21. Fakta yang terungkap

34 4 0
                                    

Happy Reading;)














Setelah diriku selesai mengartikan dan membacakan pada mereka berdua secara garis besar, terlihat jelas dari tatapan sedu milik Jisung mulai pecah dan berakhir menangis secara perlahan. Aku dan Jeno sangat kebingungan untuk menenangkan seseorang yang menangis, pasalnya kami belum pernah melakukan hal sepele seperti itu.

Ji, lu kenapa? , sini cerita sama kita berdua ” ucap Jeno dengan mengelus surai Jisung perlahan.

“gua gak apa Jen. Gua terharu denger cerita dari buku itu” balasnya dengan mengelap liquid bening di mata dan hidungnya.

“ oh gitu. Lah trus abang ngapain naik turun halaman?, Nana kira bang Ji paham” tanyaku

“ ya, abang penasaran sama kek Jeno. Baru paham dijelasin ma Nana. Nah makanya, abang kebawa alur ceritanya dan berakhir nangis” timpalnya.





Nampaknya belaian dari Jeno menambah isakan yang semakin mengeras serta naik dan turunnya bahu milik Jisung.



“Jeno, gimana nih? ” tanyaku dengan lirih

“gua gak tau Na, kayanya cuma ini caranya” selanya menarik lengan ku.







Dan...







Kami memeluk Jisung dengan begitu eratnya.









“kita akan selalu ada buat kamu, Ji. Aku dan Nana gak akan pernah ninggalin kamu seperti dulu. Gua janji dengan sepenuh hati. Dan akan terus begini sampai seterusnya, yakan Na.. ” ucapnya

“bener bang, Nana juga janji gak akan ninggalin







Tak ada respon dari Jeno, dirinya hanya diam mematung mencoba mencerna ucapan dari Jisung.

Tunggu dulu, nampaknya aku teringat pesan dari Abi dua hari yang lalu. Dirinya sedang mengamankan salah satu duta besar Jerman yang sedang ke Jakarta dan berakhir ke Bandung. Dirinya kesini hanya sekedar menawarkan sebuah kerja sama dengan pihak pemerintah Indonesia. Yap, benar sekali aku mengingatnya dengan baik.



“kita besok pagi bolos yo.. ” ucapku dengan semangat dan berakhir mendapat satu pekikan kejut dari Jeno.

“lu gila Na? ” ucap Jisung dan Jeno bersamaan.





Namun Jisung dengan santai berbeda dengan Jeno yang setengah berteriak.


“duh gimana ya, bentar gua susun rencana dulu sebelum kesana” selaku  terdiam menatap ponsel beberapa detik.





DEAR HAECHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang