Yuki pov
"Makan disana aja yuk", aku menarik Risa menuju ke starbucks coffee.
Bughh... tubuhku melimbung kebelakang, untung ada Risa yang langsung menahan tubuhku.
"Kau ini ceroboh Yuki, punya hobby kok suka nabrak orang sih", omel Risa."Ternyata selain tidak punya aturan, gila, bodoh kau ini tidak bisa melihat jalan ya....
Aku tersentak mendengar ungkapan wanita dihadapanku, ternyata aku dan Risa baru menyadari kalau yang aku tabrak ini si wanita seksi, Angel.
"Ayo", Risa menarik tanganku meninggalkan Angel yang menatap sinis pada kami."Hai bitch......
Aku reflek menghentikan langkahku. Rasanya kepalaku memanas mendengar ucapannya. Aku amelepaskan genggaman Risa dan berbalik menatapnya tajam.
"Kau bilang apa tadi?", tanyaku mendekatinya.
"Bitch bitch bitch.....
Aku menggerakkan tanganku berniat menamparnya, tapi ada tangan lain yang menahanku, Risa. Perlahan ia menggerakkan tanganku yang mengambang diudara untuk turun, mendorongku mundur, dan tanpa ku sangka Risa melayangkan tamparan yang aku rasa keras di pipi mulus Angel.
Aww....
Teriak Angel, kilatan amarah terpampang jelas dimatanya, bukan hanya Angel, Risa pun sama bahkan ada kesedihan, kekecewaan dan kemarahan mendalam darinya. Sebenarnya ada apa dengan mereka?
"Dengarkan aku brengsek, mungkin dulu kau bisa menyakitiku, tapi tidak dengan Yuki, dan kau tidak lebih dari seorang wanita murahan yang hanya bisa jadi benalu dihidup orang lain.Plak.....
Sekali lagi tamparan mendarat di pipi Angel, namun kali ini lebih keras, lihat saja sudut bibirnya memerah.
"Itu hal yang dari dulu ingin kulakukan untukmu...
Setelah mengatakan itu Risa menarik tanganku yang masih terpaku pada tempatku. Ini sangat mengejutkanku, bagaimana bisa seorang Risa berlaku kasar seperti tadi. Dan sekarang air mata menetes membasahi pipinya.Setelah memesan minum tidak ada yang memulai pembicaraan diantara kami. Risa pun tampak sibuk dengan pikirannya sendiri, ada luka lama yang terbuka, setidaknya itulah yang kutangkap dari wajahnya sekarang.
Risa menghadap kearahku, menghapus kasar air mata yang menetes di pipinya. "Ow ow mungkinkah dia akan marah padaku", gumamku dalam hati.
"Apa kau akan menghianatiku?
"Maksudnya?", tanyaku bingung.
"Jawab aku Yuki Kato apa kau akan menghianatiku?, menghianati persahabatan kita?", tanyanya marah.
Aku memegang kedua bahunya, dan memberikan senyum terbaikku.
"Risa untuk apa aku menghianatimu?, kau itu bukan hanya sahabatku bahkan kau keluargaku, jadi aku tidak akan pernah menyakitimu, menghianatimu tapi aku akan menyayangimu karena kau sudah kuanggap sebagai kakakku."Angel sahabatku Yuki.....
Aku yang baru saja meminum cappucino yang baru aku pesan segera kusemburkan kembali, hah fakta apa ini.... Angel sahabat Risa.
"Tapi itu dulu sebelum dia menghianatiku. Kami bersahabat sangat dekat, bahkan aku tidak menyadari kalau kekasihku berselingkuh dengannya.
Dengan serius aku mendengarkan cerita Risa. Jika wanita akan menangis sesenggukkan saat menceritakan kesedihannya maka berbeda dengan Risa, ia seperti sudah lelah, bahkan air mata yang menetes segera ia hapus, seakan membenci air mata itu."Angel tau betapa aku mencintai Ralva, bahkan dia tau aku mengandung anak Ralva saat itu.
Ya tuhan, astaga, ya ampun fakta apa lagi ini Risa sudah pernah hamil, jadi kemana anaknya.
"Tapi seakan tidak ada nilai persahabatan kami dimatanya, dia mengacuhkanku dan membuat Ralva pergi meninggalkanku. Dan kau tau Ralva tidak mau bertanggung jawab atas janin yang aku kandung. Angel membawa Ralva pergi dari sini, dari Singapore dan aku tidak tau kemana Angel membawa Ralva.
Aku memeluk Risa, aku ingin dia tau kalau aku ikut merasakan kesedihannya, andai waktu itu aku sudah mengenal Risa, mungkin saja aku akan mencabik cabik wajah Angel yang sok cantik itu.
"Aku frustasi waktu itu, aku tidak memiliki pekerjaan, kehamilan diluar nikah, bahkan Ralva tidak mengakuinya, karena kehamilanku orang tuaku mengusirku, mencoretku dari daftar keluarga, tidak mau mengakuiku, dan semua kesakitan itu berawal dari Angel, sahabat yang ternyata menganggapku sebagai orang asing dikehidupannya.
"Risa kumohon jangan mengingat Angel lagi", kataku yang mulai menangis, kan aku cengeng, harusnya yang menangis histeris Risa bukan aku.
Risa menggenggam erat tanganku yang melingkar dilehernya.
"Mungkin aku bisa melupakan Angel tapi....tapi... tetap saja aku ini pembunuh...
Aku melepaskan pelukanku, menatap tidak percaya pada gadis dihadapanku, apa maksudnya coba bilang dia pembunuh.
