43. Waves

39 5 2
                                    

HAPPY READING!!!





Dirinya sudah datang didepan kediaman milik Felix, dan satu kata yang dirinya ucapkan adalah sebuah kekaguman yang teramat dengan kondisi desain rumahnya. Hiasan klasik khas zaman Aceh tempo dulu. Di tengah kekagumannya, dirinya dihampiri oleh seorang satpam sembari tersenyum kearahnya.

"ingin mencari apa, nona? Ada yang bisa saya bantu? " tanya si satpam itu dengan tersenyum ramah.

Dengan tersenyum kikuk, Nana memberanikan dirinya membuka suara "mohon maaf, pak sebelumnya. Apakah , ini kediaman milik pak Dierja? Seputar informasi, pak Dierja adalah pengusaha di bidang kesehatan yang sering mensuplai produknya keluar dan beberapa instalasi kesehatan terdekat, betul? " timpal Nana yang terdengar seperti bertanya.

Si satpam mendengar ujar seperti itu, mengerutkan keningnya sesaat dan kemudian mengangguk perlahan sebagai jawabannya "betul, nona. Keadaan bapak sedang tidak baik dan sekarang masih dalam masa perawatan jalan. Apakah, nona seorang insfestor, yang ingin mengajak bapak bekerja sama? " balas si satpam setengah sedu.

Sejauh ini, masih aman dan, apakah kedepannya juga?
-batin Nana


Berbicara panjang dan lebar dengan sang istri membuat pemahaman dari Nana kian perlahan terbuka tentang fakta yang sempat dirinya elak. Ditambah dengan dirinya yang melihat keadaan dari ayah Felix membuat dirinya tak tega dan setengah terpaksa.

"pencucian darah yang berulang dan berkala yang membuat kita terkendala di biaya dan alih kendali perusahaan sudah kami berhentikan, atas jalan pikir Felix, nak. Mau bagaimana pun, Felix adalah yang tertua disini. Selain ibu, ada Felix yang kini sudah beranjak dewasa dan berhak mengatur semuanya dengan batasan yang ibu berikan." jelas ibu Felix tanpa berbohong.

Terdiam sejenak mencerna setiap kata yang terlontar dari ranum itu, Nana memberanikan kembali menatap netra milik ibu Felix secara perlahan sembari meraih tangannya. "maafkan, saya bu, jika nantinya, saya mengucapkan kata yang kurang berkenan di hati, dan sebelumnya saya ingin mengucapkan permintaan maaf sebelum diusir pergi. "
..... Apakah, ibu mengetahui keberadaan Felix? Saya membutuhkan dirinya untuk memecahkan kepingan kasus yang saya sedang selidiki dari satu tahun yang lalu. Dengan keberadaannya, saya bisa pergi dengan tenang nantinya. Jadi, saya mohon, kerjasamanya. Berapapun nominalnya untuk bisa anda memberitahu keberadaan Felix, akan saya bayar. " balas Nana yang terdengar memaksa, namun mau bagaimana lagi jalannya jika dirinya bersabar.

Raut yang tenang menggambarkan sosok wanita tigapuluh tahunan itu yang tengah kembali menatap nanar milik Nana dengan seksama. Guratan tangan itu meraih tubuh ringkih milik Nana dan mendekap nya dengan hangat layaknya pelukan yang dirinya rasakan sama persis seperti dari bunda.

"ibu sungguh tak mengetahui keberadaannya hingga detik ini. Selepas dirinya lulus dari SMA , dirinya mulai mengurus perusahaan ini dan memberhentikannya secara keseluruhan tanpa ada celah. Dan setelah selesai mengurus perusahaan, dirinya langsung pergi ke China. Terakhir dirinya kontak dengan ibu, dirinya ada di daerah Shanghai. Setelahnya, di tak bisa dihubungi. Ibu berani dunia dan akhirat jika ibu tak jujur. " ucapnya dengan jujur.


Dirinya kembali dengan tangan kosong, karena dirinya salah dugaan bahwa ibu dari Felix ini akan berbohong. Namun, nyatanya tak ada kebohongan yang dirinya dapatkan secuil pun. Ingin menggerutu namun inilah yang dinamakan sebuah kenyataan.

Dirinya kembali menemui Junhui di bar tempatnya bekerja, sebenarnya dirinya sudah dilarang Junhui menemui dirinya di jam kerja, namun ucapannya tak dihiraukan oleh gadis bersurai pendek dengan warna hitam legam. Kedatangannya membuat dirinya tremor, ya walaupun semua kerusakan yang dibuat oleh Nana sudah dibetulkan.

DEAR HAECHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang