IX

50 4 0
                                    

                   HAPPY READING....

.
.
.
.
.
.



“Bagaimana kalau aku, Tiba-tiba datang disana. Secara langsung tidak langsung aku masih memiliki hak wemenang yang kuat dan resmi. Dan hak kuasa di perusahaan Appa dan seluruh aspek saham dan lain-lain aku yang memegang kuat. Jadi aku berhak kesana kapan dan kapan pun itu waktunya. ” ucapku sembari memikirkan langkah selanjutnya.

  
     Malam pun semakin larut namun, semangat ku belum surut juga. Tak terasa sudah pukul 01.25 dini hari, aku yang mencoba untuk menidurkan diriku tetapi juga belum bisa mengantuk. Ketika aku hendak memejamkan mataku aku mendengar notif dari laptop ku, dan setelah ku buka itu adalah sebuah pesan singkat dari laman messenger.

+83××××××

Selamat malam nona. Apakah benar ini nona Lee? Atau lebih tepatnya nona Putri Febry?   |01.35

     Pesan dari seseorang tersebut memiliki profil yang ku anggap tidaklah asing bagiku. Aku hanya membaca pesan itu tanpa  ingin membalasnya. Aku hanya ingin tau, apakah dugaanku benar ataupun tidak sama sekali dengan orang yang baru saja memberiku pesan singkat tersebut adalah tersangkanya.







    Hari pun terus berlalu dengan disertai jam , hari dan bulan.

“Hufftt.... ” Naya membuang nafasnya dengan kasar.

“Kenapa Nay ? Ada masalah, sini cerita sama kita berdua. ” ucap Ditha sembari menepuk bahu Naya

“Ini  project Sains tinggal menghitung hari lagi,, aku gugup banget. Memangnya kalian gak gugup ataupun grogi? Feb,,,, bantuin dong ”rengek Naya seperti anak kecil meminta permen

“Gak usah gugup. Coba kamu tau Kak Haechan. Dia anak peraih pendali emas dan memiliki project terbaik. Sedangkan kita bertiga,  masa mau kalah sama Kak Haechan. Sedangkan dia cuma sendirian. Jadi semangat, jangan gugup.” ucapku pada mereka berdua tanpa ekspresi dengan mata  yang tertuju pada buku.

“Nah, bener juga tuh. Tapi ngomong-ngomong Kak Haechan itu siapa? ” ucap Ditha dengan wajah penasarannya.

   Diwaktu yang tepat, Chenle datang dan menjelaskan kepada Ditha secara rinci dan menyembunyikan siapakah diriku sebenarnya. Kenapa begitu? .

    Karena Haechan pernah menyuruh teman-temannya menyembunyikan identitas diriku dan keluargaku  dengan orang luar selain orang kepercayaannya.

   Begitupun diriku sebaliknya yang tertutup dan terkesan dingin oleh anak-anak lain. Jadi, tak ada orang lagi yang tau dan pasti tentang kehidupan diri ku. Setelah mendengarkan pernyataan dari Chenle, aku merada sedikit lega karena apa, Ditha tak banyak bertanya kepada Chenle.

 
   Ku berharap untuk ke depannya, baik Ditha ataupun Naya tidak pernah menanyakan tentang diriku , keluargaku serta siapa Haechan yang di maksud oleh Chenle.


Penjelasan dari Chenle ku anggap jelas, dan aku memutuskan keluar dari Lab Sains. Seharian di Lab Sains membuat ku muak dan pusing, aku memilih pergi sendirian seperti biasanya dan aku melangkahkan kakiku ke lapangan basket dengan membawa sekaleng soda.


“Udara yang cukup segar disini, tak salah aku pergi kesini. ” ucapku sembari membuka kaleng soda itu dan meminumnya.

“Cape ya, nona manis. ” ucap seseorang dari arah belakangku, yang ternyata kalau bukan dan tak lain itu adalah Na Yuta, ya Yuta si ketos itu. Aku hanya menatap Yuta sembari meminum soda yang kubeli di kantin.

DEAR HAECHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang