06

30 23 0
                                    

Argi mengalah dan beranjak dari kursi menghampiri Sesie. Melihatnya tampak lesu. Antara tidak senang satu kelompok dengannya atau memang bawaan diri yang hilang semangat belajar.

Argi merasa aneh saja dengan sikapnya. Sebaliknya Sesie diam membolak-balik halaman buku.

"Sie."

"Lo gak kenapa-kenapa kan?"

Mencerna bicara Argi yang lirih. Sesie menoleh. "Hah ? Lo bilang apa?"

"Gak lupakan."

"Gue dari hal dua lima sampe dua tujuh, lo dua depalan sampe dua sembilan."

"Ok." sahut Sesie singkat. Lalu mengerjakan saja tugas itu. Ia mengabaikan bicara Argi yang di rasanya tidak jelas di pendengaran.

"Lusa kemarin benar-benar segini yang hadir ?" tanya Ibu Cantika saat meneliti jelas kolom agenda kelas.

"Alpa semua ?" ucap Ibu Cantika lagi sembari menghela nafas. Di artian yang tidak hadir lusa lalu adalah Alpa.

"Andre Kenapa gak hadir ?" tanya Ibu informal.

"Hujan deres bu. Kalau di terusin yang ada saya bakalan sakit. Bisa-bisa juga hari ini tetap libur."

"Dalih lo Dre! kelewat humor." sosor Argi tertawa khasnya. Menimpali.

Sesie melihat tawa itu secara dekat ujung bibirnya mesem-mesem seakan ingin ikut tertawa. Ini kayak bahagia kecil yang Sesie dapat tanpa alasan. Namun langsung mengalih pandangannya saat Argi menangkap basah.

Argi menetralkan ekspresi ke pandangan Sesie. Tanpa berucap lagi, Argi juga kembali menulis seperti Sesie. Di sisi kanan jejer meja ujung iris mata cowok di bangku pojok menahan rasa tak suka akan pasangan se-kel itu.

(se-kel <Satu kelompok>)

"Riri yang gak pernah gak libur, ikut libur juga ?"

"Iya nih bu."

"Gading?"

"Hujan juga?" tanya Ibu Cantika menimpali sendiri, namun Gading menggelengkan.

"Gak bu. Saya ada acara keluarga."

"Pake surat kamu ?"

Belum beres di percakapan Gading. Salah satu teman kelasnya mengacau bicara. "Ah alesan dia bu."

"Paling juga molor aja kerjaan."

Gading tentu tak terima. "Wah si waria gak percaya? Kenapa lo gak ke rumah gue aja mastiin. Mumpung keluarga besar gue masih stay di rumah loh."

"Waria?" ulang Jessi setelah melotot.

Brak!

"Hei! Lo kalo bicara-"

"Jessi!" seru Ibu Cantika tegas. Sebelum keributan panjang akan terjadi lalu menghela nafas berat.

Sibuk pada bacaan di buku paket. Dan pipi yang di topang dengan sebelah lengannya. Sesie malah terfokus pada sosok di barisan kanan sebelah meja Argi. Namun kontak matanya yang di tangkap oleh Argi membuat Sesie malah bersitatap dengan cowok itu sebelum mengalih pandangannya.

"Kenapa Sie?"

"Hah?" Sesie kembali menatap. Diam lalu berucap kembali. "Gak. Gak papa."

"Kalau ada yang sulit tanya aja."

Sesie hanya mengulas senyum tipis membenarkan posisi ke semula. Mungkin maksud Argi adalah ia yang menatap ke sebelah dan gelagatnya yang seperti mau nanya atau sekedar ingin meminta bantuan atas soal di buku.

living with mentalillnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang