08

23 22 0
                                    

"Nghhhh.." tubuh mungil itu menggeliat, matanya terbuka sesaat lalu terkantup dan terbuka lagi. Ia meraih sesuatu di samping bantal. Dan di lihatnya jam pada layar ponsel menunjukkan pukul 02:52 pagi.

Di nyalakannya mode data dan berlari ke messenger, jemarinya menekan ikon status di sana. Paling atas nama seseorang ia klik dan menampilkan kedua pasangan tersenyum tipis di foto itu. Ujung bibir Sesie terangkat membentuk senyuman. Keluar dan beralih pada salah satu pesan seseorang, ia membaca dalam hati dua kalimat itu. "Gue sama Vania. Lo bisa sendiri kan? Sama Anissa."

Tanpa berniat ingin membalas. Sesie menarik ujung layar dan keluar ke mode beranda. Di tatapnya sebentar dan mematikan mode data lalu menaruh kembali benda pipih itu ke semula dan melanjutkan tidurnya.

Fajar menyingsing ayam berkokok nyaring membuat tidur Sesie terganggu untuk segera bangun dari tidurnya. Seperti biasa jam 05.00 pagi, ia langsung mengenakan seragam sekolah seusai melaksanakan kewajiban diri dari subuh berakhir.

Tibanya jam biasa Sesie berangkat, ia keluar kamar menuju ruang utama.

"Gak makan dulu kamu?" ucap Mamanya menghampiri Sesie di ruang utama itu.

"Nanti di sekolah aja. Gak nafsu." sahut Sesie sembari tangan yang memasang kaos kaki.

"Makanya di paksa makan pagi biar nafsu. Gak laper kah kamu? Mana bisa konsentrasi belajar kayak gitu."

Sesie menghela nafas. Hanya diam tak menyahut lagi. Sebelum ia selesai memasang sepatunya mama-nya kembali berucap. "Apa gak kepagian kamu berangkat ?"

Sesie hanya diam bangkit dari sofa, ingin menurunkan motor mamanya berucap lagi. "Kata mamanya, Sesie itu kepagian berangkat, si Anis -nya belum siap apa-apa lagi. Kayak gak suka begitu mamanya sama kamu."

Sejenak Sesie mengurung niat menautkan standar motor. Berbalik menatap ibunya. "Apa iya ?"

"Iya. Mama dengar sendiri."

"Perasaan pas saja jamnya. Dia aja yang kebiasaan siang bangun terikut mamanya. Kalau dia belum siap, duluan aja kamu." ucap mama-nya lagi saat Sesie menyalim tangan ibunya.

Ada benarnya mama-nya. Namun bukan perkataan itu yang Sesie pikirkan tapi mulut orang itu yang tidak di jaga, Sesie malah berpikir kalau ibunya apa sakit hati atau tidak di hantam oleh bicara orang itu. Sedangkan dirinya merasakan sakit itu.

"Nis."

"Nis."

"Anissa." panggil Sesie yang ketiga kalinya. Tetap menjemput Anissa. Pintu itu setengah terbuka, Sesie melihat sekilas ibu dari Anissa duduk saja di depan Tv namun tak menyahut panggilannya sebelum keempat kalinya memanggil. "Anissa."

"Pake baju lagi Nissa nya."

"Aniss, itu Sesie nah."

"Tungguin aja Sie. Pake baju lagi Nissa-nya."

"Saya duluan aja kalau gitu tan." kelit Sesie langsung. Seperti yang di harap mama-nya Sesie sudah lumayan bosan menunggu cewek itu. Belum lagi sikap ibu Anissa yang kurang menyukainya. Lebih tepatnya tidak menyukai.

Kalaupun sering saja terkadang mengobrol dan tertawa mengajak Sesie berbicara saat Anissa bersiap di kamar itu hanya omong kosong beliau saja.

Sesie kira ia yang mengajaknya barengan ke sekolah setelah seminggu lebih sama Dino. Cewek itu tidak akan lelet sama seperti sebelumnya tapi nyatanya sama saja. Dan bukan apa-apa ia mengajak bareng walau dengan motor sendiri-sendiri. Sesie hanya ingin ada temannya di jalan dan sesekali ngobrol di jalan.

"Eih." jawab ibunya apa adanya. Sebelum Sesie pergi meninggalkan.

*

"Lo kenapa gak datang?" tanya Riska basa-basi. Walau ia sudah tahu jawaban yang akan terlontar dari Tia.

living with mentalillnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang