32

33 6 0
                                    

Menghempaskan diri pada kasur, Sesie menatap langit-langit kamar sebentar sebelum benda pipih di samping bantal di raih dan di utak-atik dirinya.

Pada notif pesan seseorang yang muncul 5 jam lalu, jemarinya mengetuk room pesan.

|Kalau kesempatan ada,
|gue juga akan nolak Sie.
|Dia sama gue emang gada kecocokan lagi.
|Meski begitu terimakasih ya sie udah bantu.

"Apa yang lo mau bantu? Gue sama Jelie sudah selesai."  Ucapan Argi waktu malam itu teringat oleh Sesie. Ia jadi merasa bersalah di satu sisi. Secara tidak langsung mengungkit sakit yang di rasakan Argi. Tapi juga tidak di lakukan malam itu, di sisi Jelie yang selalu merasa bersalah dan trauma.

"Gak! Lo udah bener Sie! Lo gak salah." lirihnya menggeleng perlahan.

Keluar dari room Jelie tanpa di balasnya. Pesan paling atas yang jam dini waktu. Sesie menyerngit dan mengetuk pesan itu.

|Sie

Hanya satu kata tiga huruf. Tapi mampu membuat Sesie tersenyum. Jujur setelah lama masalah satu ke masalah sekarang. Cowok itu baru kali ini mengirimnya pesan lagi. Lumayan lama.

"Ngapain gue senyum ?" Sesie melunturkan langsung sudut bibirnya ke semula. Lalu mengetik sesuatu untuk membalas, dengan kata yang tepat. Beberapa kali di hapus, kata ini mungkin lebih tepat.

|Apa?

Mengetik... |Gak papa ngetes aja

Dapat Sesie lihat orang itu langsung mengetik namun di lihatnya balasan itu, jujur ia berekspresi seperti orang kecewa.

"Gue kira apa." gumam Sesie keluar dari room pesan dengan balasan singkat. |Oh 'Sebelum mematikan ponselnya dan berbaring hadap ke samping.

"Dan lo akan lebih terkejut kalau Alina bukan cinta pertama Fian."

"Alina siapa?" gumamnya lagi lalu mendecak. "Kenapa ceweknya banyak sih."

"Dia terlalu friendly."

"Lagian cowok itu sebenarnya ikhlas apa engga sih ngasih info tapi kayak menakuti perasaan gue banget." gumamnya menceletuk sembari memejamkan matanya.

Pikiran Sesie pada perkataan Liam juga membuat Sesie terbakar rasa pusing dan frustrasi. Lagian keputusannya mendekati Fian cuma ingin membuat cowok itu membencinya.

Dan bagaimana prosesnya juga akhirnya nanti. Sesie tak peduli. Tapi keputusan tak bisa di ganggu-gugat! 

***

"Eh lo tahu gak si Irsa lepas tahanan ?"

"Serius ?"

"Iya. Mereka para cowok kumpul di kantin sama dia."

"Ya walau reaksinya anak-anak ke Irsa biasa aja perasaan gue kayak gimana sih tuh cowok kayak gak punya muka apa gimana ya."

"Jangan ngomong gitu, lo kalo kedengarannya gimana?"

"Terserah aja lah."

"Orang hidupnya juga mampu kok suap guru dan sebagainya."

"Bukannya lo ngebela Irsa, tapi?"

"Gue sih siapa aja. Yang penting banyak benernya kalo Irsa tuh salah juga..."

Cewek dari kelas sebelah juga dari jurusan lain berkumpul di depan meja Riri. Sania yang memasuki ambang pintu beberapa jengkal masuk terhenti saat cewek-cewek itu menatap kearahnya.

"Ngapain lihat ?"

"Siapa yang lihat lo dih." lontar Citra.

Sania diam lalu matanya berbalik menatap cewek di sampingnya mengikuti pandangan beberapa cewek itu. Yang mana posisi cewek di sampingnya agak ke belakang sedikit.

living with mentalillnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang