01

239 30 2
                                    

"Apa sekarang kamu bahagia?"

"Heem.. Bahagia."

"Setiap hari bahagia. Tapi gak yang bahagia kayak wah banget gitu gak. Selagi gak ada yang membuat saya marah dan sedih."

"Tapi kamu menunggu sebuah artian bahagia yang memang kamu nantikan?"

"Iya. Tapi kadang lupa. Juga terkadang ingat kalau di saat lagi sedih-sedihnya pengen bahagia yang saya ekspektasikan."

"Apa ada yang menyakiti kamu?"

Ekspresi wajah yang sebenarnya ingin mengatakan 'Gak ada. Terhapus oleh refleks bibir yang mengucapkan. "Banyak."

Seorang dokter wanita ini mengangguk lalu kembali bertanya untuk terakhirnya. "Apa harapan kamu paling bahagia ?"

"Cuma berharap dunia lekas berakhir."

_________

Kringg..kringg...

Setiap kelas mulai terisi oleh murid yang mengepas di waktu jam upacara akan di laksanakan.

Dan dari mereka ada beberapa orang enggan mengikuti upacara karena alasan tertentu begitu pula pada seorang cewek yang hanya menelungkup wajahnya di antara kedua tangan yang ia lipat di meja.

"Apa nanti ke psikolog lagi ya," gumamnya dengan wajah yang menghadap ke kaca jendela kelas. Cewek ini menghela nafas.

Beberapa kali temannya memanggil tak ia hiraukan sama sekali hingga salah satu menghampiri Sesie.

"Sie."

"Ayo."

"Lo gak upacara?"

"Pusing gue, gak enakan badan." jawab Sesie yang kembali menghadap wajahnya ke menelungkup. Enggan memberikan pandangan pada teman ceweknya itu.

"Ke UKS gak? Biar enakan rebahan."

"Sie. Nanti bakal di samperin guru yang patroli mending ke UKS lebih dulu aj-"

"Di sini aja gue."

"Udah Nis biarin aja kalau dia gak mau."

Setelah mendengar suara agak keras dari salah satu circle cewek yang merupakan rada dekat dengan Sesie, dia pergi setelahnya.

Detik suara seorang cowok terdengar mengarah ke dirinya dari sekian banyak suara murid yang risuh Sesie mengarahkan wajahnya ke orang itu.

"Lo kebiasaan deh Sie tempat duduk lo di belakang bukan di sini."

"Dimo?"

"Apa?"

"Tukeran kursi ya..."

"Gak."

Sesie berdecak lalu menegakkan posisi duduknya. Masih menatap cowok itu yang memasang dasi dan melihat sekitar sudah tak ada satupun cewek hanya beberapa laki-laki yang terlambat.

"Yaudah santai aja. Lo gak kenapa-kenapa juga kan? Sementara upacara aja gue di sini."

"Terserah lo aja lah Sie." sahut Dino melenggang bersamaan anak yang lain.

"Sie lo gak upacara?" tanya seorang cewek yang suaranya familiar di pendengaran. Mengangkat kepala menatap seorang cewek itu.

"Gak enakan badan." jawab Sesie yang langsung terfokus pada tungkai cewek itu beperban melingkar bagian pergelangan lutut sampai betis. "Eh kaki lo kenapa ?"

"Kaki gue sakit abis kecelakaan kecil kemarin."

"Ah gitu. Pergelangan tangan lo juga ada bekas memar, kenapa gak libur aja dulu?" tanya Sesie lagi.

living with mentalillnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang