43.

2K 157 0
                                    

(Warning! Dalam bab ini terdapat beberapa kalimat kekerasan yang tidak layak untuk ditiru.) 

*** 

Pengadilan, Seoul, Korea Selatan.

Hari ini telah tiba saatnya dimana pengadilan akan melangsungkan sidang perdana atas kasus kekerasan fisik yang dilakukan oleh Limario Bruschweiler terhadap Kim Jong In.

Jiah duduk di antara Chris dan Jennie, di barisan bangku panjang paling depan.

Sedangkan Lee Min Ho beserta Bae Suzy dan Lee Min Joo, duduk di barisan bangku panjang paling depan di samping jalur bangku keluarga Bruschweiler.

"Sebentar lagi kau akan mendapatkan balasan, Chris." Minho menyeringai ke arah Chris.

Yang saat itu Chris menatap sangat tajam kepadanya sambil mengeraskan rahangnya, begitu juga dengan Jiah yang tidak kalah geram dari Chris, atas kebusukan dari saudara laki lakinya itu.

"Sayang, jaga wibawamu, jangan sampai kau terpancing karenanya." Jiah sambil mengelus punggung tangan milik Chris. 

"Seharusnya dari dulu kau tidak perlu  membela saudara laki lakimu itu." Jawab Chris.

Sementara itu, Jongin dan pengacara Kwon terlihat duduk di bangku yang telah disediakan di sana.

Sesekali Jongin melirik ke arah Jennie dengan memasang senyum penuh arti dari bibirnya.

Jongin sudah tidak lagi merasa takut melihat Chris, karena ia telah diberikan kekuatan mental oleh appa Lee.

"Jennie, secepatnya kau akan menjadi milikku. Aku juga bersedia menjadi appa bagi calon bayimu itu." Ucap Jongin dengan pelan namun Jennie masih bisa membaca gerakan bibirnya itu.

Kondisi Jongin saat ini sudah tidak berbalut perban lagi, namun masih menggunakan alat bantu kruk.

Lim memasuki ruangan persidangan bersama Kang Seulgi dan beberapa petugas kepolisian, mendampingi dirinya.

Melihat kehadiran Lim yang tengah digiring oleh pihak kepolian Seoul, Jennie segera menghampiri suaminya itu setelah ia mengangkat bokongnya dari tempat duduknya.

"Hubby." Jennie berhambur masuk ke dalam pelukan Lim.

"Wifey."

"Hubby, aku merasa begitu ketakutan bagaimana jika kau mendapatkan hukuman yang berat." Ucap Jennie dengan sendu.

Airmata ketakutan yang tertahan sedari tadi, keluar dari mata kucingnya sampai membasahi seragam tahanan sementara yang dikenakan oleh Lim saat ini pada bagian dadanya yang bidang.

"Wifey, kau tidak perlu merasa takut karena  semuanya akan baik baik saja setelah ini. Bukankah aku sudah pernah berjanji kepada kau dan juga calon bayi kita, bahwa kita akan berkumpul bersama kembali." Ucap Lim untuk meyakinkan Jennie meskipun ia sendiri tidak yakin akan itu.

"Hon, apapun yang akan terjadi setelah ini, aku akan selalu setia menunggumu." Jennie lalu mengecup sekilas bibir tebal suaminya itu dan seluruh daerah wajah tampannya.

Hal itu Jennie berikan sebagai bentuk bahwa dirinya telah siap jika suatu saat nanti Lim mendapatkan hukuman yang akan membuatnya terpisahkan dari suaminya itu dalam kurun waktu yang cukup lama.

"Kami mencintaimu, daddy." Lanjut Jennie kemudian.

Entahlah, sepertinya Jennie memang sudah berada di titik pasrah saat ini.

"Daddy juga mencintaimu, mommy, baby." Dijawab oleh Lim di tengah hatinya yang tercubit sakit.

Aksi romantis yang dipertontonkan oleh Lim dan Jennie saat ini, mendapatkan perhatian dari Jiah yang saat itu juga langsung bergerak cepat untuk menghampiri putra dan menantunya itu.

You're Still The One(JENLISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang