XV

18 4 2
                                    

HAPPY READING;)












Akhrinya, kami tiba di kediaman milik paman Jefri. Dan disambut seperti orang yang sudah lama pergi berpuluh-puluh tahun.





“NANA!!! ” ucap dari tiga  makhluk lucu menghampiri dengan antusias


Siapa lagi kalau bukan Renjun ,  Naya, dan Ditha.


“Mau pelukan hangat? ” balasku dengan merentangkan tangan pada mereka bertiga.



Tentu saja mereka mengedik ngeri dengan penampilan yang bermandikan darah.
Bubu yang melihat diriku langsung menutup matanya dengan rapat.


“Ke kamar mandi sana. Bajunya udah ada, trus  bersihin lukanya” pinta Bubu dengan mendorong ku langsung.


Setiba di kamar mandi, aku seperti melupakan sesuatu. Rupanya benar. Tas itu!!!



ASTAGA!!! . Tasnya di meja. Gawat banget, kalo Bubu sampe ngebongkar isinya
racauku mengacak asal surai hitam ku yang basah.


Setelah selesai dengan kegiatan ku sebelumnya. Tanpa basa basi lagi aku menuruni anak tangga menuju ruang tengah. Yaitu tempat mereka berkumpul. Tepat kurang beberapa langkah lagi, ku lihat Bubu membuka tas ku.

“Astaga Nana. Ini Nana sekolah normal apa gimana sih? ” selanya dengan melanjutkan kegiatan membongkar perlahan isi tas ku   “Serem banget mainannya, kaya ginian”


Mendengarkan ucapan dari Bubu aku langsung bertepuk tangan dengan meriah dan mendekat pada mereka.

“Gimana, kerenkan?. Itu koleksi Nana semua loh. Bubu kalau mau ambil aja. ”  ucap dengan memengang pisau lipat.

“Nana. Simpen itu. Jangan buat mainan” pinta tante Ayu dan aku langsung memasukkan semua barang yang di keluarkan oleh Bubu.



“Mana senjata kalian?. Aku gak mau kalian kenapa-kenapa. Cukup aku aja” ucapku dan di barengi mereka memberikan pistol pada ku.


“ Sebenarnya ada apa Na?. Sampe pulang kedua kalinya kamu kaya gini” timpal tante Ayu menatap netra ku dengan lekat.


“Maaf sebelumnya. Aku gak bisa ngejelasin ini semua  ke kalian. ” aku menatap revolver di meja 

“ Aku gak mau kalian tau dan berakhir seperti Jisung ataupun Renjun. Sebenernya mereka gak tau apa-apa di balik ini, tapi mereka deket sama aku” menatap dua orang itu dengan bergantian. 

“Untuk saat ini, aku harap kalian menjauh dari aku dahulu. Terutama om Agus, Jevano, Chenle dan Yuta.  Tapi .. ” selaku terpotong oleh Jeno.

DEAR HAECHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang