35

20 7 0
                                    

"Lo bawa gue ke sini mau ngapain ?" tanya Sesie dengan wajah layunya. Tungkainya pun seakan sudah enggan mau melangkah mengikuti majikan. 

"Jenguk Yuna." jawab Vinka sembari melepas helm di kepalanya.

Sesie menyerngit. Lalu hubungan dengannya apa? Sesie mengira cewek ini membawa ke rumahnya, bukan lingkungan kosan. 

Setelah kejadian di parkiran rumah makan tadi. Vinka berlari begitu saja menghampirinya lagi dan berucap ingin menumpang, juga dia yang memaksa mengemudi motor Sesie.

"Dia kan temen satu kelas lo."

"Temenin gue aja. Gue sampai lupa punya temen satu itu."  Vinka menjelaskan seadanya dari ekspresi yang terpasang di wajah Sesie.

Sesie diam flashback terakhir kali berinteraksi dengan Yuna, cewek itu memberitahukan dirinya bahwa Yuna ini sama Vinka berteman dulunya. Juga bertengkar karena suatu hal.

Mungkin Sesie akan mengikuti saja menjenguk Yuna juga. Bagaimana pun mereka sudah berada di lokasi. Dengan jam di pergelangannya yang menunjukkan pukul 9 malam, terlalu banyak debat mulut bisa-bisa lebih dari jam 10 nantinya ia sampai rumah.

"Gak usah kayak koala!"

"Gue masih membenci lo!"

Sesie berjalan lebih dulu setelah menyentak lengan Vinka yang tiba-tiba melingkar lengannya pada Sesie. Vinka berdecak dengan helaan nafas lalu mulai melangkah dan berjalan lebih dulu di depan Sesie.

"Lagian kenapa juga gak langsung sama Aksa. Malah gue."

Celetukan ketus dari Sesie terdengar jelas di telinga Vinka. Iya, ia tahu masalahnya itu dia. Kalau bukan cowok yang ia lihat tadi sudah pasti ia akan pulang bersama Aksa.

Walau cowok si Aksa tidak bisa berkelahi kalaupun di hadang orang. Karena Vinka tahu Sesie yang lumayan bela diri tersembunyinya oke. Ia bisa berlindung di belakang cewek itu. Jahat? Iya, itu Vinka.

"Ania."

Sesie diam melihat Vinka yang menyeru pada seseorang yang memunculkan diri sebentar dari pintu kos, membuang sesuatu ke keranjang sampah, cewek itu menoleh ke mereka dan mengurungkan niat ingin menutup pintu kos.

"Pas banget deh. Gue mau nanya, Yuna ada kan di kos?" 

"Yuna ?" ulang Ania. Lirikan matanya terarah pada kamar kos di sebelah kedua dari kamarnya. Lalu menatap kembali ke Vinka.

"Udah dua minggu dia gak keluar kos, keluar paling dua sampe tiga, itu juga malam."

"Gue sampe nanya waktu itu. Apa dia sekolah apa engga, di jawab juga engga." 

"Oh gitu. Makasih ya." 

"Oke. Yaudah kalau gitu gue masuk yah."

"Iya."

Masuknya cewek itu. Vinka melangkah menuju pintu kamar Yuna, Sesie mengikuti dari belakang.

"Gue juga bipolar Sie. Kapan-kapan jangan kaget lihat gue kambuh."

Sesie hanya bungkam dengan pemikiran herannya. Entah masalah apa di kedua cewek ini yang buat mereka sama kena bipolar.

Begitupun Sesie yang bdp hanya bisa diam tak berani mengungkapkan, dia hanya takut penyakitnya di manfaatkan orang lain. Terlalu sulit menceritakan hal tabu seperti itu.

"Gue pulang duluan ya."

Vinka berhenti dari menggedor pintu kamar Yuna. Mengalih tatap pada Sesie.

"Anterin gue pulang dulu."

living with mentalillnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang