23. Catatan Awal

16 2 0
                                    

HAPPY READING!!!

.
.
.
.
.



Rasa kantuk ku kini telah tergantikan rasa penasaran yang menggebu. Aku menghampiri satu siswi bername tag
- Lily Amalia.

"Li, yang gelut siapa? Brisik banget sumpah " tanya ku.

"ketua kelas ama Dimas, Feb" balasnya dengan santai.

Betapa sulitnya aku menekan salvina ku sendiri. Dimas yang ku kenal anak yang ramah, ya walaupun sedikit julid seperti ku.

"eh - eh, Feb" seru Lily dari kejauhan.

Aku langsung menengahi pertikaian diantara mereka. Terlihat jelas dari raut wajah ketua kelas alias Yohan Saputra itu menatapku dan Dimas penuh dengan kebencian.

"MINGGIR GAK LU ANJING!!!, GAK USAH SOK JADI PAHLAWAN KESIANGAN BUAT TU ANAK YATIM. MINGGIR ATO -"

"APA?! " ucapku menatapnya tak kalah sinis.

"Na... " ucap Dimas sangat lirih dan tangannya menggenggam ku.

Dari tatapan Dimas aku menangkap sinyal -Aku bisa nyelesain ini sendiri, kamu diem aja disini gak usah ikut campur. Hanya itulah yang bisa ku baca.

"kalo mau gelut gak usah disini. Turun ke lapangan utama ato ke lapangan basket. Kesannya lo kek pecundang. Kalo beraninya ribut dikandang sendiri gak usah nyusahin orang di dalemnya bego. Lo tu ketua kelas anjir, harusnya jadi panutan, bukan malah kasih contoh yang jelek bangsat " lanjut ku dengan nada santai, namun sorot mataku tak bisa dibohongi.

BUK........

Ya, dirinya melempar satu pukulan yang tepat mengenai ujung bibirku. Untung saja tak sobek, hanya sedikit ngilu saja yang kurasakan.

"UDAH GUA BILANG APAAN?! , MINGGIR ATO GUA BIKIN LU PERGI DARI SEKOLAH INI BAKALNYA " ucapnya.

"cih, harusnya lo sendiri yang sadar diri, Han. Manusia sialan kek lo gak pantes sama sekali sekolah disini. LO TU ANAK BROKENHOME YANG KERJAANNYA NYARI MUKA DI SEMUA GURU. GUMOH GUA DENGERNYA DARI BU AYU SAMA CIRCLE NYA BABI.... BOKAP NYOKAP LO PISAH DAN MILIH NURUTIN EGONYA MASING-MASING. DAN LO ADALAH BUKTI DARI PERPISAHAN MEREKA. DAN ITU SEBABNYA-" ucapku terpotong olehnya.

"TERUS BONGKAR AIB GUA PUT!!! , JANGAN KASIH KENDOR " pintanya setengah berteriak.

"gua gak akan ngelakuin hal setimpal kali gak ada sebab akibatnya. Jadi gua saranin, lo gak usah ngusik ketenangan dan keselarasan anak-anak yang lain, tanpa pengecualian. " sela ku menatap Yohan
"sekarang, lo mau lanjut ati gimana?
Gua tunggu sampai lo siap"

Seketika kelas benar-benar menjadi hening, serupa dengan Yohan yang tak berkutik dengan tantangan ku tadi. Dirinya hanya menatapku dengan setengah jengah.

Sialan. Kenapa gua salah ambil langkah anjing. Mana si Putri punya wenenang di SMA ini .
-batin Yohan

"oke. Gua terima tantang lu. " selanya menarik kerah seragam ku "gua tunggu di lapangan basket sekarang juga " .

Aku hanya menyuguhi senyum miring untuknya. Yohan pun berlalu dari kelas , dan apakah mungkin dirinya menuju lapangan basket (?).

DEAR HAECHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang