"Udah Sie terima aja lagian juga cuma kontrak seminggu." goda Dino berharap Sesie menyerah dan tidak egois.
"Satu hari aja lama apalagi seminggu."
"Gue gak mau."
"Oke. Bersihin aja lo sendiri gue mau pulang."
Sapu itu sentak dan jatuh yang menimbulkan bunyi. Lagian Dino itu bukannya untuk benar-benar membantu tapi dia hanya mendorong saran agar Sesie menyetujui permintaan Viky.
Viky itu punya koneksi dan setiap tindakannya pasti di patuhi oleh salah satu guru yang mungkin di suap. Dan itu baru Dino ketahui.
"Jahat banget sih." desis Sesie berharap cowok itu tak benar-benar meninggalkannya sendiri. Namun semakin melangkah dan menghilang di balik pintu perpus, bibirnya refleks terbuka dan berseru. "DIMO!"
"Aish sialan!" umpat Sesie dengan tingkah menyentak-nyentakkan kakinya dongkol. Sesie jadi agak membenci cowok itu, walau kejadian tadi kesalahpahaman tapi tetap salah. Dan cuma dia yang di hukum.
Flashback.
Sesie akui salah karena memukul secara brutal dengan sendal ke si cowok kastengel itu yang juga merupakan teman satu kelasnya hingga menimbulkan luka serta kememaran di dahinya.
Tapi Sesie juga kaget dan refleks. Jadi salahnya tidak sepenuhnya di dia dan hanya langsung menyimpulkan.
Dia? Tentu saja juga salah. Walau katanya tidak seperti yang Sesie pikirkan, dia punya sanksi si cowok lain di sampingnya itu dan juga memperlihatkan handphonenya setelah layar mati ke layar hidup langsung ke tampilan bagian telepon di handphone. Bisa saja kan sudah dia hapus bagian kamera seusai di ambil tanpa izin di bawah sepatunya. Lalu lebihnya yang katanya punya koneksi apa seperti ini memperlakukan dirinya seenaknya?
Itu terlalu mentang-mentang'.
"Lo kenapa mukul dia?" tanya Dino datang setelah Sesie menelpon. Ekspresi Dino agak panik ke cewek ini yang pasti ada saja ulahnya dan bermasalah dengan orang yang salah. Bukan lawannya.
Sesie hanya diam masih kesal.
"Lo gak tahu dia teman sekelas. Anak baru."
"Dan lo tahu dia punya koneksi?" Dino sebelumnya sudah tahu karena perkumpulan circle cowok dan salah satu cowok lain memang mengetahui tentang si Viky. Lalu membahasnya pasca jam istirahat barusan.
"Astaga mana wajahnya sampe gitu lagi. Lo pukul pake apaan?"
"Sendal." jawab Sesie tanpa berpikir. Raut wajahnya melempeng. Di mana ia sulit sendiri mengekspresikan emosi yang menyelimuti dirinya. Tapi Dino yang melihat ekspresi itu gemas sendiri. Seakan permasalahan ini di tumpahkan ke dirinya dan tidak peduli seterusnya.
Di raupnya wajah bingung harus menghadapi seperti apa. Dino berpikir sejenak dan berbicara tidak penting. "Ah gue kira cuma anak biasa sama lainnya, taunya player."
"Tapi lo kenapa mukul dia coba terus gimana kalau sampai guru balik lo bakal di hukum dan gue harus nunggu lo sampai selesai? Lo pikirin deh gue gak mau Sie-?"
"Gue kesal. Lo gak tau cowok modelan gitu suhunya pelecehan seksual?"
"Lagian kalau lo gak mau nolongin. Yaudah pergi sana. Gue gak minta lo buat curhat!" Melepas tangannya dari bersedekap Sesie ingin masuk ke kembali namun di tahan Dino.
Dino tahu bukannya menyelesaikan masalah, cewek si keras kepala ini pasti hanya menambah masalah jadi besar.
"Eehh! Oke. Gue bantu. Lo tunggu di sini. Gue coba bicara."
Masuk ke dalam dan berbicara. Sampai lah pada intinya Dino mulai agak bosan berbicara sendiri. Yang kemungkinan dia masih kesal atas perilaku Sesie.
"Udahlah bro sesama teman satu kelas." pinta Dino memohon untuk memaafkan sikap Sesie yang keterlaluan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
living with mentalillness
Teen Fiction"Aku menyakiti perasaannya.Tapi aku juga terluka." _______ 2021-2023finish versi modif- cerita membahas ke-stress'an hidup dn percobaan bunuh diri -byk kata kasar bertebar. harap bijak memilih bacaan-