XVIII

21 3 0
                                    



HAPPY READING!!!













Terlalu banyak kenangan yang terukir di tempat ini, memori indah itu tak akan pernah bisa terulang apalagi sampai terbeli dengan banyaknya jumlah uang. Terkesan aneh, namun itulah faktanya.

Diriku terdiam dengan menatap kosong kearah rimbunnya bunga white rose. Teringat jelas akan kenangan dimana diriku sedang bersama Haechan menghabiskan waktu dikala senja, sama persis seperti yang kulakukan saat ini.

Dan disebelah barat terdapat rimbunnya bunga lily, dan terdapat bayangan  keluarga ku dan keluarga Lee sedang piknik diakhir pekan.

Entahlah , memori itu terus berputar dengan baik seakan-akan mereka semuanya terpampang dengan sempurna.

Aku menghela nafas dan membuangnya dengan kasar, beralih mengusap wajahku dengan kasar.

Jujur, aku sangat membenci akan pemikiran yang seperti ini. Karena apa?, tentu saja aku tak akan bisa membedakan antara yang nyata dan tidak. Dan setelah itu ada keinginan untuk melukai seseorang dengan acak.

Itulah sebabnya aku selalu menghindari bertemu dengan banyak orang apalagi dalam satu tempat yang sama.


Appa kapan aku sembuh dari penyakit aneh ini. -batinku







Tak kusadari ada sesosok anak kecil yang mendekati diriku, lengkap dengan bola bekel yang dia pegang. Senyum dengan ciri khas yang membuatku teringat siapa dia.


“hai, Kakak. Sendirian aja nih?. Yuna temani boleh kan? ” ucapnya dengan tersenyum padaku

“hai Yuna. Makasih sudah mau menemani kakak disini” selaku dengan membantunya duduk tetap di sampingku.
“Yuna tinggal di daerah sini atau tidak. Lalu kak Dimas dimana? ” tanyaku

“ iya, Yuna tinggal dekat daerah ini, truss kak Dimas_” selanya berteriak antusias
“kak Dim!!! YUNA PUNYA TEMEN BARU NIH!!! ”  lanjutnya dan mulai berlari menyusul sang kakak

Ku lihat jelas dirinya membawa kantong yang mungkin berisikan makanan ringan dan minuman. Dirinya telah tiba , dan kini beralih menatapku.



“eh Febry rupanya. Kamu udah agak mendingan belum? ” tanyanya


“udah ko Dim. Kalian ngapain disini” kini diriku yang berbalik tanya pada kedua nya

“kalo aku sendiri mau luangin sedikit waktu buat Yuna. Sebelum fokus sama ulangan kenaikan kelas. Kalo kamu sendiri? ” ucapnya dan menyodorkan sekaleng minuman favoritku, yang tak lain kalau itu adalah Sprite.

“btw makasih ya Dim, besok gua traktir lu sepuasnya” ucapku mengalihkan topik


“iya Feb, btw jawab dulu pertanyaan awalnya. ” dirinya mulai mendengus kelas padaku

“heheh, sory bro. Gua kesini cuma mau cari referensi buat bikin cerita” jawabku dusta. Suasana mulai canggung, akhirnya aku memutuskan menanyakan tentang pernyataan yang sudah ku simpan sebelumnya.


“gua nanya sesuatu boleh gak, Dim? ” tanya ku perlahan

Terpanggang jelas raut wajahnya sedikit curiga akan pembicaraan ku sebelumnya.
Dan tak luput dirinya melempar tatapan julid andalannya.


DEAR HAECHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang