EPILOG

5.5K 350 16
                                    

     Al kohler

        "Hai sayang..... ayah bawak mainan untuk kamu....

       Aku menyodorkan hadiah yang sengaja kubeli agar dia tidak marah karena aku tidak menepati janjiku padanya. Bukannya memelukku ia malah berlari kedalam rumah, pasti mencari Yuki.

      Alika yuka kohler, putriku yang sekarang sudah berusia 5 tahun itu sangat lincah. Dia akan marah dan ngambek jika aku tidak menepati janjiku, seperti saat ini. Tadi aku berjanji akan pulang cepat dan membawanya makan diluar bersama ibunya.

     "Bunda.... bunda... ayah mau nyogok Alika", katanya manja, menarik baju bawah Yuki yang masih fokus dengan masakannya.

    "Sayang duduk duluk dulu dimeja makan, bunda lagi masak", kata Yuki lembut.

    "Ih bunda.... Alika mau digendong, nanti ayah nyogok Alika bunda", rengeknya.

    "Yuki biar ibu saja yang melanjutkannya, kamu urus Alika dulu", kata ibuku.

     Jika Alika sudah bersikap seperti ini, sudah pasti dia tidak ingin dibantah, jika itu terjadi maka seluruh ruangan dirumahku akan penuh dengan tangisan putri kecilku itu.

     "Makasih ibu, Yuki urus sikecil ini dulu", katanya menarik hidung Alika dan menggendongnya. Alika memeluk erat leher Yuki, ia menghindariku.

    "Sayang ayah nya disalamin dulu, baru pulang kerja loh ayahnya", istriku itu berusaha membujuknya.

    "Sayang ayah ada pekerjaan mendadak, kita berangkat sekarang ya, kita makan diluar sekarang", kataku merayunya. Alika menggelengkan kepalanya, tanda ia masih marah padaku.

   "Alika jangan gitu ah kasian ayah", kata Yuki.

    "Hai tante....ommmm.....

    Kami melihat kearah suara itu datang, begitu juga Alika. Rio dan Rossi, mereka sudah tumbuh menjadi anak yang tampan dan cantik. Aku menarik nafas lega, kedatangan mereka bisa menolongku, Alika tidak akan lama marah padaku, jika kakak dan abang sepupunya disini, karena mereka pasti akan setia untuk selalu menemani Alika, hampir setiap hari mereka disini, bermain bersama putriku yang imut seperti ibunya.

     "Kakak Rio, kakak Rossi...", teriak Alika riang.

     Aku mendekati Alika, mencium pipi kirinya.

    "Ih ayah cium cium, Alika masih marah sama ayah", katanya manyun.

    "Kamu gak boleh marah sama ayah Alika, dosa...", kata Rossi. Jujur aku dan Yuki sangat terbantu dengan keberadaan Rio dan Rossi, mereka selalu bisa mengajarkan  yang terbaik untuk anak pertamaku yang manja ini.

    "Iya deh Alika gak marah sama ayah, tapi kita makan malam diluar ya sama kakak Rio dan Kakak Rossi", katanya.

    Aku tersenyum. Inilah anakku, tidak akan mudah memaafkan jika tidak ada timbal balik dariku, jangan jangan Yuki kecilnya seperti ini.

    "Iya kita akan makan malam diluar, kalau gitu Alika sama kak Rio dan kak Rossi dulu ya, ayah sama bunda mau siap siap...

     Aku mengecup pipinya lagi.

   "Iya deh....", Alika mengecup kedua pipi ku dan Yuki. Kebiasaan yang selalu dia lakukan jika akan berpindah gendongan kepada dua kakaknya ini.

    Setelah Alika berada digendongan Rio, aku menarik Yuki masuk kekamar.

     "Kamu sih...., makanya jangan janji kalau tidak ditepati, sudah tau Alika seperti itu", kata Yuki membuka dasiku, hal yang selalu ia lakukan ketika aku pulang kerja.

    Aku menyeringai dan menatapnya lembut, berusaha menyampaikan hal yang sedari tadi ingin aku lakukan. Yuki bergidik ngeri, bahkan tangannya kesulitan membuka kemejaku.

    "Al...ka...kamu...mau ngapain?", tanyanya terbata.

    "Sayang sepertinya Alika butuh dedek..", kataku yang sukses membuat Yuki terkejut.

    "Astaga Al........kamu mesum......", teriaknya. Tidak perduli aku segera mengangkatnya keatas ranjang dan menindihnya. Sepertinya bercinta disore hari tidak buruk juga, buktinya rasa lelahku hilang, digantikan semangat yang sangat luar biasa hahahaha......

*********

Ini plus plusnya ya readers.....hehehe

O iya kalok boleh san berkenan...., mohon comment ya readerss, aku mau ngurai perkembangan cerita pertama ku ini hehehehe

    Thanks all....

  

STAY ON MY SIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang