TIGA (A SADNESS)

5.6K 459 6
                                    

YUKI POV
Ini hari pertamaku kerja, aku mematut didepan cermin melihat penampilanku. Sederhana saja, aku menggunakan rok hitam ketat dibawah lutut, dengan tank top hitam yang kupadukan dengan blezzer putih, ya setidaknya ini rapi dan sopan bukan, aku tidak ingin membuat kesan jelek dihari pertamaku, aku hanya memakai make up tipis. Di satu sisi aku merasa senang karena akhirnya aku bekerja, tapi disatu sisi aku ragu dengan keputusanku untuk bekerja dengan Al. Dia lelaki yang aku temui beberapa hari lalu, dan aku marah-marah saat itu, eh kenapa aku malah dapat pekerjaan darinya. Memalukan bukan, dan dengan PD ya waktu itu aku mengatakan aku cantik, oh God ternyata dia sangat lancar berbahasa Indonesia. SIAL.
Segera saja kutepis keraguanku, percuma saja, aku sudah terlanjur basah, aku sudah menandatangani kontrak itu. Aku mengambil sepatu dan keluar kamarku. Sampai dimeja makan aku langsung mengecup pipi kak Alan dan kak Tasya. Hal yang selalu kulakukan dipagi hari untuk orangtuaku dan sekarang aku melakukannya untuk kak Alan dan kak Tasya. Awalnya kak Alan protes tapi untung saja ada kak Tasya yang membelaku, dengan alasan agar aku tidak merasa kehilangan ayah ibuku. Dan aku rasa sekarang mereka sudah terbiasa dengan perlakuan kekanakanku itu sekarang.
"Aku akan mengantarmu kerja dihari pertamamu.
"Apa kakak serius?, tanyaku senang.
"Sangat serius, setidaknya akulah orang pertama yang akan mengantarmu untuk memulai hari barumu.
Mataku sudah berkaca-kaca sekarang. Aku begitu bahagia mempunyai kakak seperti kak Alan. Dia lelaki tampan, bertanggung jawab dan yang jelas sangat menyayangiku. Aku tau pekerjaan kantornya menumpuk, karena beberapa hari ini dia selalu pulang larut malam. Dari dulu dia selalu menjadi orang pertama yang selalu mengiringi langkah baruku, mulai dari masuk play group, TK, SD, SMP, SMA, dan kuliah, bahkan sekarang diusiaku yang 20 tahun ini tetap sama. Padahal kami berjarak 10 tahun lho. Aku masih ingat saat dulu dia menapatkan beasiswa kuliah keluar negeri dan dia menolaknya, dengan alasan selalu ingin berada disampingku dan menjagaku sampai nanti aku sudah bisa menjaga diriku sendiri. Aku bahagia sekarang. Thanks god kau berikan aku kakak sepertinya.
********
Al POV
Aku baru saja turun dari mobilku, hari ini aku malas menyetir dan memilih diantar oleh Tirta. Baru saja aku ingin melangkah masuk, tapi kuurungkan setelah menangkap sosok gadis itu yang keluar dari mobil fortuner putih. Dia terlihat bahagia dan apa aku tidak salah liat. Dia mengecup pipi orang yang mengantarnya itu, dan orang itu lelaki. Astaga emosiku naik ke ubun-ubun ingin sekali rasanya aku menarik lelaki itu keluar dari mobil dan meninju plelipisnya. Tidak ada yang bisa menyentuhnya selain aku. Aku yang sudah menunggu untuk 14 tahun lamanya.
Aku masih memperhatikannya yang tetap diam, ada sedikit keraguan yang terpancar diwajahnya. Ku putuskan untuk mendekati dia yang masih terdiam mematung ditempatnya, dan benar saja dia terkejut ketika aku mengenggam tangan dan menariknya masuk. Kurasakan semua tatapan karyawan tanda bertanya kepada kami, aku tidak perduli, aku melirik Yuki yang merasa risih dengan tatapan-tatapan itu, tetapi dia masih diam berusaha tenang dan mengikutiku. Salah sendiri kenapa pagi-pagi membuatku marah.
Aku tau dia bingung mendapati aku yang membawanya keruanganku. Masih seperti ayah yang menarik anaknya. Kulirik dia yang tersenyum kikuk pada sekertarisku sebelum kami hilang dibalik pintu ruanganku.
"Hei aku tau kau itu boss ku, tapi tidak bisakah kau bersikap sopan terhadapku.
Ya aku tau dia akan marah. Tapi apa peduliku. Aku punya hak atas dirinya. Aku duduk dikursiku. Dan dia masih berdiri dihadapanku, tapi tidak menatapku melainkan pada pemandangan dibelakangku. Ya aku tau apa yang dilihatnya. Aku menunggu reaksi selanjutnya. Dan.... dia membuka lebar mulutnya dengan mata bulatnya yang mulai melebar. Satu fakta baru aku suka pemandangan dihadapanku sekarang.
*********
1. Bekerja menjadi asisten Al Kohler.
2. Tidak menolak apapun perintah saudara Al kohler.
3. Sangat tidak dibenarkan untuk memiliki hubungan lebih dari sebatas teman dengan lawan jenis manapun selama masih terikat kontrak dengan saudara Al kohler.
Demikian surat perjanjian ini dibuat dengan perstujuan antara kedua belah pihak.
Aku masih menatap figura besar yang berada dihadapanku, aku memastikannya lagi. Disana ada tanda tanganku yang itu artinya aku telah menyetujui semua isi perjanjian itu. Ini bukan kontrak kerja, tapi apa ini aku tidak mengerti. Isinya hanya 3, tapi semua itu sudah seluruh dari hidupku. Kulayangkan tatapan tajam kearahnya yang dibalas dengan senyuman devilnya. Dia mengangkat bahunya acuh.
"Kau yang menandatanganinya, bukan salahku, harusnya kau baca terlebih dahulu", katanya tenang.
Astaga aku masih bingung dengan apa yang terjadi. Bagaimana bisa aku bertindak bodoh seperti ini. Ini hal yang ada diluar dugaanku, ini hal yang tidak mungkin bahkan untuk memikirkannya saja tidak. Aku mencubit pipiku, aw sakit. Aku tau ini semua fakta bukan mimpi, kulirik dia yang sudah sibuk dengan berkas diatas mejanya.
Aku frustasi berat, ini kah orang yang akan aku hadapi. Dia seperti menggampangkan semua ini. Bahkan sama sekali tidak perduli dengan keadaanku. Dia punya hati tidak sih. Aku mulai menangisi kebodohanku dalam diam.

STAY ON MY SIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang