24

25 17 0
                                    

Sesie terenyuh senyum setelah menduduki jok motor Fian.

"Lo ngapain ?" tanya Fian menoleh sekilas ke belakang dengan helm yang sudah terpasang di kepalanya. Cewek ini jadi aneh. Apa sebenarnya niatnya ke dirinya ini. batinnya.

"Kita kan resmi temanan ?"

Tak ada respon yang Sesie dengar namun pergerakan Fian yang memutar kepalanya setengah derajat ke belakang senyum Sesie memudar seketika. Begitu pula flashback sebelum pulang tiba, di rooftop tadi terlintas sesaat.

"Salam sebagai teman." Sesie meraih tanpa izin tangan Fian sebagai bentuk rasa jadi sebagai teman.

Sesie tersenyum. "Makasih udah khawatirin gue."

"Oke kita teman!" ucap Sesie lagi kentara seperti tidak habis menangis dan baik-baik saja tanpa pikiran sedih yang membuatnya menangis.

"Lo diam berarti setuju."

"Gak."

"Kalau jawab gak berarti iya. Karena ini adalah hari kebalikan."

Fian membuang pandangan ke arah lain. Melenggang pergi namun Sesie menahan langkah dengan berdiri di ambang pintu yang tertutup.

"Ish. Apa yang buat lo gak? Gue cantik."

"Dan gue..." Sesie menggantung kalimat yang di potong oleh Fian.

"Jangan menyepelekan kesabaran gue."

"Sebaik-nya cowok gak ada yang benar-benar gak bisa jadi jahat."

Wajah Fian mendekat intens. Tentu, Sesie menjadi terkesiap panik, ia memundurkan kepalanya dengan posisi tetap di saat Fian masih mendekati dan berhenti. Lalu berucap lembut namun tegas. "Jangan jadi cewek perangsang!?"

"Kalau lo gak mau sesuatu yang salah terjadi."

Flashback itu buyar. Sesie mengerjabkan mata lalu turun sebelum berucap. "Oke gue turun."

Begitulah Fian yang langsung melesat motor tanpa berucap sepatah kata. Sesie berdecak melangkah menuju motornya.

Sudah ia duga cowok itu tidak akan menerima ajakannya sebagai teman. Beruntung Sesie memang membawa motor kalau tidak sudah pasti ia jalan kaki, kayak dulu. Karena gagal biar Fian mengantarkan dirinya 'lagi.

"Lo ngajak temenan?"

Sesie menoleh ke sebelah, itu Sania. Yang cewek itu juga sama memasang helm dengannya.

"Apa gue ada pernah bilang kalau gue suka sama dia? Justru gue ngajak temenan itu artinya gue gak suka dia." sahut Sesie walau bertentangan dengan hatinya.

"Seriously?" Sania tertawa kilas dengan mendatarkan lagi ekspresinya. "Ohh gue percaya."

"Gue tahu mereka cuma jadiin kata jalang sebagai candaan dan lo nanggapin juga gak begitu marah Sie. Tapi.."

"Lo emang berniat jadi jalang ?"

Sania tertawa lagi merendah. "Emang cocok."

"Semoga berhasil aja dapetin. Temannya. Lonte eh jalang maksud gue."

Sesie berdecih dengan tangan menggenggam erat setir motor. Rasanya kalau bukan tempat umum sudah ia hantam mulut Sania itu. Walau real-nya benar-benar di tempat selain umum juga tak berani, karena bakal panjang urusan.

Sayangnya gue gak sekaya dia kalau sekaya dan di atasnya udah gue beli rugi mulutnya itu! batin Sesie kesal.

*

"Psikosis apaan!?"

"Gue gak gila!!"

"Lepasin gueee!"

living with mentalillnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang