46. Fix On

53 3 0
                                    

HAPPY READING!!!!!






“aku harap, kau paham kali ini akan kemana diriku membawamu pergi..”

“apakah masih ada belenggu yang mengganggu dirimu? Bukannya, aku tidak percaya dengan penahanan dirimu ditempat ini, hanya saja aku meyakini jika dirimu masih ada koneksi dengan dunia luar, kan? Bukannya sedari awal aku sudah mengatakan, bahwa disinilah aku hanya akan menawarkan kau memilih hidup dan menikmati Utopia, atau mati dalam belenggu dihari esok.”

“seperti biasa, aku tidak akan meminta lebih darimu. Yang kuinginkan hanyalah kejujuran. Apakah kau sanggup?”

“cepat atau lambatnya, alur permainan dirimu sudah ku tebak. Ku sarankan, kau follow me, and I Will give you what you want. Terserah apa tanggapan mu. Aku berbicara seperti hanya menyarankan yang terbaik. ”

          Isi pikiran milik Jeonghan terus berkecamuk atas hasil ucapan Nana tempo hari yang dimana membuat dirinya harus ‘menyerah’ padanya. Karena, mau bagaimanapun dirinya sendiri menikmati fasilitas yang Nana berikan atau lebih tepatnya dia berhutang pada Nana, karena perlakuannya yang memperlakukan dirinya layaknya manusia bukan sebagai tahanan ataupun bekerja untuknya, “kurasa, aku harus mengikutinya. percuma juga aku bekerja untuk Sehun yang tidak menghasilkan apapun. Yang ada, diriku terus yang tertimpa kesialan yang tak berkesudahan.”

        Tiara yang berdiam diri didepan pintu milik Jeonghan seketika kosong atas ucapan milik Jeonghan“aku tak menyangka, jika sosok periang itu kesepian.” alhasil dirinya meletakkan makanan buatan sang kakak ke meja dapur.

       Mingyu yang melihat gestur wajah dari sang adik langsung mendekati dan menyuruhnya duduk tepat disampingnya itu “kamu kenapa? Itu terus makanan buat Jeonghan, kenapa ga dikasihkan? Apa dia masih marah?” pertanyaan bertubi-tubi dari  Mingyu membuat Tiara ingin menangis sejadi-jadinya.

      “loh adeknya kakak kenapa malah nangis? Apa kakak salah?”

         Dengan wajah yang masih basah, Tiara memberanikan dirinya untuk bicara yang sebenarnya “ternyata, Jeonghan melakukan aksi seperti itu untuk membuatnya bertahan hidup. Bukan untuk apapun, soalnya dia tidak memiliki siapapun,kak..”

          Mingyu yang paham pun langsung terdiam sembari menenangkan adiknya yang mudah iba dengan siapapun orangnya “kurasa, Jeonghan seperti itu memang ada tujuannya dan itu terbukti oleh Nana yang tidak asal-asalan mengambil alih hati serta naluri miliknya. Nana bukanlah orang sembarangan yang mudah ditebak.”

           Deruan nafas dari Mingyu memantik tanda tanya cukup besar. Dirinya seolah tak diberi tahu apapun tentang perihal dua manusia dengan kelicikan serta kejahatan yang begitu apik dengan dibalut tata Krama. Kedua orang yang dimaksud Tiara adalah Jeonghan dan Nana.

            Manik mereka saling bertemu, Tiara berusaha ingin membaca pikiran dari sang kakak namun usahanya gagal. “apakah kakak sedang di dikendalikan Nana?” terdengar konyol namun itulah kenyataan.

           Mingyu menerka isi pikiran sang adik “pasti dirinya berfikir, kalau aku dikendalikan Nana. Oh, ayolah dik, kau itu sahabatnya, namun mau tak begitu mengenali dirinya yang sesungguhnya.”

         “hey, sudahlah jangan dipikirkan terlalu dalam. Kakak akan bicara dari hati ke hati dengan Jeonghan ataupun Nana. Sudah, pergilah dan nikmati hari weekend mu....” ucapan Mingyu yang halus membuat Tiara teringat janji akan pergi bersama Naya dan Ditha mengunjungi perpustakaan dan beberapa museum.

DEAR HAECHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang