Brakkk!!!
Suara pintu tertutup barusan membuat Jennie tersadar dari pengaruh obat bius yang dia dapatkan.
"Enghh."
Kelopak matanya perlahan membuka, sehingga pandangannya yang buram itu tertuju pada langit langit kamar.
"Aw, kepalaku kenapa pusing sekali."
Bersamaan dengan itu, Jennie meringis sambil berusaha menyentuh kepalanya yang terasa berat becampur pusing itu.
Sedetik kemudian Jennie tersadar dari apa yang telah terjadi sebelumnya.
"Seseorang telah menculikku, sial! Aku harus pergi dari tempat ini."
Dengan kondisi limbung akibat masih dalam pengaruh obat bius, Jennie berusaha bangun dari atas ranjang.
Namun sebelum Jennie menapakkan kakinya di atas ubin,
Bughhh
"Achhh!"
Seorang pria memakai masker dan penutup kepala, baru saja mendorong tubuhnya hingga kembali telentang di atas ranjang yang sama.
Tepat setelah Jennie terbaring, pria bermasker itu menimpa tubuhnya dari atas.
Pandangannya yang masih buram itu sempat bertemu dengan tatapan dari mata besar berwarna merah yang terlihat buas penuh biahi milik pria bermasker di atasnya.
"Siapa kau!" Jennie berontak dengan cara memukul bahu bidang milik pria itu.
Kedua lengan kekar milik pria itu bergerak cepat mengunci tangan dan kedua kakinya, sehingga Jennie kesulitan untuk bergerak.
"Lepaskan!"
Meski kesulitan bergerak, berontak melalui suaranya barusan, karena ia sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Aku mohon, jangan." Jennie berusaha merontah sebisa yang dia mampu dengan mata yang berkaca kaca.
Pria itu tidak perduli sama sekali.
Bibir sexy milik Jennie yang menggoda iman itu, mengharuskan pria itu untuk menarik maskernya dengan kasar hingga putus.
Kemudian pria itu langsung melahap bibir sexy itu dengan sangat rakus.
Untuk sesaat, Jennie terdiam akibat merasakan bibir tebal dan aroma napas mint milik pria itu.
Yang mana keduanya itu berhasil mengingatkan dirinya pada kekasih kecilnya, Limario Bruschweiler.
Pria yang sudah bernafsu itu menggigit bibir Jennie sampai terluka dan berdarah.
"Achh! Tolong lepaskan aku." Jennie kembali memberikan perlawanan dengan cara menggelengkan kepalanya berulang ulang, untuk menghindari lumatan rakus dan kasar itu.
Bersamaan dengan itu, Jennie menggunakan tangannya yang lemah untuk mendorong bahu milik pria itu.
"Lepaskan!"
Namun sayang.
Akibat masih dalam pengaruh obat bius, juga akibat dari rasa sakit pada lengan kanannya, keduanya itu membuat Jennie sama sekali tidak bertenaga untuk mendorong bahu bidang itu.
Lagi lagi pria itu tidak perduli.
Pria itu tetap melumat dan menggigit bibir sexy itu.
"Achh! Lepaskan." Jennie merintih sakit.

KAMU SEDANG MEMBACA
You're Still The One(JENLISA)
Romantizm"Maafkan aku Jane, aku mencintai kekasih ku yang sekarang, mari kita bersahabat saja." Limario Akankah kisah cinta masa kecil itu kembali bersemi setelah melalui begitu banyak tahap yang menyakitkan? "Akan aku rebut kembali apa yang sudah seharusny...