SEMBILAN

4.5K 398 2
                                    

Aku duduk bersantai dikantin. Ya ini genap seminggu aku bekerja menjadi asisten Al. Aku tidak ada berbicara sama sekali dengan Al semenjak insiden dirumahnya itu. Sekedar pemberitahuan saja, setelah itu aku meminta pulang, dia mengantarku. Aku pikir aku akan dimarahi oleh kakakku ternyata tidak. Mereka bahkan begitu ramah pada Al. Sikap Al juga berbeda didepan kak Tasya saat itu kak Alan masih kerja. Dia terlihat lebih rikeks dan mudah tersenyum. Uhh berbeda sekali jika sedang berdua denganku. Sepulang Al aku langsung mengintrogasi kak Tasya. Ternyata Al memang benar menelpon kak Alan, dia mengatakan kalau aku pingsan, dia tidak bisa membawaku pulang kerumahku, karena saat itu yang ia pikirkan membawaku pulang agar cepat ditangani dr. Erwin, dia juga mengatakan aku pingsan dikafe yang tidak jauh dari rumahnya, pastinya Al dibantu tante Rosalia, kalau tidak mana mungkin kak Alan percaya begitu saja. Buktinya ketika malam aku bertemu kak Alan dia mengintrogasiku habis-habisan terpaksa aku pun ikut berbohong. Karena sejujurnya rasa takut sudah melekat padaku, aku percaya Al bisa melakukan apapun, jadi sepertinya aku tidak boleh mengabaikan ancamannya jika tidak ingin keluargaku menjadi korban.
Sekarang aku lagi menikmati jus jeruk yang tadi aku pesan. Risa juga sedang menikmati makananya. Seminggu ini aku dekat dengannya. Dia anak yang baik, lebih tua 5 tahun dariku, tapi dia tidak mau aku memanggilnya mbak jadilah sekarang aku memanggil nama saja. Aku belum banyak mengenal orang dikantor ini, hanya sebagian saja tapi dekat dengan Risa itu saja sudah cukup. Hanya dia yang tau kalau aku terikat kontrak dengan Al karena dia sempat melihat pigura yang ditempel diruangan Al yang telah dicopot setelah permintaanku. Itu pun karena aku berjanji aku tidak akan kabur lagi. Sejauh ini aku tidak berinteraksi dengannya. Ketika diruangan dia sibuk dengan file-filenya dan aku lebih memilih membantu Risa. Jadi aku tidak seperti orang bodoh menunggu bos nya yang akan memberi perintah yang ntah kapan ia berikan. Biarlah begini lebih baik, tidak usah berinteraksi dengannya aku harap sih ini selamanya.
"Hei kau melamun?", Risa membuyarkanku.
"Ah tidak, aku hanya sedang menikmati jus ku.
"Waktu kita sudah habis, ayo kembali bekerja, kau tau kan pak Al itu orang yang disiplin.
"Iya aku tau.
Kami melangkah bersama memasuki lift. Akan menguras tenaga jika kami memilih melewati tangga bukan. Pintu lift tertutup tapi kembali terbuka. Seorang lelaki bertubuh tinggi, dengan senyuman menawan memasuki lift. Dia bersama seorang wanita yang seksi kami rasa ini sekertarisnya. Pintu lift terbuka dan lelaki itu keluar disusul wanita nya.
"Eh tunggu", kataku sambil mengambil sapu tangan biru yang tergeletak dilantai.
"Milik anda tadi terjatuh", kataku menyodorkan sapu tangan itu kearahnya. Dia tersenyum kepadaku, aku balas senyuman itu. Tanpa sengaja aku melirik wanita disebelahnya yang memandangku tidak suka. Apa peduliku, bukan salahku juga wekkk.
"Terima kasih
"Sama-sama", kataku mengakhiri pembicaraan kami. Aku segera masuk lift karena ruanganku satu lantai lagi diatas.
"Dia tampan bukan?", pertanyaan Risa mengukir senyumanku.
"Iya, tapi sayang sekertarisnya akan siap menerkam kita jika tau kita membicarakan lelaki itu", kataku tersenyum mengingat bagaimana tatapan wanita tadi terhadapku. Kami pun tertawa bersama-sama.
"Selamat bekerja Risa", kataku meninggalkannya. Kami harus berpisah disini. Karena ruanganku berada di ruang direktur yang amat aku benci sedangkan meja Risa tidak jauh didepan pintu ruangan ini. Aku masuk, kudapati Al yang sudah berada disini lebih dulu. Dia sibuk mencari-cari sesuatu. Aku memilih diam dan duduk tanpa mau tau ataupun membantunya, bertanya saja aku enggan.
"Tolong carikan map hijau, aku sudah mencarinya tapi tidak kutemukan, mungkin aku kurang teliti. Dari setumpuk map yang ada disini hanya map itu yang bewarna hijau.
"Tanpa menjawab aku berjalan kearahnya. Apa lagi kalau bukan mencari dilemari ini. Sebenarnya aku malas berada didekatnya seperti ini, tapi penyimpanan map ada dibelakang mejanya.
"Permisi pak, utusan dari kantor pak Wijaya ingin bertemu.
Aku menoleh, benar saja Risa sudah berada dipintu. Aku melihatnya memberikan tatapan kesal pasti dia sudah tau aku kesal dengan siapa, karena aku sudah menceritakan betapa bencinya aku pada orang yang sudah 3 tahun menjadi bos nya ini.
"Suruh masuk", kata Al. Sebelum pergi Risa menatapku. Dia mengedipkan salah satu matanya, aku tertawa. Kenapa dia menggodaku apa dia pikir aku ini lelaki hehe. Aku kembali sibuk mencari map diantara tumpukan-tumpukan map disini. Ku dengar suara pintu terbuka pasti orang yang Risa bilang tadi.
"Silahkan duduk.
"Perkenalkan saya Steffan wijaya, anak pak Wijaya. Saya menggantikan ayah saya untuk sementara karena beliau ada urusan ke Perancis. Dia menyuruh saya datang untuk mewakilinya.
"Baiklah saya tidak akan berbasa-basi, jujur saya masih meragukan kerja sama ini, jadi beri saya waktu seminggu lagi untuk memutuskannya.
Aku terhenyak dengan kata-kata Al dia lekaki yang to do point, bicaranya jujur dan tenang, tidak gentar sama sekali. Tapi sayang dia kasar. Aku membalikkan tubuhku, aku menyerah tidak ada map hijau disini.
"Baiklah saya akan menyampaikannya pada ayah saya", lelaki itu menjabat tangan Al. Dia lelaki tadi. Aku baru menyadari tingkah Risa, ternyata tamu Al lelaki ini, pantas saja dia menggodaki.
"Hei bukankah kau wanita yang tadi ?", tanyanya yang baru menyadari kehadiranku. Aku tersenyum dan membungkukkan sedikit badanku. Kulirik Al yang menatapku dengan tatapan tajam, aku sudah mulai biasa dengan tatapan ini.
"Lain kali kita bertemu lagi", katanya.
"Kau masih berada dikantorku tuan, bisakah tidak berbicara pribadi dengan asistenku", ucapan Al membuatku merinding. Bagaimana tidak, dia berani menunjukkan ketidaksukaannya dengan sikap lelaki itu,uh dan aku lupa namanya. Tadi saat dia menyebutkan nama aku tidak terlalu fokus, lagi pula aku tidak tau kalau dia orangnya.
"Silahkan keluar dari ruangan saya, anda tidak perlu menunggu seminggu, saya akan menjawabnya sekarang. Listen saya menolak kerja sama ini. Segera sampaikan ini pada ayah anda. Aku terkejut atas pernyataan Al begitu juga sekertaris lelaki itu. Apa dia tidak terlalu gegabah. Tadi dia bilang mau kasih waktu seminggu, sekarang malah menolaknya, aku benar-benar tidak mengerti Al.
"Beri alasan kenapa anda menolak kerja sama ini, bukankah tadi anda
Mengatakan akan meberikan jawaban seminggu lagi?, anda tidak konsisten tuan", kata lelaki itu, dia tidak terkejut dengan keputusan Al bahkan dia bersikap tenang.
"Saya tidak suka bekerja sama dengan orang yang tidak ada etika seperti anda. Anda datang kekantor saya, punya urusan dengan saya, bukan berarti bebas berbicara dengan asisten saya. Silahkan anda keluar.
"Baiklah saya menerima keputusan anda. Nanti akan saya sampaikan pada ayah saya. Selesai mengucapkan itu dia pergi. Dia menoleh kearahku dan tersenyum sebelum hilang dibalik pintu.
Degg.......
Jantungku berdebar gak karuan. Al melayangkan tatapan mengerikan padaku menuntut minta penjelasan. Alarm dikepalaku berbunyi. Aku harus segera pergi sebelum dia mengamuk lagi.
"Permisi pak saya ingin ketoilet.

STAY ON MY SIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang