22.

2.1K 158 0
                                    

(Warning! Dalam bab ini terdapat beberapa kalimat yang tidak layak untuk ditiru.)

***

Drrrtt drrrtt drrrtt

Suara getaran dari ponsel yang berada di atas nakas membangunkan si pemilik ponsel itu dari tidurnya pagi ini.

Dalam keadaan mata yang masih setia terpejam malas, Lim meraih ponselnya menggunakan lengannya yang panjang, lalu ia segera menggeser tombol hijau ke arah kanan tanpa melihat siapa yang memanggil nomornya.

Namun sebelum Lim menjawab telpon itu, seseorang dari seberang sana langsung berucap.

"Baby, kenapa dari semalam ponselmu tidak dapat aku hubungi, apa terjadi sesuatu? Kau membuat aku berpikir yang tidak tidak tentang istri palsumu itu."

"Maafkan aku, baby, ponselku sempat kehabisan daya." Jawab Lim dengan nada suara serak bangun tidur.

"Apa kau yakin tidak sedang bersama dengan istri palsumu saat itu, hem? Aku terpaksa menghubungi nomor ponselnya semalam hanya untuk memastikan hal itu. Kau tahu aku tidak pernah rela jika kau berduaan dengannya meski hanya sedetik saja, baby." Ucap Irene dengan nada suara merengek nan semanja.

Suara yang diperdengarkan oleh Irene barusan berhasil menciptakan desahan kecil dari mulut Lim. 

"Ahhhh, Irene."

"Baby, apa kau sedang sakit? Aku akan ke sana sekarang, oke?"

"Kau tidak perlu kemari, baby. Aku hanya sedikit merindukanmu saja, ahhhh."

"Ah, baiklah, baby. Apa hari ini kau ingin menghabiskan waktu berdua denganku?" Tanya Irene dengan nada suara sensual, sebab ia sudah memahami suara desahan kecil itu.

"Bersiaplah, aku akan menjemputmu satu jam lagi, baby."

"Sepagi ini?"

"Hari ini aku milikmu, Irene, babyku"

Dengan senang hati, Irene menjawab.

"Baiklah, baby. Aku mencintaimu."

"Aku juga mencintaimu, baby. Bye."

"Bye"

Tut

Lim mengakhiri sambungan telepon itu dengan perasaan yang menggebu gebu.

Kemudian Lim segera bergegas menuju ke arah kamar mandi supaya mempersiapkan dirinya untuk berkencan dengan kekasih gelapnya sepanjang hari ini.

"Hari ini akan menjadi hari yang paling menyenangkan."

Brakkk

***

Pagi ini Jennie tampak disibukkan oleh kegiatannya sebagai istri yang baik pada umumnya, memasak sup tulang babi kesukaan Lim, suaminya.

Meskipun semalam ia telah mendapatkan kenyataan pahit dari mulut suaminya yang tidak berperasaan itu, Jennie tidak akan berhenti berusaha mendapatkan kembali apa yang seharusnya menjadi miliknya.

"Selamat pagi, Jane."

Suara barusan berhasil mengalihkan perhatian Jennie dari sup tulang babi yang telah jadi itu menuju ke arah asal suara barusan.

"Ah, selamat pagi, Lim." Balas Jennie dengan suara lembutnya seolah tidak terjadi sesuatu kepadanya.

"Apa kau akan berangkat kerja sepagi ini?"

"Hmmm." Lim berdehem seadanya sebagai tanggapan dari pertanyaan lemut milik Jennie barusan.

Tidak bisa dipungkiri, Lim merasakan hawa canggung akibat dari moment menyedihkan semalam yang masih membekas di otaknya.

You're Still The One(JENLISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang