(Warning! Dalam bab ini terdapat beberapa kalimat yang tidak layak untuk ditiru.)
***
Cahaya dari sinar mentari pagi yang sedikit menyilaukan, menerobos masuk lewat cela gorden jendela kaca dari kamar tidur pribadi milik pengantin baru dari keluarga Bruschweiler.
Cahaya itu menyinari wajah damai milik sepasang suami istri yang masih tampak tertidur lelap di atas ranjang tanpa mengenakan sehelai benangpun di tubuh mereka, dan hanya selimut tebal yang menutupi tubuh mereka saat ini.
Malam panas penuh emosi yang telah mereka lalui semalam, membuat suami istri itu masih setia memejamkan mata.
Drrrtt drrrtt drrrtt
Suara getaran ponsel dari atas nakas sana berhasil mengusik tidur seorang nyonya muda dari keluarga Bruschweiler yang terhormat, yaitu, Jennie Kim Bruschweiler.
Dengan kondisi setengah sadar, Jennie meraih ponselnya tanpa melihat siapa yang menghubunginya saat ini, karena matanya masih setia terpejam.
"Yeobeseyo... Ya... Hmmm... Aku tidak ada kelas pagi ini... Hmmm, arraso."
Tut
Dengan gerakan malas, Jennie kembali menaruh ponselnya itu ke tempatnya yang semula.
Sahabatnya, Han Soo He, bahkan tidak mampu mengembalikan kesadarannya sampai akhirnya telinganya yang tajam mendengar suara dengkuran halus dari arah belakangnya.
Tepat setelah nyawanya terkumpul dengan sempurna, Jennie langsung membuka kelopak matanya, dan merasakan satu lengan panjang tengah melingkar di pinggangnya dari arah belakangnya.
Jennie membalikkan badannya tanpa melepas pelukan dari tangan kekar itu.
Senyum bahagia langsung terukir di bibirnya, manakala mata kucingnya melihat wajah damai milik suaminya, tepat berada di depan matanya, dan hanya berjarak beberapa centi dari depan wajahnya.
"Selamat pagi, hubby." Ucap Jennie dengan nada suara berbisik, agar suaminya yang tercinta itu tidak sampai terusik dari tidurnya yang pulas.
Mata kucingnya menikmati dengan penuh cinta pada pahatan sempurna dari wajah milik suaminya, yang telah berhasil meluluhlantakkan hatinya, diikuti satu tangannya menyentuh wajah tampan yang nyaris sempurna milik suaminya itu.
Ibu jarinya perlahan bergeser menuju ke arah bagian kelopak mata suaminya, bersama ingatannya pada tatapan hasrat dan tatapan tulus semalam.
Kemudian ibu jarinya itu bergerak turun ke arah bagian bibir tebal yang telah mengungkapkan perasaan cinta kepadanya sebelum bibir tebal itu bekerja dengan nikmat disetiap inci dari tubuhnya semalam.
Akibat membayangkan moment indah dari semalam itu, tiba tiba ada sebuah perasaan yang mendorong dirinya untuk kembali memberikan kecupan lembut di bibir tebal itu.
Namun, sebelum Jennie melakukan niatnya itu,
"Jika kau ingin merasakannya kembali, maka lakukanlah, wifey."
Suara serak bangun tidur yang berasal dari bibir tebal barusan, telah berhasil membuyarkan lamunan Jennie.
Meskipun demikian, ibu jarinya masih tetap setia berada di bibir tebal itu.
Lim mengecup lembut ibu jari lentik yang berada di bibir tebalnya itu.
"Selamat pagi, sayangku." Lanjut Lim sambil membuka kelopak matanya dan saat itu juga matanya yang masih berat itu langsung bertemu dengan tatapan dari mata kucing di depannya.
"Hubby, kau baru saja membuat aku sedikit terkejut." Ucap Jennie dengan nada suara merengek manja.
"Haa, maafkan aku, sayangku, karena telah membuat kau terkejut akibat dari aksiku yang begitu mencintaimu. Sebagai gantinya, mulai dari sekarang, aku hanya ingin melihat wajah cantik ini saja untuk pertama kalinya saat aku membuka mata dari tidurku. Bagaimana, hem?!" Lim lalu menarik pinggang ramping milik istrinya, agar tubuh polos istrinya itu semakin menempel dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're Still The One(JENLISA)
Romance"Maafkan aku Jane, aku mencintai kekasih ku yang sekarang, mari kita bersahabat saja." Limario Akankah kisah cinta masa kecil itu kembali bersemi setelah melalui begitu banyak tahap yang menyakitkan? "Akan aku rebut kembali apa yang sudah seharusny...