"Aku aborsi Yuki.... aku membunuh bayii ituu.. akuu.. aku...Aku tidak bisa lagi mengatakan perasaanku sekarang, semua bercampur kaget, sedih, kesal, marah. Tapi kembali melihat Risa dia terlihat sangat frustasi, inikah beban yang ia simpan sendiri. Hikz hikz aku menutup wajahku dengan kedua tanganku. Aku hanya bisa menangis, aku tidak tau harus bagaimana.
"Heii.... kenapa kau yang menangis?
"Aku tidak akan penah menghianatimu, aku berani sumpah, aku menyayangimu berjanjilah padaku Risa kau tidak akan mengingat masalah ini lagi, kau bukan pembunuh", kataku menangis sesenggukan. Risa menarikku, memelukku lembut, aku tau dia pun menangis walau tidak mengeluarkan suaranya.
**************" Huaaaaa huaaaaaaa huaaaaa", teriakku keras. Tiba tiba lampu kamar mandiku mati, tapi ini gelap sekali, bahkan aku tidak bisa melihat apapun. Apakah lampu kamarku juga mati, bagaimana ini....
Aku melangkahkan kaki ku hati hati, aku harus keluar dari sini, aku takut....."Yuki apa kau disana?
Itu suara Al, baru ingin menyahut tapi kaki tersandung.
Aw.... ", pekikku tepat saat lampu hidup kembali.
Ukhhh......
"Al...... gumamku pelan. Pantas saja tidak sakit, ternyata aku bukan jatuh dilantai, ada Al yang sudah menjadi alasku. Aku melihatnya meringis.
"Hei bisakah kau minggir, tubuhku sakit semua, kenapa kau masih berada diatasku....
Aku baru menyadari posisi kami, dengan salah tingkah aku segera berdiri.
"Kau tidak papa Al ?", tanyaku membantunya mengangkat tubuhku.
"Siku ku sakit", jawabnya mengelus elus sikunya.
"Ya ampun aku akan mengambil air hangat untuk mengompresnya.
Segera saja aku melangkah, tapi tangan Al menahanku. Aku berbalik san mendapati Al yang tertawa pelan.
"Kau terlalu mengkwhatirkan aku ya?, ini tidak perlu dikompres, nanti juga hilang sakitnya", katanya terkekeh.Aku merengut kesal padanya, bisa bisanya dia bertanya seperti itu, jelas lah aku mengkwhatirkannya, aku tidak mau dia kenapa napa.
"Ayo sinii......", Al membawaku keluar dari kamarku.
Sekarang kami berada dibalkon kamarnya. Aku yang masih bingung hanya diam mematung jantungku berdegup lebih cepat, uh padahal sudah lama mengenalnya, sudah dekat dengannya, kenapa harus salah tingkah seperti ini.
"Kau berdiri disini", Al menggerakkan aku berdiri didepan pembatas balkon. Baru ingin bertanya tapi Al sudah memelukku dari belakang, menyandarkan kepalanya dibahuku.
"Kau tau aku ingin menikmati malam ini, karena aku yakin malam ini akan ada bintang jatuh", katanya.
"Kau yakin?, dari mana kau tau?
"Feeling", jawabnya enteng.
"Dasar kau....., hanya ber feeling saja kau bisa seyakin itu", kataku ikut terkekeh.
"Feelingku jarang meleset Yuki....
"Beri aku contoh kalau feelingmu pernah tidak meleset!!
Aku menoleh dan mengecup singkat kepalanya yang menyandar dibahuku.
"Kenapa dirambutku, harusnya dibibirku saja", kata Al tertawa.
"Mau mu... hahaha, Al jangan mengalihkan pembicaraan jawab pertanyaaku.
"Aku akan bertemu denganmu dan kau akan jadi milikku, buktinya itu semua kejadian....
"Maksudnya?", tanyaku tidak mengerti. "Akan bertemu denganku", seperti pernah bertemu saja sebelumnya.
"Al bo..boleh.. aku bertanya?
"Hmmmmm
"Beri aku alasan kenapa kau mau aku jadi milikmu?
"Apa semua harus memakai alasan?", tanyanya. Ada nada tidak suka yang kudengar.
"Hei tidak usah berfikir yang aneh aneh, coba lihat itu bintang jatuh....., feelingku benar bukan", katanya bangga.
Aku mengikuti arah tangan Al benar saja ada bintang jatuh. Aku memejamkan mataku, mungkin memang konyol tapi ya sudah lah mana tau ada keajaiban.
"Al aku mencintaimu dan aku berharap kau membalas rasa ini", kataku sungguh sungguh dalam hati.
Al menggoyangkan kepalanya, membuat geli dibahuku.
"Apa yang kau lakukan?", tanyanya.
"Berdoa", jawabku seadanya.
"Hahahahaha kau berdoa saat bintang jatuh, kau percaya kebodohan orang orang yang memanjatkan doa saat bintang jatuh?....
Aku menggerakkan sedikit tubuhku, berharap Al melepaskan pelukannya. Bukankah perkataan itu sama saja dengan dia mengatai aku ini bodoh.
"Sssttt sudah jangan marah, kau tidak bodoh, anggap saja kata kataku angi lalu", ujar Al seakan tau apa yang aku fikirkan.
"Jadi beritahu aku apa yang kau minta didoamu?
"Ada deh, kau tidak perlu tau, nanti aku saja kalau semua sudah kejadian aku akan memberitahumu.
"Ya sudah terserah....
Al mengeratkan pelukannya, mengecup lembut kepalaku, rasanya nyamaannnnnnnnnnn sekalii.