XIV

18 4 0
                                    

HAPPY READING!!!









Tak lama menuruni anak tangga, terdengar sangat jelas satu peluru peringatan mengudara .



“KELUAR LU. MANA JANJI LU. GAK USAH JADI PENGECUT LO BRENGSEK” seru salah dari tiga orang berpawakan tinggi.


Dengan perasaan campur aduk, aku langsung menyembunyikan Renjun di balik meja berukuran besar.


“Nana jangan tinggalin Injun. Injun takut ” ucapnya menarik lenganku dan matanya mulai berair.


“Maafin Nana buat sekarang  ya” selaku mengusap air matanya  “Injun diem disitu, jangan buka mata sampe denger suaranya Chenle” pintaku dan dibarengi anggukan cepat.

Satu orang mendekat diposisi ku. Dan brukk.
Ku terjang tubuh pria tadi dengan menancapkan sebuah pisau lipat.




AAKKHH!!!. SHIBAL!! ” teriaknya


Aku hanya tersenyum melihatnya dalam kondisi menderita. Ku tak peduli dengan seragam dan almater beserta wajahku yang terkena cipratan darahnya.




“DENGARKAN AKU. RENCANA SELANJUT KALIAN APA. JAWAB!! ” ucapku dengan memperdalam tancapan pisau itu.


AA-AAKKU. TI-DAK TAUU”  rintihan yang semakin menggema.

Dengan kesabaran setipis kapas, aku menarik revolver dari balik almater



  DOR••


uuhk-uk




“Sudah kubilang apa. Berurusan dengan mereka sama artian nya berurusan denganku. Jika membungkam cara terbaik untukmu, dan disitu jawaban terbaiknya adalah membunuhmu”  tak luput ku ambil tas miliknya.



Aku berlari mencari keberadaan dua orang lagi. Naas, satu orang berhasil menembak lengan sebelah kiri ku.


Sial, nampaknya diriku hampir kehilangan separuh kesadaran ku.


Diwaktu yang tepat sekali.
Om Agus, Yuta, Jevano dan Chenle datang dibelakang ku lengkap  menodongkan pistolnya semua.


“Jatuhkan pistol mu. Atau aku akan menembak kepalamu itu” seru om Agus dengan perlahan wajahnya memerah.

“Na.. ” sela Yuta


“Udah gak apa. Chenle ama Jeno ambil Renjun. Dia dibawah meja deket tangga lantai dua sebelah selatan. ” pintaku pasa mereka semua
“Kalian tanganin mereka. Biar aku sisanya” ucapku menyerahkan pistol jenis Colt M1911 pada Yuta.


“Tapi Na.. aku gak bisa make ini” jawabnya

“Tukeran ma om aje.. ” balas ku tanpa menghiraukan ocehan Yuta itu.




   Disisi lain..




Akhrinya Chenle dan Jevano berhasil membawa Renjun ke mobil dalam keadaan selamat.


“Gila si Nana. Serem banget. Udah kek psikopat aje dah” ucap Jevano menggeleng kan matanya

“Lu , gak takut bestien ma tu bocah. Kalo tiba-tiba dia kek gituin lu pake piso” balas Chenle


DEAR HAECHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang