Al pov
Yuki duduk disampingku, ditangannya sudah ada baskom dan sapu tangan. Dia mulai membersihkan luka dikepala dan pelipisku.
"Kenapa kau pulang dengannya?", tanyaku. Aku berusaha meredakan emosiku. Amarahku sudah memuncak, dia berani pulang dengan Steff, bahkan menerima ajakannya didepan mataku. Dan tadi mereka begitu akrab, seakan aku tidak ada.
"Karena saya tidak ingin ada orang yang salah paham lagi dengan kita.
Aku membuka mata yang sedari tadi sengaja kupejamkan. Yuki gugup, aku bisa melihat itu.
"Aku yang akan mengatasinya, bukan berarti kau bisa pulang dengannya sesuka mu.
Yuki terkejut dengan kenaikan nada bicaraku, dia berdiri dan lagi lagi menghindariku.
"Aku akan mengembalikan baskom ini kedapur.
"Tidak perlu, letakkan saja diatas meja, aku ingin berbicara denganmu", kataku tegas.
Yuki menuruti perintahku meletakkan baskom itu diatas meja. Dia melangkah menuju pintu, segera saja aku mendahuluinya dan mengunci pintu itu.
"Apa yang kau lakukan Al?", tanyanya mulai panik.
"Melakukan hal yang ingin aku lakukan, sudah aku katakan bukan jangan membuatku marah", jawabku enteng.
Yuki panik, dia mundur beberapa langkah. Aku mendekatinya meraih pinggangnya, membuat tidak ada jarak diantara kami. Dia ketakutan sekarang.
"Al kau mau apaa....
Aku tidak menjawabnya, mendekatkan wajahku padanya. Dia harus tau kalau aku tidak main main, dia milikku. Aku menciumnya kasar, ini kedua kali nya ciuman kami. Tidak ada kelembutan, aku meluapkan emosiku dalam ciuman ini. Yuki mendorong tubuhku kuat hingga aku mundur beberapa langkah. Aku melepaskan jas ku, rasa nyeri dikepalaku tidak terasa lagi, aku hanya ingin memberinya pelajaran.
Aku mendekati Yuki, mendorongnya jatuh diatas king bed ku. Menangkupnya dalam ciumanku. Yuki berusaha melepaskan ciumanku dengan sekuat tenaganya. Tapi tetap saja, tenagaku jauh lebih besar darinya.
Aku melepaskan bibirku, memberi nya ruang untuk bernafas.
"Al jangan seperti ini.......
Suara Yuki menjadi lebih parau. Ntah kenapa malah membuatku semakin tidak terkontrol. Aku menciumnya lagi, menggigit bibirnya agar memberiku akses untuk lebih menguasai nya. Yuki sama sekali tidak membalas ciumanku, aku bisa merasakan penolakannya. Entah apa yang ada dipikiranku, aku merobek kasar bajunya, beberapa kancingnya terlepas. Ciumanku mulai turun kelehernya, masih kasar.
Aku merasakan tangan Yuki mulai melonggar, dia menyerah. Aku mengangkat kepalaku yang menempel erat dilehernya. Yuki tidak menatapku, ia memalingkan wajahnya kearah lain, dia menangis. Aku bangkit dari tidurku, melihatnya menangis lagi dan karenaku membuat sakit didadaku. Tangan Yuki menarik ujung kemejanya, berusaha menutupi bagian yang bisa ditutupnya. Aku marah pada diriku sendiri, melempar patung hias yang ada dimejaku.
Wanita mana yang tidak marah jika diperlakukan kasar seperti tadi. Aku membuang semua barang yang ada diatas mejaku. Aku tidak bisa memaafkan diriku jika dia akan membenciku setelah ini. Aku tidak tau harus melakukan apa, aku tidak bisa mengucapkan kata maaf, sulit sekali rasanya mengatakan itu. Aku memandang wajahku dicermin, akh aku menggerakkan tanganku untuk memukul cermin itu.
"Al jangan seperti ini, aku takutt", Yuki sudah memelukku dari belakang tepat sebelum tanganku menyentuh cermin dihadapanku.
"Maaf jika aku melakukan kesalahan, aku... aku tidak akan mengulanginya lagi.... tapi aku mohon jangan meenghukumku seperti ini, kau membuatku takut",yuki menangis keras.
"Aku melakukan ini karena aku marah pada diriku sendiri, bukan untuk menghukummu sweet heart, aku hanya ingin melampiaskan kesalahanku ini", kataku, tentu saja dalam hati. Aku tidak mungkin membiarkan dia tau sisi lemahku. Biarlah dia tau ini semua adalah hukuman, lebih baik begini.
Aku membalikkan tubuhku, melihat gadisku dia terlihat berantakan, menangis, dan rasa takut jelas terlihat dimatanya. Jas ku ia gunakan menutupi tubuhnya. Beginikah sisi lemah mu sweet heart, hatiku sakit melihatnya. Nafasnya terputus putus, susah sekali rasanya mengeluarkan kata maaf arghhh......
Aku mencium keningnya, kedua matanya dan pipinya, biarlah bibirku basah oleh air matanya.
"Jika kau takut aku seperti ini, berhentilah menangis.
Aku mencium keningnya lagi, menggendongnya.
"Buka lemari ini,Ambil baju kemeja yang kau suka", kataku.
Yuki tidak menjawab, tangan kanannya memegang erat leherku, tangan kiri ia gunakan membuka lemariku mengambil satu baju dengan asal. Aku membawanya keluar kamarku.
"Tutup pintu kamarku Yuki.
Yuki masih menurut, ia mulai menghentikan tangisannya. Aku membawanya ke ruangan favoritku. Kamarku juga berantakan sekali tidak layak untuk dihuni malam ini. Sampai diruangan ini aku membawa Yuki masuk ke kamar mandi.
"Mandi lah, kau terlihat berantakan, pakai lah kemeja ini, tidak mungkin tidur menggunakan rok bukan.
Yuki mengangguk, aku meninggalkannya, aku pun perlu mandi. Aku akan mandi dikamarku yang mungkin sudah seperti kapal pecah.**************
Aku selesai mandi dua jam juga, sekarang sudah jam 2 pagi. Aku lebih lama berada dibawah shower, hal yang selalu aku lakukan untuk menghilangkan semua kesal yang aku rasakan. Baru kali ini aku merasa bersalah dengan seorang wanita, Yuki kenapa kau membuatku serapuh ini.
"Kau belum tidur Yuki?
Yuki yang duduk di Sofa menoleh kearahku. Oh shit jangan pandangbaku dengan ketakutanmu itu Yuki, itu melukaiku.
"Jangan katakan kau takut aku memarahimu karena tidur diruangan in?.
Yuki menganggukkan kepalanya takut. Jadi sejahat itu kah aku dimatamu, sehingga membuatmu takut padaku, kau membuatku frustasi sweet heart. Tanpa meminta perstujuannya aku mengangkat tubuh nya ke atas king bed diruangan ku yang luas nya melebihi kamar ku, ruangan ini lah yang paling luas. Yuki tidak menolak, tapi tidak berbicara juga. Kulit tangan ku bersentuhan dengan bagian paha nya, membuatku ingin sekali menyentuhnya tapi harus ku tahan. Aku membaringkannya dengan lembut, seakan tidak ingin dia tergores sedikitpun. Aku juga membaringkan tubuhku dibelakangnya. Menariknya rapat dan menempel ditubuhku. Aku melingkarkan tanganku dipinggangnya, posesif kah ini?, aku hanya ingin tidur disamping gadisku.
"Jangan menoleh kebelakang Yuki, tetaplah melihat kedepan", aku memberi isyarat padanya.
Aku membenamkan kepalaku ditengkuknya, mencoba menghirup aroma tubuhnya yang aku suka. Yuki sedikit menggeliat, aku rasa dia merasakan hembusan nafasku.
"Kau menyukai lelaki itu ?", tanyaku menciumi puncak kepalanya.
Yuki menggeleng, itu tandanya tidak bukan.
"Kau mencintainya?
Yuki menggeleng lagi.
"Kau menyukaiku ?", tanyaku tegas. Yuki tidak merespon, tubuhnya menegang.
"Jawab Yuki, apa kau menyukaiku ?
"Tidak tau....
Akhirnya dia bersuara juga. Setidaknya jawaban ini membuatku lebih tenang sekarang. Dia tidak mencintai lelaki itu.
"Kau tidak tau jawabannya, aku anggap kau menyukaiku, mulai sekarang kau bebas atas diriku Yuki, kau boleh meminta apapun padaku, tapi jangan sekalipun kau bertemu lelaki itu lagi,kau MILIKKU.
Aku mengeratkan pelukanku dipinggangnya.
"Ya sudah tidurlah!, aku akan menjagamu malam ini.
Aku harap ini awal yang baik untuk kita. Aku tidak mengerti mengapa aku begitu menginginkanmu, tapi rasa bersalah itu selalu menghantuiku, aku akan bertangging jawab atas dirimu, sepenuhnya.
"Good night and have a nice dream my sweet heart.....