12

28 21 0
                                    

"Gimana tadi lo pulang sama Sesie kan?"

Terdengar deheman dari sambungan telepon itu. Dino kembali berucap sebelum memutuskan sambungan. "Oke lah aman. Thanks bro."

"Siapa ka?" tanya Fina memasang wajah lempengnya. Fian melenggang tanpa merespon setelah melihat anak seusia sekolah dasar itu masuk kala ia sedang menyambut telepon tadi.

"Cewek yang itu ya?" ucap Fina lagi. Fian berhenti dari langkah.

"Di jalan pulang dari rumah Oma. Fina lihat kaka boncengan sama cewek tadi sore."

"Pasti mampir di minimarket depan itu, ketemu ka Nasya juga? Beli apaa?"

"Terus tadi juga lihat ka Alina dari mobil kayak orang yang ngintip gitu."

"Kaka Nasya ngasih apa?" oceh Fani lalu badannya berbalik menghampiri paperbag biru dongker di atas nakas. Sebelum tangannya menyentuh paperbag tangan kakaknya lebih dulu meraih lengan sebelahnya dan menyeretnya keluar.

Fani berdecak. "Kaka selingkuh ya sama cewek di boncengan itu-" Brak!

Pintu di tutup seketika. Fani berteriak sebelum pintu di buka kembali.

"Iiih buka! Fani bilangin bunda kalau gak ngasih tahu. Kalau kaka berantem sama ka Alina da-!"

Klek.

"Mau apa !?"

Fani terlihat seperti tersenyum licik yang pintar. Membuat sang kaka pasrah menerima kemauan dari adik.

*

Gletak..

Pulpen itu di lepas hingga menggelinding jatuh ke lantai. Sang pelaku membiarkan, yang mana tengah memegangi kepalanya sendiri seperti frustasi pada pikirannya saat ini.

"Fian."

"Nih." cewek itu menyodorkan paperbag.

"Apa?"

"Hoodie." Cewek itu seperti menghela nafas berat. "Dia cuma gak mau nyimpan terlalu lama milik lo." ucapnya lagi yang lalu pandangannya terfokus pada cewek di belakang Fian. Sesie.

"Sesie. Lo?" ucap cewek ini lagi seperti keterkejutan kilas melihat Sesie. Fian mengembalikan paperbag itu sebelum menarik Sesie menuju motornya untuk di tunggangi. Seperti ingin menghindari kontak bicara dengan cewek itu.

"Eeh!" Cewek itu buru-buru menghampiri motor Fian dan menaruh paperbag di jok depan motor. Dan Paperbag dengan isi Hoodie itu seperti istimewa pada waktunya' Dari ucapan Nasya yang Sesie dengar. "Ambil. Gue tahu lo pengen itu. Dan gue malas lagi buat bawa itu pergi."

"Nasya." ucap Sesie menyebut nama cewek teman sekelasnya itu. Sebelum kilas ingat sore tadi sirna dari benaknya. "Punya hubungan apa mereka?"

"Aaahhastagaa!" desis Sesie menggeleng. Mencoba melupakan urusan orang lain itu. "Ayo Sie fokus!"

Seketika fokusnya mulai netral dan kembali ingin menulis setelah mengambil pulpen yang jatuh mamanya memanggil seraya membuka pintu kamar.

"Sesie. Makan dulu."

"Ngerjain tugas lagi." sahut Sesie seakan begitu fokus dan sibuk menulis di bukunya. Melihat itu mamanya tak lagi berucap dan menutup pintu.

Gruug..grugg..

Suara keroncong perut terdengar bersamaan suara mamanya yang berbicara di luar.

"Duluan aja kita makanan. Sesie, dia bisa makan sendiri."

Jemarinya berhenti menulis dengan mata nanar menatap tulisan buku. Bibirnya terbuka berucap. "Kenapa jadi gue susah? Keluar salah gak keluar juga salah."

living with mentalillnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang