Sesie beralih lain tempat pada rak di belakangnya. Cowok itu melenggang lalu beranjak di posisi sebelah Sesie.
Decakan dari si cowok dengan style cool sebelah tangan yang ia masukkan pada celananya berucap. "Gimana kalau gue main 2 pilihan?"
Sesie hanya diam tak merespon. Mendengarkan saja cowok itu kembali melanjutkan bicaranya.
"Gue cabut hukumannya?"
"Dan hukuman lo berakhir hari ini."
"Bilang setuju?"
"Kalau lo nolak. Ya terserah lo sampai beberapa hari lo tetap kayak gini."
Tangan Sesie yang seketika terhenti dari merapikan buku-buku di rak itu membuat ujung sisi bibirnya terangkat. Membentuk seringai cowok ini kembali berucap lagi. "Tapi.. gue punya permintaan."
"Lo cari tahu keberadaan tinggal dari Gina."
Sesie menyerngit. Merespon karena penasaran. "Gina?"
"Iya teman satu kelas. Yang udah beberapa hari gak hadir."
"Justru satu kelas kayaknya gak mungkin lo gak tahu?"
"Gue gak tahu." pungkas Sesie melenggang pergi.
"Karena lo gak tahu. Bakal gue tungguin sampai selesai."
"Gue gak bilang kalau gue setuju?" Sesie menatap cowok itu datar. Selain banyak tingkah pada permintaan, cowok ini juga benar-benar menambah kekesalan hari ini. Bagi Sesie.
"Gak bilang tapi gue maksa lo."
"Emang lo gak mau kalau gue kasih keringanan?" lanjutnya lagi duduk di meja menatapi Sesie yang tengah memilah buku yang sama.
Sesie lemah kekuatan pada hatinya tetap ingin mengabaikan cowok ini. Lalu berucap. "Permintaan lo yang pertama?"
Cowok ini mengernyit. Lalu tersenyum. "Soal permintaan pertama? Jadi cewek gue? Kalau lo mau sekalian juga bisa."
"Gak." tolak Sesie mentah-mentah. Menghentikan dari aktifitas tangan ia berucap sebelum mengambil tasnya. "Janji kan lo?"
"Gue gak pernah narik apa yang gue ucapin."
Sesie tipikal keras pada egonya sendiri. Namun karena pilihan ini yang tepat, Sesie akan menerima saja selagi tak di luar logika.
"Nih." ucap Sesie menyodorkan kertas sobekan pada cowok itu. Cowok itu selalu memberi senyum pada Sesie yang memasang tampang datar antara risih dan tak menyukai.
"Lagian kenapa gak nyari sendiri aja sih lo?" ucap Sesie lagi sembari mengaitkan kembali tali tasnya pada sebelah bahu.
Jam pulang yang sudah berlalu dan koridor sekolah yang menyepi hanya ada security di sekolah. Guru bahkan tidak ada, walau tadi mereka memakai kunci serep dari Viky karena kantor yang sudah kuncian membuat Sesie aneh sendiri pada pendirian cowok ini.
Dia bisa cari sendiri tanpa bantuan orang. Tinggal masuk dan mengeledah meja guru seperti maling.
"Ini yang namanya lo cewek bego."
"Apa-?" Belum rampung kalimat protesan yang akan Sesie layangkan. Viky lebih dulu bersuara sebelum masuk ke dalam mobilnya.
"Lo lupa di ruang guru ada Cctv?"
"secara gue siswa baru yang terhormat."
Seperti mengalir pikiran di benaknya, Sesie menahan pintu mobil itu yang hendak di tutup oleh Viky.
"Jadi lo memanfaatin gue?!"
"Iyalah."
"Lo-?"
"Lagian juga impas. Hukuman lo udah di cabut." potong Viky memegang tegak si ponsel miliknya agar layar dari ponsel itu di lihat jelas oleh Sesie.
KAMU SEDANG MEMBACA
living with mentalillness
Teen Fiction"Aku menyakiti perasaannya.Tapi aku juga terluka." _______ 2021-2023finish versi modif- cerita membahas ke-stress'an hidup dn percobaan bunuh diri -byk kata kasar bertebar. harap bijak memilih bacaan-