29

31 13 0
                                    

17+!!

_________

"Lo kenapa kayak gitu sama Yana?"

Ekspresi Aksa memasam melihat batang hidung Vinka saat membuka pintu pagar rumahnya. Di sisi dirinya sudah menunggu sejak tadi.

"Gitu gimana ?" tanya Vinka mengerngit.

Vinka melanjutkan langkah setelah kedua masing-masing pasangan itu pergi. Hujan yang masih mengguyur membasahi tubuh, walau tak selebat beberapa menit lalu tetap saja Vinka meradang emosi dengan dirinya sendiri harusnya ia tak penasaran. Yang menyebabkan luka gores di hati kecilnya.

Namun begitu ia tetap senang karena insiden itu membuatnya sadar dari beberapa hal.

Melenggang dari pinggiran jalan, ia menatap kedua pasangan lain. Yang tentunya pasangan yang sejak awal ia pantau. Aksa.

"Vinka?" sebut Aksa agak kaget. Vinka menghiraukan merebut helm dari tangan Yana yang akan di pasang oleh cewek itu.

"Elit banget lo ngajak cewek makan di restoran. Bunda cape-cape masak." gerundel Vinka sembari memegang ponselnya. Mengetikan sesuatu di layar. "Lo jadi cewek juga kalau gak punya akal waras—" 

"Apa maksud lo!?" sanggah Yana menyolot. Ia tak terima di kata seakan cewek modelan gila atau sejenisnya.

"Dih!" Vinka memasukkan ponsel ke celana. Sudah menatap kembali kedua pasangan itu.

"Putusi Sa, gue benci cewek emosional kek dia ini!"

"Paling-paling cuma morotin duit bapa lo. Mana lu belum kerja juga. Masih anak SMA gausah belagu!"

"Siapa sih dia yang!? Datang-datang ngajak ribut!!" sewot Yana sudah terbawa emosi dengan nada sama tingginya dengan Vinka.

"Sepupu gue Na." jawab Aksa seadanya. Yana bungkam. Walau hubungan mereka masih anget Yana pastinya belum tahu silsilah keluarga Aksa. Tapi tetap saja baginya cewek berkedok sepupu ini terlalu aneh dan berani.

Motor hitam milik mas-mas berjaket hijau itu menenggerkan motornya di sampingan mereka. Datang. Dengan mas-nya berucap, "Dengan mba Vinka ?"

"Tuh udah gue pesanin ojek. Pulang sendiri lo!" ketus Vinka. Lalu naik ke jok belakang motor Aksa. "Jalan."

Aksa masih diam. Ragu meninggalkan Yana juga tak bisa kalah dari Vinka. Sampai cewek di belakangnya berseru dengan menepak bahunya.

"Jalan gue bilang!!"

Flashback itu sirna. Vinka berdecak kesal. Padahal ia sudah melupakan insiden malam itu, benar-benar memuakkan. Hanya sebagai penonton kedua pasangan saling ada pawangnya 'begitu.

"Oh." Vinka ber'Oh' ria lalu meraih sendiri helm di jok depan motor Aksa. Sembari memasang mulutnya berucap gamplang.

"Itu juga kenapa lo malah miripan Anissa sih ?"

Iya. Bagi Vinka mereka cocok saja. Udah sama-sama pendek. Sama-sama polos taunya mukaan perangai. 

"Jadi benci gue."

"Apa? Lo gak suka sama gue? Harusnya gue yang gak—"

"Lo bohongin bunda kerja kelompok taunya makan malam bareng cewek asing. Mana sama-sama bohong sih lo."

"Pacar lo kan dia?" tanya Vinka betul-betul. Kalau aja bukan lebih gila emang cewek bernama Yana itu. Memanggil Aksa sebutan, 'Yang. Siapa sih dia yang?!

lawak kan jadinya.

Aksa mengangguk lemah.

"Astaga sih. Putusin atau gue yang bakal minta ke dia. Cewek apaan gitu gak sopan banget!"

living with mentalillnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang