37.

2.4K 164 0
                                    

"Ini membuatku sedikit gemetar karena entah kenapa aku merasa hal ini adalah bagian dari pembicaraan kita, wifey."

Dengan diselimuti oleh rasa penasaran yang besar, Lim membuka amplop itu kemudian ia membacanya.

Jennie yang sedang bersandar manja di dada bidangnya itu, berganti memandang kepada mata besarnya dan juga raut wajahnya untuk mengabadikan reaksi haru melalui sorot matanya itu dan pancaran raut wajahnya itu, yang akan segera ia tampilkan di sana. 

Dimana pandangan mata kucing dari Jennie saat ini tengah merekam setiap reaksi membahagiakan yang ditampilkan oleh sorot mata besar dan raut wajah dari suaminya itu.

Dimulai dari reaksi mata besar itu saat membulat sempurna hingga berkaca kaca, lalu bibir tebal itu saat mengukir senyum lebar, disusul pundaknya saat gemetar.

"Hubby, kita akan segera memiliki baby seperti yang kau janjikan itu." Jennie sambil mengelus bagian rahang tegas dari suaminya itu.

Speechlees.

Itulah yang saat ini Lim rasakan karena ia yang begitu terharu bahagia.

"A,,, aku tidak percaya ini. Ini luar biasa. Ah, sayangku, terimakasih untuk semua hal membahagiakan ini." Lim kemudian menenggelamkan wajahnya di bagian dada milik Jennie untuk menangis haru di sana.

"Tapi berjanjilah kau kepadaku, hubby, bahwa kau harus lebih menyayangi aku dari pada bayi kita ini nantinya." 

Jennie baru saja tiba tiba merasakan kecemburuan terhadap calon bayinya saat ia melihat respon bahagia dari suaminya itu.

Hal itu sedikit membuatnya sedikit merasa ragu untuk memiliki bayi.

Lim menarik wajahnya dari dada milik istrinya itu, lalu ia menghapus airmata bahagianya menggunakan punggung tangannya langsung.

"Wifey?!" Lim sambil mengernyit.

Namun di detik berikutnya, Lim dapat memahami kondisi emosi dari istrinya yang terkadang labil itu karena tengah mengandung benihnya. 

Oleh sebab itu, Lim menempelkan satu telapak tangan lentik milik istrinya itu ke bagian dadanya.

"Wifey, kau dan bayi kita ini nantinya memiliki tempat yang berbeda di bagian sini. Percayalah, dia bahkan tidak akan mampu mengubah detak jantungku ini ketika saat bersama dengan kau sampai kapanpun itu. Apa kau bisa percaya itu, hem?" Ucap Lim penuh meyakinkan.

"Haa, hon. Hanya saja aku merasa takut kau akan mengabaikan aku begitu saja setelah dia hadir, karena waktumu akan lebih banyak bersamanya. Itu sebabnya ketika dokter Song menyatakan bahwa aku tengah positif hamil aku sengaja menahannya selama dua hari karena aku yang sempat merasa sedikit ragu untuk memberitahukan kabar bahagia ini kepada kau, honey." Ucap Jennie dengan sendu, disertai juga dengan airmatanya yang menetes sampai membasahi pipi mandu miliknya.

Airmata yang mengungkapan sebuah perasaan tidak rela berbagi perhatian dari suaminya, termasuk kepada calon bayinya sendiri.

"Hei, hei, bukan begitu, sayangku. Justru kita berdua yang akan menghabiskan waktu bersama bayi kita ini nantinya, oke?" Lim sambil mengelus lembut kepala milik istrinya itu.

Ada perasaan takut menyelimuti dirinya setelah ia mendengar ucapan cemburu dari Jennie barusan.

Semoga saja apa yang saat ini tengah Lim pikirkan tidak sampai terjadi.

"Sekarang katakan kepadaku, apa yang harus aku lakukan, agar kau tidak takut lagi karena kau merasa terasingkan oleh bayimu sendiri, hem?"

Jennie langsung menatap tajam kepada Lim.

You're Still The One(JENLISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang