35. Hukum Rimba

27 2 0
                                    

HAPPY READING!!!











Rengkuhan yang Taeil berikan pada Seungcheol cukup menjadi sebuah isyarat agar dirinya segera kembali pada Nana apapun keadaannya. Tapi disini, tepat Taeil berada dirinya mengurungkan niat untuk menyuruh Seungcheol kembali membantu Nana. Namun dirinya juga dibuat bimbang jika membiarkan Nana menjalankan ini semua sendiri, mau bagaimanapun takdir yang telah menuntut keduanya untuk saling melengkapi walaupun nyawa mereka taruhannya.

“Seung... ”

“hm? ”

Tak ada respon lagi dari percakapan diantara keduanya. Hanya deruan nafas milik Taeil yang begitu berat. Dirinya bingung namun dirinya tak mengerti apa pokok permasalahan yang dirinya fikir hingga sejauh ini. Dirinya beralih menatap lekat pahatan wajah Seungcheol dan setiap inci tubuhnya. Terlalu banyak luka yang bersarang ditubuh ringkih nya itu.

Sakit.

Satu kata yang mampu mendeskripsikan sosok didepannya yang tengah melempar tatapan kosong kearah jendela.

Jika dibandingkan dengan Nana mungkin, Nana lah yang jauh lebih sakit dibandingkan dengan Seungcheol. Itu pendapat menurut Taeil sendiri. Namun, dirinya merasa bangga serta senang karena keduanya saling melengkapi
ditengah keadaan mereka yang sama-sama sakitnya.

“lo biasa minum, Seung? ” pertanyaan random dari Taeil membuat dirinya dilanda malu.

Namun berbeda dengan Seungcheol yang menanggapinya dengan gelengan pelan “selepas Nana dan Woozi ngelarang , sampai detik ini gua gak minum yang lo maksud itu” jelasnya dan mendapat beoan dari Taeil.

Sempat hening karna keduanya adu tatapan yang Seungcheol sendiri tak mengerti apa maksud tatapan dari sang lawannys dengan begitu lekat.

Moon Taeil.

Dirinya tengah menatap manik hitam kecoklatan yang begitu apik , namun tersirat kesedihan, kepedihan yang bersatu dengan sempurna. Entah apa yang membuat dirinya betah memandang mata cantik itu.

Dengan cepat Seungcheol langsung memutuskan kontak mata dan  memejamkan mata indahnya sembari bersandar di jendela. “lo punya rencana apa ke gua ataupun Nana? ” alihnya pada Taeil langsung.

Sang empu hanya tersenyum getir yang mendapatkan pertanyaan itu dan diam sebagai jawaban yang tepat. Kini tatapan keduanya sama-sama kosong . Entahlah apa yang mereka pikirkan hingga sampai sekosong itu.

Bukannya menjawab Taeil mendekat pada Seugcheol dengan menyodorkan sebatang rokok “lo biasa nyebat gak?. Terakhir gua ketemu Nana kita nyebat di disini, lo gak keberatan dan kebiasaan kah? ” lagi dan lagu tepatnya dengan pertanyaan random.

Seungcheol langsung menerima pemberian dari Taeil “makasih bang. ” hanya senyum sebagian penyempurna.

Setelah pemantik menyala
kepulan mengudara. Keduanya hanya terdiam memikirkan pemikiran masing-masing.

Drt.. Drt...

Suara panggilan dari handphone Taeil dan tanpa berlama lagi dirinya mengangkat.

DEAR HAECHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang