"Lo ngapain ?"
"Ikut dong."
Sesie tersentak. Mengerjabkan matanya melihat cewek ini langsung meraih seragam di tangannya.
Sesie spontan juga langsung mengenali si cewek asing ini yang pas di lapangan melakukan hal kekonyolan. Dia pelaku iseng yang menempelkan kertas pada kaka kelas. Senior. Senior mengamuk dan juga membuat heboh murid lain di sepanjang koridor.
Tulisannya seingat Sesie seperti ini. 'Gue emang cantik tapi bau ketek, sering kentut juga kalo sendiri'
"Kok diam?"
"Ahh gue ingat. Lo kan yang paling mencolok di antara lain melihat gue nempel itu kertas kan?"
"Mata gue gak salah."
Sesie yang diam menyahut. "Iya."
"Itu si cewek habisnya alay banget mana pongah juga. Yaudah gue kerjain." tuturnya tanpa ekspektasi membuat Sesie heran cewek ini menceritakan padanya tanpa di minta.
"Lo sendiri kenapa nyoret seragam ni cewek?"
"Lo kenal ini cewek? Padahal udah mau baris loh?"
Vinka diam berpikir lalu tersenyum licik khasnya. Sebelum tangannya terulur ingin menjabat, berucap lagi. "Lo bukan cewek baik-baik kan?"
"Vinka."
"Lo mau gak temenan sam-" ucap Vinka menggantung saat kelima cewek datang. menghampiri Sesie yang dirinya terhenyak kaget lalu membawa mereka pergi dan meninggalkan Vinka begitu saja.
Sesie menoleh. Lamunannya terhenti saat dingin minuman kaleng itu menyentuh pipinya.
Itu yuna. Yang kata Gina suka menyendiri di rooftop. Entah angin apa membuat mereka seakan sudah dekat. Walau kenyataan tidak terlalu.
"Buat lo." ucap Yuna. Sesie menerima dengan sukarela. Berucap kata terimakasih.
"Pagi-pagi udah di sini?" lontar Yuna lagi. Meneguk minumannya. Dan berucap kembali saat tersadar kalau sudut mata cewek itu memerah. Menahan tangis.
"Kalo mau nangis nangis aja. Gue bisa jadi pendengar yang baik."
"Selama kita satu kelas gak terpisah, lo udah tau gue juga baik gaknya kan? Gue gak segampangan itu bocorin masalah orang Sie."
Sesie langsung tersedu menatap lurus. Bibirnya membuka ingin bersuara, seakan-akan tidak ada penyesalan nantinya ia membeberkan masalahnya sendiri. "Gue cuma bingung.. kenapa hari hari sekarang ini bikin gue sedih dan marah."
"Tapi sialnya gue cuma bisa mendem tanpa meluapkan."
"Gue benci orang-orang. Gue membenci semua orang yang membuat gue sedih dan marah."
"Bahkan orangtua sendiri aja gue benci."
"Gak! Gue gak benci orangtua gue. Tapi gue lebih membenci diri sendiri. Semua rasa pelampiasan, rasa benci diri sendiri yang gue luapin ke orangtua."
"Gue kasar. Dan gunain emosi ke mereka..." Sesie menutup wajahnya wajahnya.
"Mungkin kenapa gue sekarang kasar dan tempramen, karena terlalu cape sama kehidupan dan selalu di pendam sendiri."
"Gue bukan cewek baik-baik Yun." tatap Sesie dengan wajah berantakannya.
"Tapi lo sayang kan sama orangtua lo.." Yuna ambil bicara. Ekspresinya kikuk takut membuat cewek itu tersinggung. Namun juga penasaran yang dalam.
"Kalo gak sayang ngapain nangis."
Yuna bungkam. Tapi jawaban itu seakan belum memuaskan dirinya. "Apa yang membuat lo benci sama mereka ?"
KAMU SEDANG MEMBACA
living with mentalillness
Teen Fiction"Aku menyakiti perasaannya.Tapi aku juga terluka." _______ 2021-2023finish versi modif- cerita membahas ke-stress'an hidup dn percobaan bunuh diri -byk kata kasar bertebar. harap bijak memilih bacaan-