TUJUH (PERTUNJUKAN)

4.8K 396 2
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 19.00 malam. Tetapi Yuki belum sadar. Aku mengelus kepalanya, berharap dia bangun dan menatapku dengan matanya yang membulat. Bukan dengan keadaan lemah tak berdaya seperti ini. Jujur tadinya aku hanya ingin memberinya hukuman karena dia tidak mendengarkan kata-kataku. Dia tidak masuk kantor, aku yakin dia mencoba kabur dariku. Aku menunggunya sampai jam sepuluh, tetapi dia tak kunjung muncul diruanganku. Aku gelisah, tidak mau menunggu lebih lama lagi. Aku harus memastikan apakah dia mencoba kabur atau sakit. Aku tidak mau memikirkan hal yang akan membuatku marah nantinya, jadi ku ambil dua option, dia kabur atau sakit. Aku berharap option yang kedua. Tapi aku salah. Kuputuskan mengunjungi rumahnya. Aku bertemu Tasya, dia kakak ipar Yuki. Aku menunggu lama, karena Tasya bilang Yuki masih tidur. Aku kesal apalagi Tasya mengatakan kalau Yuki telah keluar dari kantorku karena merasa tidak nyaman, bagaimana dia bisa keluar kalau dia sudah membuat perjanjian denganku. Aku marah mendapati dia yang ingin kabur dariku. Kuputuskan untuk menunggu. Tasya menemaniku, bukankah sebagai tamu aku adalah raja. Entah pikiran yang datang dari mana aku begitu lancar mengarang cerita ke Tasya.
"Aku menemukan kalung itu, lalu aku buat berita dimedia, karena aku tidak tau cara menemukan pemiliknya. Setelah itu seorang wanita datang kekantorku, dan mengatakan itu adalah kalungnya ya dia Yuki. Aku percaya karena sebelumnya kami sudah bertemu dan dia menabrakku, saat itu dia sedang melamar kerja dikantorku. Mungkin saja kalung itu jatuh ketika dia menabrakku. Mungkin bisa saja Yuki berbohong, tapi ntahlah aku begitu mempercayainya. Saat itu aku membutuhkan karyawan dan langsung memintanya untuk bekerja dikantorku dan dia menyetujuinya. Kemarin hari pertamanya dan aku rasa tidak ada masalah, hanya mungkin karena begitu banyak wartawan yang mencariku karena insiden berita penemuan kalung itu. Dan hari ini dia tidak masuk, padahal ada file penting yang harus dia kerjakan, karena file itu aku bisa kehilangan kerja sama dengan perusahaan yang sudah lama membina hubungan kerja dikantorku. Jika dia telah keluar seperti perkataanmu aku rasa dia bukanlah orang yang bertanggung jawab, karena aku sama sekali belum menerima surat pengunduran dirinya diatas mejaku. Dan sekarang aku ingin meluruskan ini semua, aku hanya ingin meminta izin anda untuk membawanya menyelesaikan tugasnya, setelah ini dia boleh keluar dari kantorku.
Aku tidak menyangka bisa mengarang cerita seperti itu. Uh aku meremas kuat rambutku. Sekarang aku terlihat kacau. Tadi aku membawanya ke tempat Rudrik. Aku tidak bisa menahan amarahku. Dia mencoba kabur, terlebih aku melihatnya tersenyum pada Rudrik. Aku suka senyuman itu, sangat suka. Tapi amarahku memuncak saat kusadari dia tersenyum untuk Rudrik. Bahkan senyuman pertamanya tidak dia berikan padaku. Setiap berada didekatku hanya ada tatapan benci dan takut yang dia berikan,sadarkah dia itu membuat hatiku seperti tertusuk belati, sakit. Mahalkah senyumannya sehingga dia tidak pernah tersenyum padaku. Aku lepas kendali, tadinya aku hanya ingin mengancamnya. Bagaimana bisa hanya karena senyuman aku membuatnya terluka seperti ini. Aku menjadikannya objek pertunjukan. Astaga aku hampir membuatnya kehilangan nyawa.
"Apa kau akan terus terlihat kacau seperti ini?", tante Rosalia tiba-tiba sudah berdiri disampingku. Aku diam tidak menjawab.
"Mandilah!!, bersihkan dirimu!, kau terlihat kacau sekali, biar aku menggantikan pakaiannya.
Aku mengikuti perintah tante Rosalia. Dengan malas aku keluar, aku mengambil handuk dan akan mandi dikamar mandi diruangan favoritku.
********
Yuki pov
Aku membuka perlahan mataku. Kepalaku terasa pusing. Aku memandang sekelilingku. Ruangan yang begitu besar, dengan nuansa putih yang meninggalkan kesan mewah ditambah lagi dengan lantai marmer mendominasi ruangan ini menjadi lebih elegant. Ada lemari 3 pintu berwarna emas, sofa, meja rias, meja tv, lemari lagi, kali ini melekat dengan dinding, dan aku berada diatas tempat tidur king size, dan aku baru menyadari bahwa ini adalah sebuah kamar. Tapi kamar siapa ini?
Pintu terbuka, seorang wanita tersenyum membawa nampan masuk mendekatiku. Wanita ini cantik, bahkan teramat cantik, dengan balutan dress hitam ketat tanpa lengan. Diakah yang sudah menolongku, tapi dimana Al bukankah tadi aku dilapangan dan berjuang lari menyelamatkan diriku dari kejaran banteng itu.
"Kau sudah bangun?, ternyata lama juga kau tidur nak. Apa kau bermimpi", dia terkekeh dan duduk di pinggir ranjangku. Aku baru ingin bangkit tapi dia menahanku.
"Kau belum pulih benar berdiamlah disini dan nikmati makan malam mu. Katanya sambil memasukkan sesendok bubur kemulutku.
"Aku Rosalia, kau boleh memanggilku tante Rosali, karena mulai sekarang aku akan menjadi tantemu. Kau begitu menawan nak, pantas saja si keras kepala itu kacau karenamu. Ungkapnya tersenyum.
"Al kohler keponakanku", lanjutnya seakan tau apa yang ada dipikiranku. Uhh mendengar namanya saja perasaan takutku muncul seketika.
"Maaf tante sekarang sudah jam berapa?", tanyaku sopan mengingat dia mengatakan ini adalah makan malamku. Jika aku disini hingga malam, aku yakin orang rumah pasti mencemaskanku, apalagi kak Alan, dan pastilah dia akan memarahiku habis-habisan. Apalagi aku belum memberi kabar pada mereka.
"Jam 11 nak.
"Apa jam 11, maaf tante aku harus pulang. Keluargaku pasti mencemaskanku", kataku frustasi.
"Al sudah menelpon dan memberi kabar pada kakakmu sayang, jadi tenanglah, mereka sudah tau keadaanmu", kata tante Rosalia. Hah benarkah Al sudah memeri tahu kak Alan, menelpon kak Alan, tapi dari mana dia mendapatkan nomor hp kk Alan. Tapi aku tidak terlalu heran, buktinya dia sudah tau rumahku, apa dia detektif atau penguntit, begitu mudahnya dia mencari alamat rumahku dan terlebih dia mendapatkan nomor kak Alan. Ternyata dia gak main-main dengan ucapannya, lekaki ini bisa melakukan apapun. Aku menyesal pernah bertemu dengannya.
"Sayang istirahatlah!!!, kau aman disini, dikamar Al. Masalah bajumu maaf tante sudah menggantinya, bajumu kotor sayang, jadi tante menggantinya dengan kemeja ini. Aku baru sadar kalau bajuku sudah berganti. Dan baju ini bukankah ini kemeja lelaki. Kemeja krem tipis bertangan panjang.
"Itu baju Al, baju tante tidak ada yang pas ditubuhmu, tante sengaja memakaikan baju Al, karena kemeja ini lebih mudah dipakaikan untuk orang yang kehilangan kesadaran, lagi pula baju ini akan nyaman untukmu", ujarnya tersenyum. Setelah itu dia berdiri dan memakaikan letak selimutku yang sudah berantakan hingga menutupi tubuhku. Tante Rosalia mengecup keningku dan mematikan lampu sebelum meninggalkanku sendiri.
Aku masih belum mengerti dengan apa yang terjadi padaku sekarang. Al yang arogan, menyebalkan dan tante Rosalia yang penuh kasih, penyanyang seperti ibuku. Arrrggghhhhhh...... lama-lama aku bisa gila dengan semua inii.....

STAY ON MY SIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang