Yuki pov
Hari ini aku membereskan semua barang barangku. Secepatnya aku harus keluar dari rumah Risa. Kemarin setelah kak Alan flight aku pulang dengan Risa, tidak ada yang berbicara diantara kami. Aku sudah mencoba mengajak Risa berbicara tetap saja dia hanya diam. Ntah lah aku pun tidak tau salahku apa, yang jelas lebih baik aku pergi sekarang sebelum dia mengusirku, jika itu terjadi aku tidak tau akan menangis seperti apa nanti, aku sadar sudah tidak ada lagi kak Alan tempatku bersandar, jadi jika sesuatu terjadi ntah sama siapa aku harus berbagi.
Aku menarik pelan koperku, bagaimanapun aku begitu lelah tidak tidur semalaman, aku terlalu sedih dengan kepergian kak Alan. Aku melihat Risa sudah duduk rapi dengan pakaian kerjanya di meja makan. Pandangan kami bertemu, ada keterkejutan disana. Masalah kerja uh hari ini aku tidak kerja karena harus fokus mencari tempat tinggal yang baru untukku, nanti aku akan menelpon Al.
"Risa terima kasih atas semua pertolongan pada keluargaku, aku sangat beruntung mengenalmu, kau sahabat terbaikku.
Risa diam tidak menjawab, dia masih tetap menatapku.
"Baiklah aku tidak akan berbasa basi lagi, maafkan aku yang mungkin mer..
Aku tidak menyelesaikan ucapanku karena sedetik kemudian Risa sudah memeluk erat tubuhku.
"Maafkan aku Ki, sudah dua kali aku menyakitimu seperti ini dengan alasan yang tidak jelas, harusnya aku tidak bertindak seperti anak kecil.
Risa terisak, aku seperti seorang ibu hanya bisa mengelus punggungnya lembut. Risa melepaskan pelukannya dan menarik tanganku duduk di meja makan.
"Kau tidak salah apa apa, kau tidak perlu pergi dari sini, kau boleh tinggal bersamaku disini, kau setuju kan ?
"Benarkah?, jadi kau tidak marah kalau aku merepotkanmu?", tanyaku berbinar.
"Astaga sikapku membuatmu salah paham ternyata.
Risa mengelap air matanya dan berhenti menangis.
"Yuki ma.... maafkan aku...Aku menatap Risa, ada yang mengganjal dan ingin aku tanyakan, tapi aku takut dia marah, aku tidak mau merusak persahabatan kami..
"Yuki kau sahabatku, seterusnya akan selalu begitu, aku akan memberikan pengakuan, apa kau mau mendengarkan ?
Aku mengangguk pasti.
"Ketika kau tidak tidur dirumah, saat itu kak Alan pulang larut malam, dia terlihat acak acakan sekali bahkan aku mencium aroma alkohol darinya.
Aku membulatkan mataku, sejak kapan kak Alan menegak minuman menjijikkan seperti itu, apakah ini yang dinamakan titik lemah lelaki, pasti karena Risa.
"Aku membukakan pintu Yuki, dia jatuh dan aku langsung menyanggahnya. Tepat setelah aku menutup pintu kak Alan menarikku kuat. Menjatuhkan ku sampai aku tersungkur ke lantai. Diaa.... diaa... hampir saja memperkosaku", kata Risa mulai terisak kembali.
Jika tadi aku membulatkan mataku, maka saat ini aku menutup mulutku menatap Risa tidak percaya. Astaga kakak yang selalu tegas bahkan beribawa itu hampir melukai Risa dan mengambil kesuciannya, hati ku bergetar, aku hampir saja menangis tapi aku menahannya.
"Kak Alan menyebut nyebut nama Tasya dan mengeluarkan semua emosinya. Dia menciumku kasar. Aku berusaha lepas, tapi terlalu sulit melepaskan diri dari lelaki yang dikuasai alkohol, jadi maaf aku terpaksa memukulnya dengan hp yang saat itu berada ditanganku. Yuki aku terlalu malu dengan apa yang terjadi diantara kami, makanya aku tidak berbicara denganmu atau pun kak Alan saat itu.
"Maafkan kakak ku Risa, aku tidak menyangka dia akan melakukan hal segila itu padamu orang yang sudah dengan tulus menolong kami.
Aku mulai menangis, aku malu dengan kelakuan kak Alan. Risa menyentuh lembut punggung tanganku, menebarkan senyum dibibirnua, seakan mengatakan bahwa dia baik baik saja.