7.

2.6K 201 12
                                    

(Warning! Di bab ini terdapat alur cerita yang mengandung kekerasan, dan adegan  dewasa. Mohon untuk lebih bijak untuk menyikapi isi dari bab ini.)

***

Jane baru saja selesai memakai pakaian yang sudah disiapkan oleh Jung Nara sebelumnya, setelah ia menyelesaikan mandinya dengan baik seperti yang sering dia lakukan selama empat bulan terakhir ini.

Bak wanita dewasa yang sedang kasmaran, Jane duduk manis di depan meja rias milik Jung Nara ditemani oleh majalah bisnis yang dia taruh berdiri di bawa cermin meja rias itu, agar dirinya dapat melihat wajah rupawan milik Prince.

Sambil memandang pada cover majalah bisnis itu, dan ditemani oleh senandung cinta dari mulutnya, Jane menyisir rambutnya lalu ia memoles wajahnya dengan bedak milik Jung Nara.

Kegiatan merias itu Jane lakukan atas tuntutan dari dalam hatinya yang ingin terlihat cantik di hadapan Lim pagi ini.

"Apa aku sudah terlihat cantik bagimu, Prince?" Tanya Jane pada cover majalah bisnis itu.

"Putri eomma sudah sangat cantik."

Jung Nara baru saja masuk dengan cara tiba tiba tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Eomma?" Jane menjadi malu.

"Aigooo, kau seperti gadis yang sedang kasmaran saja." Jung Nara terkekeh gemes.

Jane menunduk malu agar wajahnya yang merah itu tidak sampai dilihat oleh Jung Nara.

"Jane, apa sebelumnya kau sudah mandi? Apa Kau dapat menyelesaikan mandimu itu dengan baik?" Jung Nara sengaja mengalihkan topik pembicaraan agar putrinya itu tidak malu.

Jane mendongak dari balik cermin kemudian ia mengangguk.

"Eomma percaya itu karena kau adalah gadis kecil appa dan eomma yang baik dan penurut." Jung Nara kemudian membawa Jane ke dalam gendongannya yang seperti bayi koala.

"Pagi ini kau akan serapan bersama nyonya besar dan pangeranmu. Apa kau bersedia?" Jung Nara mengecup pipi putrinya yang mirip seperti mandu itu.

Tentu saja Jane bersedia, karena itu adalah kabar yang sangat menyenangkan hatinya.

"Hem!"

"Jadilah gadis kecil yang penurut dan baik selama kau di sana, arraso?" Jung Nara lalu menggesek hidungnya ke hidung milik putrinya, hingga membuat Jane tertawa.

"Arraso, eomma."

***

Sementara itu di meja makan keluarga, Lim tampak duduk gelisah menantikan kehadiran Jan.

Sesekali ia menangkup kedua pipinya, berganti posisi melipat tangan di dada, kemudian ia bersandar malas pada sandaran kursi makan yang sedang ia duduki saat ini.

Jiah yang sedang membaca majalah fashion di tangannya itu, sedikit terusik mendengar helaan napas berat yang selalu setia keluar lewat mulut putranya, juga gerakan rusuh yang ditimbulkan oleh kegelisahan putranya itu.

"Sepertinya kau sedang gelisah benar?" Jiah bertanya tanpa menoleh ke arah Lim, karena saat ini ia sedang berusaha fokus membaca majalah fashion di tangannya.

Lim kembali memperdengarkan suara helaan napasnya.

Jiah segera mengalihkan perhatiannya dari majalah fashion menuju ke putra.

"Kenapa kau terlihat gelisah seperti itu, hem? Apa karena Jane yang belum juga datang? Pasti karena kau yang sudah tidak sabaran lagi menantikannya. Apa itu benar?" Jiah menggoda putranya.

You're Still The One(JENLISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang