39. Halazia

38 4 0
                                    





HAPPY READING!!!









Nyatanya kedatangan Nana di Seoul bukanlah hal yang menyenangkan ataupun meredakan gejolak naluri nya. Melainkan menurutnya sendiri, kehadirannya membuat nyawa keselarasan hidup orang didekatnya juga terancam. Bagaimana tidak, dirinya terlampau kesal dengan si Yoenjun.

Salah satu keluarga Choi dihabisi olehnya tanpa belas kasihan sama sekali. Bahkan cara Nana mengambil nyawa gadis yang menjadi adik kesayangan Yoenjun itu tidaklah wajar.

Dirinya melakukan hal yang sama ketika Yoenjun menghabisi nyawa dari rekan kerja dang ayah. Dengan memenggal kepalanya dan meletakkan kepala itu dalam dekapan nya.

Senyum penuh arti tersaji di wajahnya bersamaan dengan kekhawatiran yang menjalar di relung hatinya. Bagaimana pun juga dirinya salah mengambil langkah yang tepat dengan matang.

“sial, gua harus kemana lagi.. ” monolognya yang berhasil kabur dari rumah Ahjussi yang kini sudah resmi menjadi orang tua angkatnya.

“gak mungkin juga kalau gua hubungi Seungcheol, cok. ” langkah terburu sudah membawa dirinya  menjauh dari perkarangan besar milik keluarganya itu.


Nafas tersengkal dan pandangannya mulai kabur dan itu menjadi kelemahan terbesar bagi dirinya. Kini yang Nana lakukan hanyalah berdiam diri di lorong sempit di sebuah gang kecil dengan meminum habis air mineral yang dirinya siapkan.Rasa nyeri menjalar di dalam tubuhnya, namun mau tak mau harus dirinya lawan bagaimana dirinya tahan .

Rintikan hujan dimalam hari adalah mala petaka yang dirinya hindari. Hembusan angin yang bercampur dengan dinginnya air turun membuat kebingungan dari dirinya bertambah hebat. Ingin beranjak dan kembali pulang adalah lelucon aneh yang benar-benar terkesan merendahkan dirinya sendiri pada semesta. Tak ingin kembali pun akan dicari oleh sang ‘daddy’ yang sangat mencemaskan nya.

Koneksi keluarga Lee bukanlah hal belakang. Melainkan sebuah intaian yang benar-benar menjadikan hak paten keluarga itu.

Ditengah-tengah ber overthinking, sesosok pemuda asing yang lengkap menggunakan tudung hoodie ikut bersembunyi ataukah berteduh bersamanya?.

Lirikan sinis tercipta untuk sosok disamping Nana yang tengah komat kamit berbicara sendiri dengan menggunakan bahasa Jerman yang sedikit bercampurkan bahasa Inggris beraksen kan Amerika.


“sialan. Apa jadinya jika ayah tau? ”

“cepatlah surut. ”

.....

Malam sudah semakin larut yang serupa dengan rintikan hujan yang malah melebat. Nana terkepung hujan bersamaan dengan orang asing yang sedari tadi diam, mengumpat dalam bahasa asing yang sialnya dirinya ketahui dan berakhir si pemuda malang itu tertidur meringkuk karena kedinginan.

Entah mendapat dorongan dari mana, Nana menyelimuti pemuda itu dengan jaket tebal yang dirinya kenakan. Senyum teduh mengulas di pahatan wajahnya sembari menatap lekat pemuda itu. Struktur dan inci  wajah dari pemuda itu tak asing di benaknya, sangat mirip dengan seseorang yang benar-benar tak asing baginya walau hanya dengan satu kali pertemuan.

“tuan Alarich? ” monolognya dan seketika itupun si pemuda tersentak kaget.

Dengan susah payah sang pemuda mengedarkan pandangannya kesana dan kemari yang berakhir menatap nanar Nana dengan sedikit ragu.

DEAR HAECHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang