25.

2.6K 170 7
                                    

(Warning! Dalam bab ini terdapat beberapa kalimat kekerasan yang tidak layak untuk ditiru.)

*** 

"Babyku, kenapa kau baru datang pagi ini, kemana saja kau, hem?"

Irene baru saju berhambur masuk ke dalam pelukan tubuh kekar milik Lim, sebab ia sudah sangat merindukan kekasih gelapnya itu.

Yang mana saat itu Lim baru saja mendaratkan bokongnya di atas tepi brankar.

"Maafkan aku, Irene, ponselku sempat kehabisan daya, dan aku ketiduran." Jawab Lim, dan tidak berniat untuk membalas pelukan dari Irene, karena tiba tiba saja perasaannya menolak untuk melakukan hal itu.

"Sungguh aku tidak mengapa, babyku, yang paling penting dari itu adalah kau telah berada di sisiku saat ini. Kau tahu aku sangat merindukanmu."

Lim hanya tersenyum seadanya, sebab pikirannya saat ini sedang kacau karena kejadian pagi tadi.

"Hari ini aku sudah diijinkan pulang oleh dokter yang bersangkutan dengan luka parah yang aku dapatkan di bagian kepalaku ini, karena tidak ada yang serius dengan kerusakan syarafku. Wanita gila pembawa sial itu hampir saja membunuh aku saat itu!" Ucap Irene dengan nada suara merengek, kemudian ia memasang raut wajah tajam sambil menyentuh keningnya yang telah dililit dengan perban itu.

"Irene?!" Tegur Lim karena hatinya terasa sakit mendengar umpatan dari Irene barusan.

Irene menarik diri tubuh kekar milik Lim. 

"Ada yang salah dengan ucapanku?!" Tanya Irene sambil menatap penuh selidik pada Lim.

Lim yang menyadari tatapan itu, segera menyunggingkan senyum menawannya untuk Irene, agar kekasih gelapnya itu tidak sampai menaruh rasa curiga terhadapnya.

"Jangan bilang kau sedang berusaha untuk membela istri palsumu itu. Benar begitu!" Lanjut Irene.

"Irene, kenapa kau tiada henti hentinya  membahas tentang istriku."

"Mwo?! Apa aku tidak salah dengar?! Kau baru saja menyebut wanita gila pembawa sial itu sebagai istrimu?! Padahal kau sudah tahu bahwa aku tidak ingin mendengar hal semacam itu!" Irene melipat tangan di dadan sambil memutar posisi duduknya untuk memunggungi Lim.

"Sudahlah, baby, jangan membahas hal itu kembali itu, karena itu tidak akan ada habis habisnya dan itu akan berujung kepada perdebatan seperti saat ini." Bujuk Lim dengan cara memeluk Irene dari arah belakang.

"Jadi, kapan kita akan pulang, hem?" Lanjut Lim.

Irene sempat memejamkan kelopak matanya saat merasakan hembusan napas di lehernya.

Hal itu berhasil membangkitkan hasrat yang telah ia pendam dari kemarin.

"Sekarang, baby." Jawab Irene dengan nada suara sensual.

"Baiklah, aku akan antarkan kau pulang ke,,," Lim menghentikan ucapannya karena ia kebingungan harus membawa Irene pergi kemana.

Seolah mengerti raut wajah kebingungan dari Lim barusan, Irene pun menjawab.

"Bawa aku ke Penthouse milikmu saja, baby."

Lim melepaskan pelukannya karena ia terkejut mendengar permintaan dari Irene barusan.

"Irene, itu tidak mungkin. Kau tahu ada Jennie di sana."

"Lalu kenapa jika ada wanita pembawa sial itu di sana! Bukankah kalian hanya sebatas bersahabat saja?! Lagi pula pelaku yang menjebak kau malam itu telah terungkap. Jangan katakan kau sedang menjaga perasaan istri palsumu itu!"

You're Still The One(JENLISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang