VIII

47 4 1
                                    

Haii gimana liburan ya saat ini Teman-teman? Seru apa ambyar??
Seenggaknya kalian ada moment bersama orang-orang terdekat dan terkasih.

            HAPPY READING!!!!







    Aku mendengar seperti ada yang memanggilku.

“Put, Kak Yuta manggil kamu” ucap salah satu teman kelasku. Tanpa berfikir panjang lagi aku menghampiri nya sembari membawa jaket dan payungnya.

“Udah siap ? ” tanya Yuta, karena aku bingung dengan perkataan dari dirinya, aku pun karena merasa bingung akhirnya mengalihkan topik pembicaraan,

“Owh ya, ini jaket dan payungnya Kak, makasih” ucapku. Yuta pun langsung mengambil 2 benda tersebut  tanpa membalas ucapan ku tadi. Tanpa aba-aba Yuta menggenggam tanganku.

“Kak, aku ” Ucapku sembari menyembunyikan wajah malu.

“Sakit atau gimana nih? Udah gak papa , ayo ke kelas ku dulu” ucapnya tanpa melepas genggaman tangannya dan menjadi semakin erat. Sesampainya di depan kelas Yuta...

“Tunggu disini bentar yah, aku mau masukin barang dulu” ucapnya.

  Benar-benar Yuta membuatku menjadi sangat malu, apalagi kondisi kelas Yuta sangat ramai. Banyak yang mengira bahwa aku adalah pacar dari Yuta. Tanpa menunggu waktu lama lagi Yuta keluar sembari membawa paper bag.

“Yuk ke taman belakang, ada sesuatu yang aku bicarakan” ucapnya.
Aku hanya menganggukkan kepalaku. Lagi dan lagi, Yuta menggenggam tanganku.
Sesampainya, Yuta mengeluarkan paper bag itu, ternyata berisikan makan siang yang ku nilai memiliki porsi yang cukup banyak.

“Put, nih Mama ku buat makan siang agak banyak, dimakan juga ya” ucapnya sembari memberikan bekalnya

“ Makasih Kak Yuta” ucapnya sembari menunduk pelan

“Jangan panggil Kak, aku risih tau. Kalo lagi berdua panggil aja Yuta, nah banyak orang ada Kak nya” ucapnya dengan mulut penuh dengan makanan. Tanpa basa basi lagi aku hanya menganggukkan kepala.

“Sebenarnya, aku dah tau kamu dari awal Put. Owh ya aku panggil kamu Nana boleh kan? Sama kaya aku ” ucap Yuta dengan serius

“Boleh aja. Tapi gimana tau semuanya? ” ucap ku sedikit dengan rasa curiga.

“Haechan, pernah kasih tau aku tentang kamu dan segalanya tentang kamu. Dan Haechan berpesan padaku untuk menjagamu, jujur awal mendengar pernyataannya aku terkejut, seperti akan mendapat sesuatu. Rupanya, Tuhan memberikan jawaban yang tepat. Mulai hari ini, detik ini, serta masa yang akan datang aku akan menjaga mu. Sesuai janjiku pada mendiang sahabatku. Yaitu LEE HAECHAN. ” jelasnya dengan panjang lebar.

    Seketika pemikiran ku pada kasus itu muncul. Ketika aku ingin mengucapkan tentang kasus itu, bel berbunyi yang menandakan masuk ke ruang kelas masing-masing. Seketika mood ku pun ikut berubah.

“ Aku anter kamu ke kelas ya cantik, tanpa penolakan. INGET YA TANPA PENOLAKAN!!!” ucapnya yang berhasil membuat ku malu dan sedikit jengkel padanya.

  Sepanjang mata memandang aku menjadi pusat perhatian. Setibanya,

“Belajar yang bener ya sayang.., eh cantik.” ucapnya dengan senyum yang membuat orang di kelas ku menjadi salting.

“Iya makasih Kak Yuta, lain kali jangan gini, aku malu tau” ucapku sembari menunduk.

“Iya, kalau gak lupa. Bye Na” ucapnya sembari meninggalkan ku.

CIEEE-CIEEE” seru semua anak di kelas yang berhasil membuat ku tersipu malu, namun itu didalam hati di luar aku memasang wajah datar. Aku melihat ke semua anak dengan tatapan sinis nan tajam.
.
.
.

DEAR HAECHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang