47.

2K 143 1
                                    

(Warning! Dalam bab ini terdapat beberapa kalimat kekerasan yang tidak layak untuk ditiru.)

***

Drrrtt drrrtt drrrtt

"Ya, ada apa, Jisoo?!"

"Tuan muda Bruschweiler, meeting pagi ini kau harus ikut serta menghadirinya dikarenakan CEO Mukerji Ambani yang langsung mewakili perusahaannya. Lagi pula saat ini Presiden Direktur sedang tidak berada di tempat, jadi bagaimana mungkin aku yang memimpin meeting kali ini." Jawab Jisoo.

"Tapi aku tidak bisa lagi untuk itu, Jisoo. Istriku lebih membutuhkan aku untuk saat ini. Kupikir kau tidak lupa itu."

"Ya, aku tahu itu, Lim. Tapi tidak bisakah kau meluangkan waktumu sedikit saja?! Meeting kali ini menyangkut kemajuan perusahaan Bruschweiler Group di tanah India. Bukankah kau sendiri yang telah menandatangani persetujuan proposal dari CEO Mukerji Ambani?!"

"Hmmm." Lim berpikir sejenak sambil memandang ke arah Jennie yang saat ini tengah melakukan senam khusus ibu hamil.

Senam itu rutin dilakukan oleh Jennie setiap pagi, tentunya ditemani oleh Lim, suaminya yang siaga.

"Baiklah, aku akan berangkat ke sana kalau begitu." Jawab Lim kemudian.

"Itu terdengar melegakan bagiku. Kalau begitu aku akan menghubungi sekretaris dari CEO Mukerji Ambani untuk segera mengabari meeting yang akan dipercepat satu jam lagi."

"Ide bagus, aku suka cara kerjamu yang cepat itu, Jisoo."

Tut

Lim duduk kembali di tempatnya yang semula, yaitu di belakang Jennie dengan kedua tangan kekarnya melingkar di bagian perut besarnya itu, dan dagunya ia taruh di atas pundak milik istrinya itu.

"Honey, apa kau sudah selesai?" Tanya Jennie setelah merasakan sentuhan dari tangan kekar milik suaminya itu.

Saat ini Jennie tengah duduk bersila sambil terpejam dan dimana kedua tangannya ia rentangkan.

"Hmmm, sepertinya pagi ini aku harus pergi ke kantor, wifey." Jawab Lim.

"Berapa lama."

"Hanya kurang lebih dari satu jam saja. Setelah itu aku akan langsung pulang. Apa ratuku ini memberikan ijin untuk itu, hem?" Lim mengecup sekilas leher istrinya yang berkeringat itu.

"Apa harus, honey?"

"Saat ini daddy sedang tidak berada di tempat. Aku rasa Jisoo berkata benar, ia tidak mungkin menghandle pertemuan penting itu, karena itu menyangkut perusahaan kita yang akan merambah ke negara India."

Jennie menarik napas panjang, lalu ia menghembuskan napasnya itu secara perlahan lewat mulutnya, kemudian ia menurunkan tangannya itu, barulah setelah itu Jennie mengecup sekilas pipi milik suaminya itu.

"Baiklah, hubby, jam berapa meetingmu itu akan dimulai, hem?"

"Satu jam lagi."

"Sekarang kau bantu aku berdiri karena aku harus menyiapkan sarapan bagimu dan juga pakaianmu."

Meski tengah hamil besar, Jennie tetap melakukan kewajibannya sebagai istri yang baik pada umumnya, yakni melayani Lim setiap harinya lewat masakannya yang dibumbui dengan cinta.

"Baiklah." Lim bangkit berdiri untuk segera membantu Jennie berdiri.

Kemudian Lim mengambil handuk untuk ia pergunakan membersihkan noda keringat di tubuh istrinya itu.

"Hon, biarkan aku saja yang melakukannya, kau tutupi saja tubuhmu yang sexy itu karena aku tidak ingin seorangpun yang bisa melihat milikku, arraso?!"

Tiap melakukan senam ibu hamil, Lim dan Jennie hanya mengenakan pakaian dalam saja supaya bisa bergerak dengan leluasa dan intim.

You're Still The One(JENLISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang