SEBELAS

4.1K 381 2
                                    

Yuki pov

Aku membiarkan Risa menangis sejadi-jadinya, sebenarnya aku tidak menyangka dia bisa menangis seperti ini. Seminggu mengenalnya aku lihat dia orang yang kuat dan ceria, tidak seperti aku, seminggu ini ntah sudah berapa kali aku mengeluh padanya, bahkan aku menangis ketika menceritakan tentang kejadian yang menimpa orang tuaku padahal kejadian itu juga sudah berlalu. Aku baru mengerti ada luka yang ia simpan. Luka yang ia coba lupakan, dan sekarang luka itu terbuka lagi, ini pasti ada hubungannya dengan wanita gila tadi. Aku tidak tau harus berbuat apa, aku diam mencoba merasakan apa yang dia rasakan. Walau pun sebenarnya banyak pertanyaan yang ingin aku ajukan padanya. Aku harap dengan menangis seperti ini akan membuat perasaanya lebih tenang. Perlahan dia mulai berhenti menangis. Dia mengangkat kepala yang ia tumpu kan pada stir mobil. Matanya merah terpancar kemarahan diwajahnya. Aku tersenyum dan menghapus air matanya. Mencoba menenangkannya, walaupun aku bingung juga, bagaimana cara menghadapi orang yang lebih tua 5 tahun dariku. Bagaimana pun aku baru sekali ini mempunyai sahabat yang tidak seumuran denganku. Jelas saja kami mempunyai sikap, dan cara pandang yang berbeda, lagi pula dia mempunyai pengalaman hidup 5 tahun lebih cepat dariku.
Risa menepis tanganku kasar membuatku terkejut.
"Keluar dari mobilku sekarang, aku tidak bisa menjadi sahabatmu", katanya datar.
"Apa maksudmu?, aku melakukan kesalahan?", tanyaku berusaha tetap tenang. Ada perasaan sakit yang aku rasakan.
"Aku tidak ingin mempunyai sahabat.
"Oke aku tidak akan memaksamu. Tapi bisakah kita menjadi teman?.
"Aku tidak ingin bersahabat juga berteman denganmu. Jangan pernah menghubungiku lagi. Sekarang keluar dari mobilku.
"Tapi kenapa, apa salahku?
"Pergilah Yuki keluar dari mobilku sekaran!!
"Baiklah jika itu keputusanmu aku tidak akan memaksa. Maafkan jika aku melakukan kesalahan selama kau mengenalku. Terima kasih juga sudah menjadi sahabatku seminggu ini. Kau sahabat pertamaku disini, itu kebahagiaan buatku.
Setelah mengucapkan itu aku keluar dari mobilnya. Aku kecewa padanya, begitukah sikap orang dewasa. Memutuskan sesuatu tanpa memberikan alasan. Tapi biar bagaimana pun aku yakin dia memiliki alasan dibalik sikapnya. Rasanya aku ingin menangis, aku kehilangan sahabatku, sempurna sekali kemalangan ku ini. Mungkin seharusnya wanita gila tadi mengatakan padaku saja panggilan wanita menyedihkan itu. Maka aku tidak akan marah, karena itu fakta hikz hikz...
Aku menunggu taxi yang belum lewat juga, sudah jam 19.00. Tiba-tiba BMW dengan warna hitam metalik berhenti dihadapanku.
"Hei aku sudah mengatakan bukan bahwa kita akan bertemu lain kali. Bahkan ini hari pertama dan kita sudah bertemu tiga kali.
Lelaki ini, mau apa dia disini. Lelaki itu keluar dari mobil dan mendekatiku.
"Namaku Steff, siapa namamu nona ?, ini kedua kali nya kita bertemu tidak sengaja", katanya menjulurkan tangan nya padaku.
"Aku Yuki, Yuki kato.
Tangan lelaki ini begitu lembut, sangat lembut. Tidak pernahkah dia melakukan pekerjaan berat.
"Kau mau kemana ?
"Aku mau pulang...
"Kau menunggu jemputan?
Aku menggeleng."Tidak, aku menunggu taxi.
"Bagaimana jika aku mengantarmu, anggap saja sebagai rasa terima kasih karena kau sudah mau berkenalan denganku, kita bisa menjadi teman.
Deg..... aku senang dengan tawarannya, hitung-hitung hemat ongkos juga kan. Tapi bayangan Al muncul dikepalaku. Dia tidak menyukai lelaki ini, jika nanti dia tau mungkinkah dia akan marah. Kenapa Al menggangguku terus sih, disaat kami bersama, bahkan sekarang pun dalam keadaan terpisah masih sama, tetap saja mengganggu, tapi bayangannya selalu muncul dikepalaku.
"Bagaimana?, tenang saja aku tidak ada niat jahat terhadapmu.
"Baiklah.
Aku masuk kemobilnya ketika dia membukakan pintu. Uh so sweet sekali dia. Coba saja di Indonesia, mana ada seperti ini. Aku pernah pergi dengan beberapa teman lelaki ku tapi tidak ada yang membukakan pintu. Perasaan takut menghiasi kepalaku. Apa lagi kalau bukan Al, kenapa aku tidak tenang seperti ini sih. Aku melirik Steff, dia tersenyum. Melihat senyumnya membuatku lebih tenang sekarang.
Kami sampai dirumah ku jam 20.10. Aku menyuruh Steff segera pulang, aku mengatakan bahwa aku sangat lelah dan ingin tidur.
"Hai kakak ku yang aku sayang", aku memeluk kak Alan yang masih menonton tv.
"Kau lengket sekali Yuki. Mandilah!!
"Tapi aku tetap wangi bukan", kataku tidak perduli. Aku tetap pada posisiku, memeluk pinggang kak Alan dari samping, menyurukkan kepalaku dilehernya meminta perlindungan.
"Kak Tasya udah tidur ?
"Sudah.
Aku hanya ber oh ria. Tidak biasanya kak Tasya tidur secepat ini, lagi pula biasanya dia selalu menemani kak Alan menonton tv. Aku tau pasti mereka bertengkar. Belakangan ini mereka sering sekali bertengkar. Aku tidak tau apa alasannya, kak Tasya juga lebih sensitif sekarang. Sejauh ini aku hanya diam, mana mungkin aku ikut campur urusan rumah tangga mereka. Lagi pula pertengkaran dalam rumah tangga itu biasa, harus ada kerikil kecil baru bisa membuat dinding yang kokoh bukan. Dengan adanya pertengkaran akan menambah kedewasaan mereka dan mewarnai keluarga ini.
"Yuki pergilah mandi lalu tidur", kata kak Alan. Sebelah tangannya melingkari pundakku dan mengelus kepalaku.
"Iya deh Yuki mandi. Kakak juga pergilah tidur!, aku tidak ingin kakak sakit, bukankah beberapa hari ini kakak lembur terus.
"Kakak lembur juga demi kalian semua. Nanti siapa yang akan memberimu jajan kalau kakak tidak serius bekerja", kak Alan terkekeh pelan. Aku mengerucutkan bibirku yang dibalas kak Alan dengan tawanya.
"Aku juga sudah kerja kak Alan, jadi kakak tidak usah memberiku uang lagi.
"Hei kau itu tanggung jawabku, jadi sudah kewajibanku memberi mu kehidupan yang layak. Kau simpan saja gaji mu nanti, gunakan seperlunya. Jadi kau bisa memakai uang dariku untuk kebutuhan mu sehari-hari. Jangan pernah berpikir kau merepotkan kakak, membuatmu bahagia itu tanggung jawab kakak. Justru Kakak akan menangis jika melihatmu mederita", kak Alan mencubit pelan pipiku.
Air mata ku menetes, kak Alan sangat menyayangiku. Walaupun dia sudah memiliki tanggung jawab untuk keluarga kecilnya, tetap saja dia tidak pernah menelantarkan aku. Dia selalu membuatku menangis karena kasih sayangnya.
"Hei sudah jangan menangis seperti ini. Kau tidak pernah berubah ya, masih saja cengeng.
"Aku menyayangimu kak, hanya kau", kataku mulai sesenggukan.
"Aku lebih menyayangimu, kau adikku satu-satunya", kak Alan mengecup sayang pucak kepalaku.
"Sekarang cepat lah mandi!, kau harus segera beristirahat.
Aku mengecup cepat pipi kak Alan lalu berlari ke kamarku. Besok hari minggu, hari yang selalu ditunggu semua orang. Begitu pun denganku, hari libur yang sangat aku nantikan. Aku meletakkan tasku diatas meja. Kurasakan ada getaran dari dalam tas, pasti hp ku.
"Aku tunggu kau ditaman dekat komplek rumahmu jam 5 pagi besok. Berpakaian lah yang seharusnya, jangan membuatku malu.
Aku menutup hp ku setelah membaca pesan itu.
"Uh Al kohlerrrr bisakah kau membiarkanku tenang sehari saja, besok hari libuuuurrrrr tauuuuu", teriakku frustasi.

STAY ON MY SIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang