18.

2K 177 0
                                    

Tiga hari telah berlalu sejak dari Lim diperkenalkan kepada publik.

Dalam tiga hari itu, kondisi Jennie telah pulih total akibat perawatan mahal yang dia dapatkan dari keluarga Bruschweiler.

Tidak jauh berbeda dari sang eomma, sifat yang menurun dari Jung Nara itu membuat Jennie dengan mudah merebut hati siapa saja termasuk calon mommy mertuanya.

Seperti pagi ini, dimana Jiah dan Jennie sedang disibukkan dengan membuat serapan di dapur didampingi oleh beberapa maid di sana. 

"Sayang, coba kau cicipi kuah sup ini." Ucap  Jiah pada Jennie.

Semenjak Jennie tinggal di dalam rumah besar itu, Jiah menjadi rutin menginjakkan kakinya di ruangan dapur untuk memasak hidangan bagi anggota keluarganya setiap harinya.

"Hmmm, sepertinya sedikit kurang garam, mom." Jawab Jennie setelah ia mengecap kuah sup dari ujung sendok yang dia sendok dari dalam pancinya langsung.

Sejak Jennie bersedia menikah dengan Lim, ia telah memanggil Jiah dengan sebutan mommy dan, daddy sebagai sebutan untuk Chris. 

"Apa segini cukup?" Jiah menunjukkan takaran garam yang akan ia masukkan ke dalam panci sup.

"Aku rasa segitu sudah cukup, mom." Jawab Jennie di sela sela kesibukan tangannya yang sedang mengaduk adonan pancake.

"Hmmm, semoga saja calon suamimu itu menyukai sup buatan calon istrinya ini. Hehe." Goda Jiah.

"Hehe, sup itu justru buatan mommy sendiri bukan."

"Mommy hanya menemani kau saja, Jane. Selebihnya kau yang bekerja dengan sangat keras. Hmmm." Jiah kemudian menghirup uap sup dari panci itu.

Jennie terkekeh melihat calon mommy mertuanya itu, yang baik hati seperti Jung Nara terhadapnya.

"Ah, Jane. Apa kalian sudah fitting baju pernikahan?" Tanya Jiah sambil mengiris daun seledri.

"Sudah, mom, besok siang pihak butik akan mengantarkan segala keperluan kami." Jawab Jennie sambil menuangkan adonan pancake ke dalam loyang pemanggang.

"Tidak terasa empat hari lagi kau dan Lim akan resmi menjadi pasangan suami istri. Padahal baru kemarin Lim kecil meminta restu untuk berpacaran dengan kau, tapi sekarang kalian akan segara melangsungkan pernikahan."

Jennie terkekeh karena merasa lucu mengingat kejadian 20 tahun silam bagaimana dulu ia sangat menggilai pria kecil Tarzan yang sebentar lagi akan menjadi suaminya itu.

"Ceritakan pada mommy bagaimana dulu Lim mengungkapkan perasaan cintanya itu pada kau."

Jennie kembali terkekeh karena ucapan dari Jiah barusan sukses mengingatkan dirinya pada kencan romantis di gazebo samping.

Gubuk mewah itu sampai sekarang masih berdiri di sana.

"Lim mengajak aku dinner romantis di gazebo samping, meski saat itu masih siang hari, hehe." Jawab Jennie sambil menggeleng lucu.

"Ah, benarkah?! Lalu apa yang kalian nikmati saat itu, hem?" Tanya Jiah lagi sambil memasukkan daun seledri yang dia iris itu ke dalam panci sup.

"Kami begitu menikmati steak nugget goreng rasa ayam dan segelas cola, ditemani musik biola yang dimainkan oleh penjaga gerbang Jang. Kau tahu, mom, itu benar benar sangat romantis sekali." Jennie kembali terkekeh karena ucapannya sendiri di tengah tangannya yang sambil menuang adonan pacake yang baru ke dalam loyang yang lain.

Penjaga gerbang Jang juga masih ada sampai sekarang, dan ia masih setia menjaga gerbang.

Jiah mengerutkan keningnya untuk mencerna jawaban dari Jennie barusan.

You're Still The One(JENLISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang