ini, agar tetap bisa aku temui.
"Aku memilih berpisah karena tidak ingin mereka jadi objek ayahku untuk dilenyapkan, aku juga tidak mau Al berada di ruang lingkup kerajaan dimana ia akan terkekang sepertiku, ia tidak bebas kemanapun dan tidak bisa menentukan jalan hidupnya, aku ingin ia bisa hidup normal diluar sana.
Air mataku menetes ntah sejak kapan, ya aku terharu sekarang. Lelaki ini sangat mencintai istri dan anaknya, tapi apa daya, garis hidupnya tidak bisa ia lenyapkan, ia adalah keturunan Raja. Ibu Al sangat beruntung, karena Raja Rasyid sangat mencintainya bahkan dalam kepemimpinannya ia rela sendirian walaupun istrinya tidak ada disampingnya. Dari wajahnya aku juga bisa lihat betapa tersiksanya dia dengan keadaan ini, dia raja yang sangat rapuh.
"Kau tau hati ini begitu teriris saat aku tau Al membenciku...
Tepat setelah berkata itu Raja menangis, menumpahkan semua keluh kesahnya. Tanganku terulur mengelus punggung tangan lelaki ini, berusaha memberikan kekuatan agar ia tetap kuat dengan hidupnya.
"Kenapa anda tidak pernah menampakkan diri dihadapan Al, coba jelaskan mengapa kalian memilih jalan ini?
"Tidak bisa nak, orang pun tidak boleh tau kalau Al anakku, aku tidak mau ada yang mencelakainya, akan banyak orang berbuat jahat kalau tau dia seorang pangeran. Aku juga tidak mau kalau nasibnya nanti sama sepertiku.
Jika dulu aku berfikir betapa tega orang tua Al, maka semua pikiran itu hilang dengan mengalirnya cerita ini. Dia lah yang saat ini tersiksa, dia lah yang saat ini rapuh tanpa pegangan hidup, bahkan dengan tujuan yang baik pun ia malah mendapat benci dari anaknya.
Hikz hikz......
"Sudah kau jangan menangis, aku ingin meminta maaf padamu nak. Aku mempunyai orang suruhan yang aku beri titah untuk selalu mengikuti Al, untuk mengontrol kehidupannya. Aku tau apa yang terjadi antara kau dengan anakku, aku yang menyuruh orang untuk menculikmu dan kau langsung ku bawa kesini, jadi kumohon maafkanlah kesalahannya.
Aku tidak menjawab, semua yang terjadi terlintas dikepalaku, Al tidak mencintaiku, kenyataan yang sangat menyakitkan.
"Aku sudah memaafkannya...
"Jadi kau akan kembali kesana menemuinya?", tanya ayah Al antusias, ada kebahagiaan disana, ya Tuhan apa yang harus kujawab. Aku memang sudah memaafkan Al tapi untuk kembali kesana aku tidak bisa..."Kau masih diam, aku mengerti keadaan dan kesakitanmu nak, tapi bukankah mencintai itu suatu ketulusan tanpa harus meminta dan memberi?, tapi aku tidak akan memaksamu, silahkan ambil ini, aku harap kau akan menyadari betapa anakku menginginkanmu.
Sebuah kotak hitam ia sodorkan padaku, segera saja aku mengambilnya.
********************************
Sorry readers kalau ceritaku buat kalian bingung dan gk enak buat di baca