42

28 5 1
                                    

Berdiri di pagaran kelas, bersama Yuna sambil menunggu bel pulang berbunyi. Sesie jadi mendengar kasak-kusuk tentang salah satu sirkelnya yang mengalami kecelakaan. Serius bener?

"Wina ?"

"Serius?"

"Iya tadi kakanya datang."

"Mungkin ngasih izin buat libur satu bulan lebih atau sampai mau lulus."

"Ah kasihan banget dia.."

"Sumpah gue gak percaya kalau cewek se-hiperaktif dia bisa kecelakaan juga."

"Tangannya patah, katanya mencuat ke daging keluar."

"Ishhh ngeri dengernya. Emang kronologinya kenapa?"

"Kejadiannya kemarin minggu gara-gara ngajarin sepupu dia motor-an."

"Sepupu dia apa teman se-gang dia?"

"Sepupu kali."

"Temen. Itu Nadira yang pernah kita ketemu pas kerumahnya Wina, Nadira cuma teman ibarat satu kelas di bawah kita. Yang sekolahnya di sana itu loh.."

"Oh iyaaa."

"Buram banget sih kronologinya. Yang benernya yang mana sih !?"

Ribut anak lain di belakangnya. Sesie jadi penasaran juga agak mengkhawatirkan, ingin menanyakan tapi ingat kalau dia sudah tidak berteman lagi.

Engga! Mungkin suatu saat bisa berteman lagi. Karena Se-keselnya mereka, mereka gak mungkin gak ingin Sesie benar-benar menjadi seolah-olah adalah musuh dan kayak orang asing.

Ingat Sesie butuh teman! Menyedihkan.

"Sesie!"

Sesie menoleh pada Yuna yang memanggilnya. Di samping. "Ayo. Lo gak mau pulang ?"

"Ayo." ajak Sesie mengulang kata Yuna. Di langkah mereka, Sesie menggerakkan mulutnya bertanya.

"Yuna lo tadi darimana aja ?"

"Biasa rooftop."

Ah Sesie lupa Yuna ini selalu suka menyendiri. Apabila jam kosong. Padahal dirinya juga sama. Tapi bedanya ia malas keluar sendiri.

"Ohh. Vinka gimana kabarnya ?" tanya Sesie lagi mengingat cewek itu. Yang mungkin Yuna agak sering sudah mengunjungi Vinka.

"Udah membaik, tapi belum di izinin tante dia buat sekolah dulu."

"Hei!" Jessi berjalan di sisi sebelah Sesie. Melangkah bersamaan di koridor. Sampai di parkiran. Yuna sudah lebih dulu melesat dengan motornya.

Sesie yang sudah siap memasang helm, bunyi melengking yang cukup panjang dan menjadi penanda bahwa penjual kue putu bumbung lewat. Pandangannya juga Jessi tertuju pada siswi lain yang memakan kue kukusan berwarna hijau dari arah luar gerbang hingga ke parkiran, dari sela pagaran sekolah ternyata ada gerobak penjual  di depan sampingan gerbang sekolah. Sesie mengurungkan niat memasang helm, keluar dari barisan motor.

"Lo mau beli juga Sie ?" tanya Jessi membuat Sesie mengangguk.

Di sementara Sesie memesan, Jessi menepuk jidatnya saat kelupaan membawa dompet. Aneh tapi dia, Sesie membungkam mulutnya saat ingin mengasih tahu "pesan dulu" karena langkah Jessi yang berucap seperti ini "Dompet gue ketinggalan di loker meja, gue pergi dulu." langsung pergi.

Sesie akan menunggu di pinggiran selagi punyanya sudah di genggaman, dan antrian juga beberapa banyak. Tidak enak juga meninggalkan. Ya setidaknya solidaritas sedikit lah yaa sama temen. Beberapa menit berlalu Jessi sudah sampai di tempat, dengan nafas ngos-ngosannya entah berlari terburu-buru atau bagaimana. Tapi dia berucap.

living with mentalillnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang