37. Pièce Jointe

21 3 0
                                    

HAPPY READING!!!





Ulangan kenaikan menuju kelas duabelas sedang berlangsung dengan tenang, aman dan damai. Semua anak terlihat begitu fokus pada soal dan jawaban masing-masing.

Serupa dengan Nana yang terlihat tenang, namun tidak dengan didalam bongkahan otak jenius nya itu. Helaan nafasnya begitu sangat berat. Yang dirinya lakukan untuk menutupi keresahan nya itu dengan menghirup aroma terapi eucalyptus pemberian Seungcheol yang selalu menemani dirinya dimana-mana.

Mata indah Wonyoung yang kebetulan duduk dekat di sebelah Nana menjadi sebuah momentum untuknya agar dekat. Untuk sejauh ini tak buruk.

“Feb... Kamu udah selesai? ” tanya Wonyoung menatap Nana lekat.

Sang empu hanya menangguk dan malah asik menghirup aroma eucalyptus.  “kenapa? ”

“nanti, jam istirahat kamu mau bareng? Kita makan siang bareng gimana? ” ajak Wonyoung perlahan.

“insyaallah, semoga bisa. ” tolak Nana perlahan.

“emang kalo gak bisa kenapa? ” tanya Wonyoung berkala.

“gua mesti belajar, Wonyoung. Dan ada beberapa hal di BK yang harus gua atasi. Paham, kan?. Gua gak bohong. Kalo lo gak percaya, bisa tanya bu Ayu, ato bu Ratna oke?. ” paparnya dan mendapat kekehan dari Wonyoung.

“iya, aku percaya. Bareng ya?. Janji? ”  rengek Wonyoung yang mendapat tatapan sinis dari Naya.

Cih, sialan.
-batin Naya.

....

Jam istirahat akhir berdenting dengan nyaring. Banyak anak-anak yang sudah berhamburan dari ruang menuju kantin, lapangan dan lain-lain. Serupa dengan Nana yang kini menuju kantin dengan Wonyoung.

Sebenarnya Nana ingin menolak keinginan Wonyoung itu, namun mengingat ucapan dari Tiara apalah daya bagi dirinya . Alhasil dirinya mau tak mau menuruti dengan catatan tidak aneh,nyeleh dan membebani dirinya

Sesampai di kantin Wonyoung langsung memegang ujung kemeja yang Nana kenakan, hingga sang empu menoleh heran.

“udah sampai. Segitunya kamu fokus sama buku, sampai aku dikacangin. ” dengusnya dengan aegyo.

Nana menutup buku catatannya dan duduk tepat didepan Wonyoung “maaf. Gua belum paham sama kisi-kisi nomer dua lima. ” elaknya.

Nana tahu Wonyoung itu gadis berparas manis dan cantik untuk standar gadis rata-rata. Namun tidak dengan perilakunya yang menurutnya masih minin. Apalagi jika dirinya mengingat, kalau Wonyoung ddk pernah membuka Tiara.

Selama makan baik dirinya ataupun Wonyoung tak berniat membuka suara. Mereka hanya fokus dengan kegiatannya masing-masing. Nana fokus dengan buku catatannya dan sedangkan Wonyoung bermain ponselnya.

“Feb.., kamu masih marah sama aku? ” tanya Wonyoung

Gelengan pelan sebagai jawabannya, padahal Nana masih mengingat betul kejadian dimana mereka menyentuh sang sahabat “gak. Sans aja. ” terangnya dengan wajah datar.

“serius? ” pasti Wonyoung dengan memajukan jari kelingking

Mau tak mau pun Nana menyatukan kelingking milik dengan milik Wonyoung “ya.” 

Hening sejenak karena Nana harus menerima panggilan telpon dari sang ayah yang sekarang malah membahas soal pekerjaan. Sungguhlah ini membuat mood miliknya jatuh.

DEAR HAECHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang