|Sie. Vinka sama gue aja.
|Lo sama Anissa ya.Sesie berdecak. Melihat pesan dari Aksa, ia jadi murung berpikir apa perkataannya waktu itu merusak perasaan Vinka ? Tak mau satu motor dengannya juga Aksa yang mengabari, bukan cewek itu.
Vinka yang biasanya paling semangat kalau sudah tergantung ke dirinya. Membuat Sesie berpikir apa ia terlalu kasar? Sesie juga merasa sedih dan aneh sendiri, cewek itu tak seperti dulu. Yang mengejarnya. Ada kecil rasa sedih di hatinya.
"Lagian juga gak mungkin dia punya perasaan terluka." celetuk Sesie dari bayangan watak Vinka yang tergambar di benaknya.
*
Beriringan dengan sirkelnya. Sesie harus bertegur sapa dengan mau tidak mau.
"Tungguin Sesie dulu. Barengan aja Win." Anissa melempar kata. Setelah Sesie melepas helmnya juga bangkit dari jok motor.
"Eh Sie rambut lo masih gak di ubah ?" Tia melirik lekat rambut Sesie yang tetap berwarna abu rokok.
"Lo gak takut senin? Hari Jumat ada pengumuman loh."
"Pengumuman apa?" tanya Sesie. Ia yang tidak hadir selama dua hari.
"Rambut beda bakal di potong habis."
"Ada Viky."
"Astaga. Lo jangan ngandelin dia walau dia mau-mau aja." sosor Wina. Ia jadi heran kenapa temannya ini bisa akrab dengan Viky. "Lagian gue penasaran kok lo bisa akrab sama Viky?"
Sesie menoleh sekilas. "Bisa aja kalo mau."
"Fian udah di ubah dia loh warna awal. Hitam." Tia menyambung bicaranya yang di potong Wina. "Andre juga. Tinggal lo aja sama Viky."
"Itu siapa namanya gue lupa dari geng IPS. Yang rambutnya kan warna pirang yah terus di cat dia warna biru campuran gitu. Kayaknya dari dia yang buat sampe razia tiba-tiba."
"Dari rambut sampe ke barang-barang terlarang di sita."
"Razia?"
"Mana lipstik gue satu-satunya juga ikut keseret lagi." imbuh Lyana. Sampai di sini mereka malah asik sendiri membahas saat di sekolah pasca Sesie tidak hadir. Ia seolah terabaikan. Dan berbicara agak keras. "Razia apaan ?"
"Di Jumat yang lo gak hadir." jawab Anissa merespon bicaranya. "Razia tiba-tiba."
Sesie hanya ber'Oh' ria. Dan hanya mendengar saja kelima sirkelnya berbicara.
"Pantesan cowok-cowok ke belakang sering banget ternyata ada yang ngedrungs."
"Gue kira Sesie bakal gak datang juga." ucap Tia mengalih topik ke awal menatap Sesie sesaat. Selain dua hari yang tidak sekolah juga ketikan cewek itu yang bilang seperti tidak akan datang. Ke rumah makan tradisional yang mereka pijak.
"Lo aja yang gak bisa datang." sarkas Sesie pelan. Tahu jelas seperti apa watak Tia. Tapi karena di jemput Riska, dia datang saja. Lalu berucap lagi. "Kan gue bilangnya lihat nanti. Jadi gak berarti gak jadi. Masih gue pertimbangkan."
"Eh, Sie." Langkah Sesie terhenti. Yang baru akan melangkah beriringan dengan Riska, menatap kearah Wina yang menyeru.
"Maaf ya Sie soal di kelas waktu itu." ucap Wina lagi.
Namun yang Sesie lihat dari ekspresi cewek itu walau tulus tapi juga ada keterpaksaan yang enggan.
"Gue juga minta maaf." Sesie berucap juga merasa bersalah. Tapi bedanya ia tulus, dan Wina sebaliknya. Seolah bagi Sesie, percuma berkata seperti itu kalau nanti di kapan-kapan waktu pasti di ulang lagi dan meminta maaf lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
living with mentalillness
Teen Fiction"Aku menyakiti perasaannya.Tapi aku juga terluka." _______ 2021-2023finish versi modif- cerita membahas ke-stress'an hidup dn percobaan bunuh diri -byk kata kasar bertebar. harap bijak memilih bacaan-