EMPAT ENAM

5.2K 312 12
                                    

Al pov

Ya ampun akhir akhir ini Yuki sering sekali menguji kesabaranku. Seperti saat itu, ia tega membangunkanku tengah malam hanya untuk memasakkan telur mata sapi, padahal dia tau aku sama sekali tidak bisa masak, huh aku sudah berusaha memasaknya hingga kepalaku hampir pecah karena tak kunjung berhasil juga, eh dia malah dengan entengnya mengatakan tidak lagi menginginkannya, dan sekarang...

Aku seharian berada dikantor, berkutat dengan file file brengsek, Yuki menelpon minta dibelikan martabak telur, harus aku lagi yang membelikannya, padahal kan ada mbok Sum dirumah, arghh......

"Aku pulang......", teriakku.

Hanya ayah dan ibu yang terlihat duduk diruang tamu, kemana istriku yang mulai merepotkanku akhir akhir ini, harusnya dia menyambutku pulang, tadi kan aku sudah kirim pesan waktu menuju kerumah.

"Baru pulang kamu...", kata ayah saat aku menyalaminya.

"Iya yah, Yuki mana ya kok gak kelihatan?", tanyaku.

"Dia keluar tadi, katanya sih mau ke indomaret didepan sana, istri kamu itu sudah ngomel dari tadi, kamu kelamaan dateng", kata ibu mengambil alih menjawab pertanyaanku.

"Ya ampun jadi dia pergi, ngambek lagi pasti, yaudah yah, bu Al susul dia dulu", pamitku.

Tanpa membuang waktu kulepaskan jas dan kusampirkan dikepala kursi, aku harus menyusul Yuki sebelum dia tambah murka dan menyuruhku tidur diluar kamar nanti malam, hufttt demi kamu sayang aku rela membuang waktu istirahatku.....

*********
Yuki pov

Aku memeriksa lagi semua barang yang kubeli, ternyata sudah lengkap. Aku tersenyum pada mbak penjaga kasir sebelum melangkahkan kaki keluar dari Indomaret itu.

Aku membeli banyak sekali makanan, belakangan ini nafsu makanku bertambah. Tidak perduli akan menjadi gendut, asalkan perutku ini sudah tenang tidak meronta minta diisi.

Burghh....", aku menabrak orang dan terhuyung kebelakang, tapi sebuah tangan dengan sigap menangkapku hingga tidak terjatuh. Perlahan aku membuka mata dan sesosok pria tampan tersenyum padaku.

"Kau tidak apa apa nona?", tanyanya masih tersenyum.

"Aku...aku...", belum sempat menjawab aku ditarik paksa hingga berdiri tegak dan menjauh dari lelaki itu. Kerutan terukir jelas didahinya memandangku, tepatnya dibelakangku. Aku berbalik dan mendapati Al yang berdiri menatap tidak suka pada lelaki yang menolongku itu, rahangnya mengeras ya Tuhan bagaimana ini...aku takut Al akan salah paham lalu marah padaku.

...........

...........

...........

...........

Aku menyentuh lengan Al, bergelayut manja dilengannya, ternyata walaupun lelaki dihadapanku ini gagah tetap saja Al yang lebih segalanya darinya, dan bukan hanya dia, dari seluruh lelaki yang ada didunia Al pasti yang paling tampan. Aku memukul pelan dahiku, disaat seperti ini masih juga berfikiran aneh.

"Al.....", panggilku pelan tapi tidak ada tanggapan, rasa takut menyergapku, takut akan emosi yang akan memuncak darinya

....

....

"Terima kasih sudah menolong istri saya", kata Al tersenyum.

Hah Al tesenyum!!!!, aku fikir dia akan marah, tapi ini lebih baik dari pada ada pertumpahan darah disini mengingat Al kalau marah kehilangan seluruh logika nya, lihat saja Tirta sudah menjadi korban, padahal Tirta hanya mengikuti skenario ibu dan ayah waktu itu, untungnya walau sekarat Tirta tetap selamat.

STAY ON MY SIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang