39

24 4 1
                                    

Lepasin gue, gue bilang LEPASIN !!" jerit Sesie dengan raut wajah frustasinya.

"Sie lo gak bisa kayak gini!"

"Gue cape Yun ! GUE CAPEK !!"

Sekuat tenaga Yuna merengkuh tubuh cewek itu. Yang memang sudah turun dari kursi, tapi Sesie masih kekeh melakukan sesuatu yang dia inginkan.

"Jangan Sie."

"Gue menyakiti perasaan mereka. Teman gue.. orangtua gue.. gue bukan cewek baik. Gue.." racaunya dalam pelukan Yuna, cewek itu terisak sesegukan. Begitupun Yuna terikut menderai air mata, empati rasa pada watak Sesie menohok sedikit betul padanya.

**

Melihat Sesie yang berlari keluar dari UKS juga pada Viky yang mengikuti dari belakang Yuna langsung mengejar tanpa berpikir. Di sampai pada pintu rooftop, Yuna menepis agak kasar pada tubuh Viky yang mengatur nafas lirihnya terhenti di ambangan pintu.

Ini pasti akan terjadi, pada firasat Yuna. Melebih dari gosip anak lain 'satu kelas yang booking tempat makan. Yuna agak janggal dengan Sesie ini seperti entah benar apa tidak juga merupakan spesies dirinya.. Dari tingkahnya menggambarkan bukan seorang cewek berwatak normal.

Sesie menyentak kuat menjauh dari rengkuhan Yuna. Menatap Yuna dengan wajah menyedihkannya. Ia mulai berteriak histeris.

"GUE MUAK. GUE MUAK PADA KEHIDUPAN !!"

"GUE BENCI KEHIDUPAN!!"

"GUE PENGEN MENGHILANG, GUE PENGEN MATI!!"

"Engga.." Sesie tertawa merenyah. "Harapan gue cuma pengen dunia lekas berakhir." Sudut bibirnya memudar dari renyahan tawa. Menatap dengan sendu.

"Apa lo bilang kepengen dunia berakhir ?"

Yuna berucap lagi menekan. "Lo gila ya !?"

"Kenapa gak lo aja yang mati."

"Gue masih mau hidup." Yuna agak kesal pada bicara Sesie yang seakan menggampangkan kehidupan dan kematian. Pada perkataan ini bukan bermaksud ia yang membuat Sesie semakin down tapi ia menantang sikap cewek itu. 

"Maka dari itu gue akan mati.." Sesie melangkah gontai mendirikan kursi yang tadinya berposisi merebah. Berdiri di kursi ia menaiki pagar dindingan tembok rooftop itu tapi Yuna lagi-lagi menahan. Sampai lengannya juga tubuhnya di tepis sampai ia terrosok jatuh.

"Kalo gue di posisi lo juga bakal bilang begitu."

"Siapa yang mau dunia berakhir pada bicara orang gila kayak gue ?" Sesie menatap layu dan dingin, pada Yuna.

"Tapi kalau lo di posisi gue.. apa gak sekesal gue ?!"

"Kalaupun ada orang bilang jalan hidup gue gak sesulit orang lain."

"Tapi gue juga hidup."

"Ini gue,"

"Diri gue yang rasain."

"Diri gue yang jalanin dan gue hidup juga."

"Gue gak peduli sama orang yang lebih sulit dari gue hidupnya! Gue gak peduli. Gue juga.." Sesie memejamkan matanya dengan derai air mata tak dapat di bendung. Bibirnya gemetar, dengan kedua tangan masing-masing mencengkeram kuat.

"Sakitnya alur hidup seseorang itu beda-beda kan Yun?"

"Udah di kata banyak orang. Tapi kenapa yang gue terima di hadirkan orang-orang yang gak punya empati sama sekali di otaknya ?"

Sesie tersenyum lebar. Seperti seringai di mata Yuna.

"Ah gue mengerti. Ini ujian hidup gue seberapa sabar gue menahan sakit itu. Karena gue adalah cewek tertutup. Dan kalaupun gue bilang. Apa ada yang menerima penyakit sialan di diri gue ini? Sesuatu hal yang tabu di terima."

living with mentalillnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang