(Warning! Dalam bab ini terdapat beberapa kalimat kekerasan dan seksual yang diperuntukkan bagi mereka yang berusia 18 tahun ke atas.)
***
"Kim Jong In?"
Pria yang bernama Kim Jong In itulah yang memberikan sapaan hormat kepada Kim Soo Hyun dan Jung Nara, yang hampir saja menjadi mertuanya itu.
"Aku pikir kau tidak akan datang sore ini, Jongin?" Tanya Kim Soo Hyun.
Selama ini Jongin tidak pernah putus hubungan komunikasi dengan Kim Soo Hyun dan Jung Nara, karena Jongin sedang berusaha untuk memantaskan diri sebagai calon menantu idaman bagi Kim Soo Hyun dan Jung Nara itu sendiri.
"Aku tidak pernah berniat mengingkari janji pentingku terhadap orang orang tersayangku, appa." Jawab Jongin.
"Dari dulu kau tidak pernah berubah, Jongin. Orangtuamu pasti sangat bangga memiliki putra yang sopan seperti kau ini. Kau adalah pria yang sangat baik. Seandainya kami masih memiliki putri lain, kami sudah pasti akan menjodohkannya dengan kau." Kali ini Jung Nara yang berucap.
Kim Soo Hyun dan Jung Nara sama sekali belum mengetahui latar belakang asli dari Jongin.
"Eomma, kau berlebihan sekali." Jongin tersenyum lebar karena mendapatkan pujian dari Jung Nara.
"Yeobo, sebaiknya tolong kau siapkan saja menu hidangan untuk menyambut kedatangan Jongin ke restaurant kita. Perjalanan jauh yang dia tempuh demi mengunjungi kita mungkin saja telah membuatnya kelaparan. Apa aku berkata benar, Jongin?"
"Hehe, tentu saja kau berkata benar, appa. Bahkan aku sengaja belum memakan apapun, agar aku bisa menikmati menu hidangan buatan eomma dengan porsi yang banyak."
Kim Soo Hyun dan Jung Nara terkekeh mendengar pujian dari Jongin barusan.
"Baiklah, kalau begitu eomma harus segera mempersiapkan menu hidangan terbaik hanya untuk kau, Jongin. Kalian berdua berbincang bincang saja sampai eomma selesai, arraso?"
"Hehe, arraso, eomma."
***
"Engghh"
Suara lenguhan kecil itu, baru saja lolos dari mulut seorang nyonya muda dari keluarga Bruschweiler.
Jennie terbangun dari tidurnya yang pulas karena hidungnya yang tajam tidak lagi mencium aroma tubuh dari suaminya.
"Honey."
Satu tangannya sambil meraba raba sisi ranjang yang biasanya ditempati oleh Lim, namun satu tangannya itu tidak menemukan tubuh suaminya di sana.
Kelopak matanya langsung terbuka saat itu juga untuk memastikan apa yang baru saja dirasakan oleh tangannya itu.
"Hubby, dimana kau?!"
Setelah Lim mengakhiri sambungan telepon dengan kedua mertuanya sore tadi, ia langsung membawa Jennie tidur di atas ranjang.
"Hubby!" Panggil Jennie.
Karena tidak ada jawaban dari Lim, Jennie beranjak dari atas ranjang untuk segera mencari keberadaan suaminya itu di dalam kamar mandi, walk in closet, dan juga balkon.
"Kemana perginya suamiku itu."
Namun Jennie tidak menemukan keberadaan suaminya di sana.
"Hmmm baiklah, baby, kajja kita cari keberadaan daddymu itu sampai ketemu, karena mommy sudah sangat penasaran sedang apa daddymu itu saat ini." Jennie sambil mengelus perutnya yang masih rata itu, di tengah isi pikirannya yang telah kotor itu sudah bercabang kemana mana.

KAMU SEDANG MEMBACA
You're Still The One(JENLISA)
Romance"Maafkan aku Jane, aku mencintai kekasih ku yang sekarang, mari kita bersahabat saja." Limario Akankah kisah cinta masa kecil itu kembali bersemi setelah melalui begitu banyak tahap yang menyakitkan? "Akan aku rebut kembali apa yang sudah seharusny...